webnovel

Awal Kecurigaan

Teman dekat ku "Revan" akhir-akhir ini sering menunjukkan perilaku aneh tetapi bisa dimaklumi karena memang dia sedang mendapat masalah, tetapi suatu malam..

"Rev, elu ngapain?!"

"Ah.. Mon sori kalau keganggu.."

"Gw tanya elu lagi ngapain?!"

"Mon gw santai aja lah! lu ngapa ngegas?!"

"Lagian elu sih.. gw nanya apa, lu jawab apa.."

Sejak kapan ia menjadi sekasar ini..

"Penasaran banget nih?"

"I-iya Rev.."

"Haha.. gw lagi ngasah pisau, emang kenapa? Salah ya?"

"Nanya doang Rev.."

Sepertinya memang ada yang tidak beres, kenapa malam-malam begini ia malah mengasah pisau, untuk apa?! Jangan-jangan ia.. ah jangan dipikirkan..

Keesokan harinya, aku bersiap-siap untuk berangkat kerja, tapi malah aku tertuju pada kertas yang berada di meja dapur apartemen..

"Kertas apa nih?, Surat.. PHK untuk Revan?!"

"Mon.. lu ga kerja?"

"Re-Revan?! L-lu ga pergi kerja?!.."

"Hahaha.. bentar lagi gw mau siap-siap dulu.."

J-jadi dia berperilaku aneh karena ini..

"Mon.. lu ngapain masih disitu?.."

"Ah.. gw mau pergi kerja dulu ya.."

Fyuh.. hampir saja aku tertangkap. Namun saat aku sedang berangkat kerja, aku melihat ada kerumunan yang menutup jalan transportasi, aku yang penasaran pun juga ikut turun dan menyela orang kerumunan tetapi aku malah mendapati korban tabrak lari yang tergeletak dijalan dan wajahnya tidak dapat dikenali lagi. Banyak polisi yang berusaha membubarkan kerumunan, Aku meraba ponsel ku yang berada di kantong celana dan menelepon Revan, tetapi Revan terlihat tidak mengangkat telpon.

"Ah! sial Revan kaga angkat telpon lagi.. dia kan berangkat kerja lewat sini.."

 *Revan mengangkat telepon..*

"Halo Mon? Kenapa lu telpon gw?.."

"Eh Rep! Di jalan yang lu biasa lewatin ada orang kecelakaan! Mukanya ampe ancur cok!"

*Telepon ditutup oleh Revan*

Revan menutup telepon secara tiba-tiba, aku tak tahu apa yang dipikirkannya. Tapi selama ditelpon, ia terasa hampa. Mungkin hanya perasaanku saja. Tapi saat setelah aku bekerja dan sampai di apartemen pada Malam hari, Revan tak ada di rumah.

"Pan! lu dimana?!"

Tidak ada yang menyaut ketika aku berteriak sekencang itu..

Sepertinya Ia memang sedang diluar rumah. Lagipula aku sudah lelah, aku ingin tidu-