webnovel

Teman Tidur

Seorang gadis tengah asik duduk termenung menatap keluar jendela. Matanya terlihat sayu tak bergairah, ia seakan tengah memiliki beban berat dalam benaknya. Punggung bersandar dengan sebatang rokok terkapit diantara kedua jarinya. Entah sudah berapa banyak yang ia habiskan, hingga ruangan sempit berukuran dua kali tiga meter itu kini dipenuhi asap meskipun kedua daun jendelanya menganga.

"Ping, ping, ping!" suara notifikasi gawai pun terdengar. Bukannya bergegas meraih, ia hanya melirik sekedar dan membiarkan begitu saja. Hingga akhirnya gawai itu kembali berdering, namun kali ini dengan nada yang panjang. Merasa berisik, gadis itu pun dengan sangat terpaksa menerima panggilan yang masuk.

"Woy! Kemana aja kau? Yang sakitnya, atau masih teler?" ucap seorang pria dengan nada ngegas pertanda sedang hawatir.

"Aku tau kau di depan kan? Udah masuk aja. Enggak usah banyak bacotlah!" ucap gadis itu tanpa rasa perduli sedikitpun.

Gawai masih berada di tangan, suara pemberitahuan kembali masuk. Sebuah kalimat singkat tertulis di bagian sisi atas gawai.

"Kimaklah!" serunya sambil melemparkan gawai miliknya ke atas ranjang.

Suara "Pletak" terdengar nyaring. Ternyata tempat tidur yang ia miliki terlalu tua hingga sudah sangat menipis. Tak heran jika gawai itu mendarat dengan kasar di atasnya.

"Tok, tok, tok!"

"Binatangnya orang ini semua!" ujarnya penuh dengan kemarahan. Meski kulit wajahnya tak memerah, namun tatapan matanya sudah cukup menjelaskan. Semua orang pasti setuju akan merasa takut jika mendapat tatapan seperti yang ia perlihatkan saat ini.

"Masuk aja kau! Enggak usah sok sopanlah!" teriak gadis itu diakhiri dengan suara kedua gigi yang saling beradu.

Pintu terbuka sendiri, namun tidak begitu lebar. Sebuah tangan mengarah masuk guna meninggalkan sebuah kotak.

"Sorry cass, aku cuman mau kasih paketanmu aja," ucap seorang wanita dengan nada yang ketakutan. Lalu segera pergi setelah menutup rapat pintu kamar.

"Eh, keknya aku enggak ada pesan apa-apalah. Enggak ada jugak yang janji mau kirim hadiah."

Seketika kemarahan gadis yang dipanggil Cassie itu mereda. Ia segera beranjak dari ranjang kecilnya menuju paketan berbentuk kotak. Ujung bibirnya sedikit mengarah naik setelah menggenggam kotak kecil yang berbungkus kertas motif bunga.

"Keknya Hp nih, isinya," gumam gadis berambut pirang panjang tanpa gelombang.

Tanpa meragu kedua tangannya segera membuka paksa bungkusan yang begitu rapi. Begitu nafsunya hingga ia mencabik kasar seperti srigala menyerang mangsanya.

"Apaan ini?" ungkap Cassie dengan penuh kekecewaan. Kotak kecil itu ternyata memiliki kotak lagi dengan ukuran yang lebih kecil di dalamnya. Namun sayang, kotak mewah itu tak lantas membuat Cassie senang. Tangan kecil itu segera melempar kasar hadiah ke arah pintu.

"Woy, woy, woy! Apa-apaan ini. Baru sampek, udah kenak lempar aja awak," ucap pria muda yang berusia 22 tahun. Berparas manis dan bertubuh tinggi berisi. Wajahnya terlihat lelah dengan banyak debu menutupi kulitnya.

"Salah kaulah, kenapa kau datang enggak tepat waktu!" ucap Cassie tanpa sedikitpun menunjukkan rasa bersalah. Dengan santainya ia kembali mengeluarkan sebatang rokok dari kotaknya dan bersiap membakar bagian ujungnya.

"Udah jam 9 nih Cuy, enggak jadinya kau berangkat? Nih makan dulu, biar enggak macam hantu mukakmu itu," ucap pria itu sembari menjulurkan bungkusan yang ia bawa.

