webnovel

Berpisah Untuk Bertemu

"Tapi aku tak bisa mengambil Sisi saat ini!" lanjut Owen lalu membalikkan badannya dan kembali menuju ruang tamu tempat Tony masih berdiri di hadapan Linda.

"Bagaimana, Nak?" tanya Tony dengan lirih saat melihat warna wajah putranya yang tampak tak baik.

"Kita pulang saja!" ketus Owen lalu menarik tangan ayahnya.

"Sudah aku bilang, Sisi sangat mencintai putraku! Jadi percuma kau mempertahankannya, Owen!" ledek Linda lalu tertawa seperti nenek sihir.

Owen lalu mengangguk dan melangkah meninggalkan rumah Alan Purple yang megah itu.

Selama perjalanan menuju mobil, Owen terus memutar otak untuk mencari cara merebut kembali Sisi dari keluarga mafia jahat itu.

"Kenapa kau diam saja, Owen?" tanya Tony yang terlampau heran dengan keadaan putranya itu.

"Aku tak bisa mengambilnya sekarang, Ayah! Mereka mengancam akan membunuh Keluarga Purple!" tegas Owen membuat Tony segera paham maksud dari ketakutan putranya.

"Kau benar!" Tony tersenyum sinis lalu membukakan pintu mobil untuk putranya. "Kita bicara di dalam!"

Owen menurut, dia lalu masuk ke dalam mobil untuk membuat rencana yang pastinya harus lebih licik dari apa yang Alan lakukan pada mereka.

Mobil kemudian mulai meninggalkan rumah Alan Purple dan perbincangan antara anak dan ayah itupun dimulai. "Katakan padaku, apa rencanamu?" tanya Owen yang sudah tak sabar mendengarkan ide dari Tony.

"Seingatku besok akan ada acara penting antar mafia di London, aku yakin Sisi akan hadir di acara itu dan saat itulah kita harus berhasil membawanya pulang!"

"Bagaimana jika dia menolak, Ayah?" tanya Owen lagi.

"Hanya itu rencanaku, Nak! Besok kita lihat lagi saja situasinya!"

Owen Grey mengangguk lalu menyandarkan punggungnya ke jok mobil mewah yang empuk, tak terbayang baginya melihat istrinya harus datang kesebuah acara sebagai istri Alan yang tentunya akan membuat Owen sangat membenci situasi itu.

"Besok acaranya di mana?" tanya Owen dengan malas.

"The Savoy, London!"

"Hah, aku tau tempat itu." Owen meluruskan punggungnya sembari memutar ingatannya akan hotel yang sudah dua kali dia datangi itu.

"Iya, kau harus optimis untuk membawa kembali istrimu, bagaimanapun dia kini adalah harga dirimu!"

**

Rumah Alan

"Kau masih mau melawan!" teriak Linda saat melintasi kamar putranya.

"Tidak!" ujar Sisi sambil menunduk.

Brakk...

Pintu kamar dibanting keras oleh Linda, wanita paruh baya itu lalu mengambil ikat pinggang putranya dan bersiap menghabisi Sisi yang sudah tak bisa berkutik di atas lantai.

Plas...

Cambukan pertama mendarat di lengan Sisi, Alan yang melihat kejadian itu malah tersenyum ketus pada wanita yang seharusnya dia lindungi.

"Ini untukmu yang berani kabur dari kehidupanmu dengan putraku!" hardik Linda dengan kesal. "Sekali lagi kau berani kabur dari rumah ini, aku yakinkan kau, bukan hanya kau yang akan aku hajar, tapi juga kedua orang tuamu yang miskin itu!"

"Tidak!" teriak Sisi saat mendengar ancaman ibunda Alan itu, "Pukuli saja aku, tapi jangan kau sakiti kedua orang tuaku."

"Nah, itu kau tau apa yang kami mau. Jadi jangan banyak omong, sekarang turuti putraku atau ku hajar aku lebih keras!"

Sisi meringis kesakitan, cambukan wanita paruh baya itu justru terasa beberapa menit setelah kejadian mengerikan itu, diapun kembali tertunduk hingga Linda meninggalkannya bersama Alan di kamar itu.

"Baiklah, sekarang kau berdiri!" Alan menarik tangan wanita malang itu dengan kasar lalu membantingnya ke atas tempat tidur. "Sekarang layani aku lebih baik atau aku akan menghajarmu lagi!"

