webnovel

Kamu Hanya Boleh Menang di Set ini.

編集者: Wave Literature

"Kamu dan Xu Chenglin itu pernah bertunangan. Jika Jiang Yueping tidak lagi menyukai Xu Chenglin, pasti Xu Chenglin akan kembali untuk mencarimu. Sekarang kamu masih duduk di pangkuanku. Kamu pikir kakak tertuamu akan membiarkanmu pergi begitu saja?" kata Quan Rui. Ia sama sekali tidak khawatir tentang dirinya sendiri dan justru mengingatkan Bai Ran untuk mengkhawatirkan dirinya sendiri.

Bai Ran sontak tercekat setelah mendengar kata-kata Quan Rui. Sampai mati pun Bai Ran tidak akan menikahi Xu Chenglin. Sedangkan untuk Jiang Bangyuan, wanita itu sangat sulit untuk dihadapi. Tanpa sadar, Bai Ran melihat ke arah Jiang Bangyuan dan bertepatan dengan Jiang Bangyuan yang juga sedang melihatnya dengan tatapan jahat yang menyeramkan dan penuh kebencian.

"Aku rasa dia sekarang sangat ingin membunuhku," kata Bai Ran pada Quan Rui dengan sedikit tidak berdaya.

Tiga kakak beradik keluarga Jiang selalu tidak senang melihat Bai Ran. Apalagi, ditambah dengan masalah oleh Quan Rui hari ini, rasanya permusuhan mereka akan semakin memanas. Bisa-bisa, riwayat Bai Ran berakhir di sini.

"Jadi, kamu hanya boleh menang di set ini," Quan Rui memberi perintah kepada Bai Ran dengan dingin. "Jika kalah, aku juga tidak akan membiarkan kamu pergi. Selain itu, semua uang pertaruhan di sini, kamu yang akan membayarnya."

"Apa?!" Bai Ran sontak terkejut saat mendengar Quan Rui sampai mulutnya menganga dan dagunya hampir jatuh. Apa maksudnya aku yang harus membayar semua uang pertaruhan di sini? Dua ratus juta? Yang benar saja! pikirnya kesal. "Apa kamu sakit? Bukan aku yang mau berjudi!" kata Bai Ran yang segera menjadi waspada, seperti landak kecil yang segera mengibaskan semua duri di tubuhnya.

"Orang yang melihat kartu itu adalah kamu," kata Quan Rui dengan tidak peduli. Ia mendorong semua tanggung jawab kepada Bairan begitu saja.

Kali ini Bai Ran benar-benar kehilangan kata-kata. Siapa yang tadi membiarkanku melihat kartu? Sungguh.... Mencari masalah sendiri! Apakah sekarang masih belum terlambat untuk pergi? pikir Bai Ran dengan sedikit tidak berdaya.

Bai Ran hanya ingin mencari cincinnya sendiri dengan tenang dan ia sungguh tidak mengira bahwa ia malah berakhir bersama dewa ini. Padahal, hal yang paling penting sekarang adalah menemukan kembali cincin itu. Sayang sekali, tadi ia telah menghabiskan waktu begitu lama dan cincin itu masih belum ketemu. Ia benar-benar tidak tahu apakah ia masih bisa menemukannya.

Keputusan yang paling bijak bagi Bai Ran sekarang adalah memenangkan set perjudian ini dan membuat Quan Rui membantunya mencari cincin yang hilang itu. Bai Ran menggertakkan gigi giginya dan akhirnya menanggapi situasi ini dengan sedikit lebih serius tanpa mempedulikan Quan Rui lagi. Ia duduk sambil menegakkan punggungnya dan hampir sepenuhnya mendominasi set perjudian ini. 

Sebenarnya Bai Ran memiliki tujuan yang sangat sederhana, yakni memenangkan permainan judi kali ini. Quan Rui akan memberi yang diinginkannya. Lantas, mengapa ia harus berpikir terlalu jauh? Lagi pula, keluarga Jiang tidak akan membantu Bai Ran dan ibunya. Dengan begitu, Bai Ran juga tidak berkewajiban untuk menyelamatkan reputasi keluarga Jiang.

Bai Ran menoleh ke arah Meng Fan berbicara. Nada bicaranya terdengar penuh kehormatan, meskipun terdengar pula rasa kesepian dan arogansi. "Tuan Quan baru saja bilang bahwa jika Anda menang, Jiang Bangyuan akan menjadi milik Anda. Tapi, jika Anda kalah… Anda tidak boleh menyentuh kartu poker lagi seumur hidup Anda!"

Dalam hati, Bai Ran sangat bangga karena kakeknya adalah raja judi dan ia pasti mewarisi gen kakeknya. Hal yang paling ia benci adalah orang yang mendapat kesuksesan dalam waktu singkat, penuh dengan pikiran yang licik, dan masih bermain-main di meja judi. Orang-orang seperti itu adalah sebuah penghinaan bagi permainan kartu poker itu sendiri.

Meng Fan menjadi agak gugup setelah mendengar perkataan Bai Ran. Tidak lagi menyentuh kartu poker seumur hidup? Kalau begitu, tidak ada lagi yang bisa aku lakukan dengan hidupku? pikirnya.

"Kenapa? Kamu tidak berani? Takut kalah? Atau... Jiang Bangyuan sepertinya tidak begitu penting untukmu?" tanya Bai Ran sambil melihat dengan penuh minat ke arah Jiang Bangyuan. Di antara tiga kakak beradik keluar Jiang, Jiang Bangyuan adalah orang dengan pikiran terdalam. Namun, ia memiliki penampilan yang mulia dan murah hati yang justru membuat orang sangat tidak senang melihatnya.