"Memanglah bodoh kali kau ini. Udah tau aku mau jumpa dengan bookingan, malah kau belikan aku makanan. Kekmana aku bisa habiskan makanan mahal yang dia pesan kalau aku datang dengan perut kenyang. Sumpah yah, hari ini rasanya sial kali aku. Moga aja tamu malam ini enggak buat sial jugak!" seru Cassie dengan lantamnya. Bibir, mata juga alisnya kini mengkerut merapat ke hidung. Ia benar-benar marah saat ini.

"Brak!" suara pintu tertutup kasar pun terdengar. Pria baik itu hanya bisa menatap punggung Cassie yang kini telah menghilang dengan gelengan kepala.

***

Jalanan kota Medan masih terlihat ramai, ada banyak kendaraan yang berlalu lalang. Malam itu suasana terlihat indah dengan banyak lampu jalan yang menyala. Angkutan yang beragam warna pun turun memeriahkan indahnya jalanan kota Medan di saat malam.

Sesekali terdengar suara klakson mobil, biasanya itu disebabkan jalanan yang macet akibat angkutan umum yang berhenti sembarang demi mengangkut atau menurunkan penumpangnya. Namun, itu bukanlah masalah karena keadaan itu tak berlangsung lama. Setidaknya itulah yang Cassie rasakan. Ia terlihat tenang berada di boncengan motor matic milik teman prianya.

"Kok ke sini, Cass? Bukan seharusnya di hotel apa penginapan gitu?" tanya pria itu dengan wajah bingung. Karena kini motor hitamnya baru saja berhenti di depan sebuah restauran mahal seberang gramedia.

"Makanya kan udah aku bilang. Aku sengaja seting lapar, biar bisa makan banyak. Udah ah, ini helmmu," ucap Cassie sembari menyerahkan helm merah muda dengan corak hello kiti di belakangnya.

"Woy! Makasihnya mana?" tanya pria itu dengan nada sedikit berteriak. Memaksa Cassie berbalik badan dan menatap penuh kesal ke arahnya. Begitu pula dengan bibirnya yang bergerak penuh jijik seraya mengatakan, " Maacih, Nando sayang." Lalu kembali berbalik dan melangkah anggun memasuki restauran.

"Ah ... hatiku jadi kacau setiap kali dia bersikap manis. Huh! Sampek kapanlah aku jadi ojek pribadinya? Kapanlah aku bisa memilikinya? Apa kau enggak tau Cass, betapa aku mencintaimu. laki-laki mana coba yang mau di posisi aku. Cuman aku Cass, cuman aku yang mau nerima kau. Kau tengoklah nanti. Suatu saat kau pasti sadar, cuman aku yang setia menanti kau," ucap Nando dengan tatapan penuh cinta.

"Klotak, klotak!" suara sepatu berhak tinggi terdengar nyaring mendekati seorang pria dewasa yang terlihat muda dengan setelan jas hitamnya.

"Maaf, ini meja nomor 105 kan?" tanya Cassie dengan nada yang begitu lembut.

"Ah, iya. Silakan duduk!" ucap pria itu yang sedari tadi terduduk. Ia terlihat kaget dan juga cemas setelah Cassie tiba di sana. "Silakan pesan dulu!" pintanya dengan sopan. Sepertinya ia tak dapat menutupi rasa geroginya, hingga berhasil membuat Cassie tergelitik melihat tingkahnya. Pria itu terus saja mengalihkan pandangannya, bahkan ia sengaja melihat ke sisi sebelah wajah saat berkata-kata.

"Boleh makannya di kamar aja," pinta Cassie dengan mulut mendekati telinga pria itu.

"Yah, boleh!" ucap pria itu. Ia bergerak refleks menjauhkan diri dari Cassie dengan berdiri tegak. Lalu melangkah menuju meja kasir yang seharusnya tak perlu ia lakukan. Karena ada banyak pelayan yang siap mengantarkan bil untuknya.

Cassie yang sudah memiliki banyak pengalaman menghadapi pria hidung belang cukup kaget dengan pelanggannya saat ini. Tak henti-hentinya ia tersenyum menahan tawa. Seketika ide gila pun datang menghantuinya, ia akan mengeluarkan jurus pamungkasnya untuk mencari tahu siapa teman tidurnya malam ini.

"Kita lihat aja, kau ini cupu apa suhu?" gumam Cassie dengan bibir tersenyum dan lidah yang sengaja menjulur keluar guna membasahi bibir atasnya.