Sisi tak bisa melawan, dia hanya terdiam saat pria bertubuh kekar itu mulai menindih tubuhnya masih lemas karena pukulan Linda dan mulai merintih saat pelahan pedang Alan mulai menusuk ke bagian bawah perutnya.

"AH!" teriak Sisi kesakitan namun Alan malah mempercepat gerakannya.

"Teriak lagi! Buat aku tau kau sangat menyukai malam indah kita!"

"Tidak!" desah Sisi sambil terus berusaha menggeser tubuh Alan yang semakin berat menindihnya.

"Diam!" Alan bangkit dari atas tubuh Sisi lalu menarik wanita cantik itu hingga mendarat di ujung tempat tidur. "Kali ini pasti kau akan lebih menyukainya!"

Alan kembali memasukkan samurainya ke bagian tubuh Sisi dengan kasar dan mulai bergerak lebih liar di posisinya yang baru.

"Alan, hentikan!" teriak Sisi sambil terus mencakar tubuh Alan yang mulai berkeringat.

"Oh, itu enak. Lakukan lagi!" teriak Alan sambil meremas pinggul Sisi yang mulai memerah.

"Jangan! Aku mohon!"

Teriakan Sisi yang penuh kepiluan justru membuat Alan bersemangat, dengan kasar Alan membalikkan tubuh istri Owen Grey itu hingga bertelungkup di atas tepat tidur dan penyiksaan itu dilanjutakan.

"Ah!" teriak Alan menandai tibanya dia di puncak gairahnya. "Ah! Ah!"

Sisi tak mampu bergerak, dia hanya bisa meringis kesakitan sembari meraba bagian bawah tubuhnya. "Perih!" bisik Sisi sambil menahan air matanya jatuh ke pipinya.

"Sakit? Apa suamimu tak bisa membuatmu merasakan perih ini!" ledek Alan dengan ketus.

"Dia pria yang lembut, dia tak sekejam dirimu Alan!"

Plas...

Tangan Alan melayang ke pipi Sisi yang putih. "Beraninya kau membandingkan aku dengan pria lemah itu!"

"Kau yang duluan!" teriak Sisi namun sekali lagi Alan menamparnya.

Plass...

"Berhenti mengejekku! Suamimu itu tak lebih dari seorang banci yang hanya bisa jadi benalu dalam keluarganya."

"Apa maksudmu?" bisik Sisi yang masih memegangi pipinya yang perih karena dua kali tamparan Alan.

"Kau tak tau kalau suamimu itu pria lemah? Dia hanya bisa hidup dari perlindugan ayahnya tanpa pernah bisa melawan. Kau pikir pria seperti Owen bisa jadi penerus keluarga mafia! Hah!"

Plass..

Sekali lagi Alan menampar Sisi, tak cuma menampar kali ini pria tinggi besar itu juga membanting tubuh lemah wanita cantik itu ke lantai membuatnya terus berteriak ketakutan. "Keluarkan aku dari rumah ini!" teriak Sisi yang kini tak bisa lagi menahan air matanya.

"Kau pikir aku akan membiarkanmu pergi begitu saja? Jangan mimpi!"

"Aku mohon!" pinta Sisi sambil berlutut di depan Alan. "Aku tak tau menau tentang utang papaku pada keluargamu, jadi aku rasa tak adil jika kau harus menghajarku begini!"

"Enak saja! Kau juga menerima semua hadiah dari keluargaku sejak lama, kau lupa?"

"Hadiah?" tanya Sisi sembari mengerenyitkan dahinya. "Apa maksudmu?"

"Tinggal di rumah mewah, mobil mewah, sekolah di sekolah mewah. Kau pikir siapa yang memberikan semua itu kepadamua?"

"Itu semua pemberian papaku?"

"Hahahahahaa, Pria itu hanyalah laki-laki tak berguna. Dia hanya boneka keluargaku!" tegas Alan membuat Sisi semakin ketakutan.

"Jadi semua yang aku dapatkan itu adalah pemberian keluargamu?"

"Benar, papamu itu hanya pengemis miskin yang culas. Kalau bukan karena menjaminkan kau kepada keluargaku, aku yakin dia akan menguasai semua harta keluargaku juga!"

"Tidak mungkin, papaku bukan pria seperti itu!"