webnovel

8 KEBAKARAN BESAR

Aku mencoba membuka mataku pagi ini. Ughhhh…. Malas sekali….

Tubuhku seperti terkena magnet di atas kasur. Berat sekali dan sejujurnya aku tidak sama sekali tidak mau pergi ke pasar pagi ini. Aku merasa lelah sekali seminggu ini karena ibu harus bolak balik ke rumah sakit untuk mengurus Tante Lintang maka otomatis, aku yang bertanggung jawab penuh atas lapak kami. Aku harus melayani pembeli, mendata stok dagangan sehari dua kali, dan berbelanja bahan. Belum lagi mengurus berbagai pesanan dari para langganan kami.

Aku luar biasa capek!!

Tapi ini hari terakhirku untuk mengurus lapak seharian karena ibu bilang kalau operasi Tante Lintang berhasil dan ia diijinkan pulang hari ini. Jadiiii, besok aku bisa libur!!! Horeee….

Aku cepat-cepat berkemas sambil membawa beberapa barang belanjaan untuk dijual di lapak kami hari ini sementara ibu masih tertidur di kamar.

Ok! Baiklah! Aku sudah siap!

Mari kita berangkat sekarang!

Aku menaruh tangan kananku di depan dada dan menepuknya tiga kali untuk menyemangati diri sendiri. Lalu, aku mengayuh sepedaku dan menyusuri jalan menuju Pasar Dukuh seperti biasa.

Tapi, ada yang aneh hari itu.

Orang –orang berlarian sambil berteriak-teriak dan membawa berliter-liter ember air menuju ke satu arah sementara aku melihat kepulan asap tebal berwarna hitam ke arah langit. Perasaanku tidak enak. Aku percepat kayuhan sepedaku dan berharap kalau kecemasanku tidak beralasan. Tapi yang terjadi, gerombolan orang-orang semakin banyak sampai akhirnya aku membanting sepedaku lalu ikut lari secepat kilat ke arah Pasar Dukuh. Tidak kuhiraukan barang belanjaanku yang jatuh berantakan dari sepeda.

Yang terlihat di depan mataku adalah…..

Kepulan asap hitam yang menebal dari arah Pasar Dukuh….

Teriakan panik dari orang-orang yang sedang ikut berlari di sekitarku…

Suara keras dari sirine mobil pemadam kebakaran…

Lalu, terakhir…

Lidah api raksasa membumbung tinggi yang sedang melahap semua kios dan lapak Pasar Dukuh…

Aku tercekat saat menatap pemandangan di hadapanku.

A…apa…. Apa ini?

Mataku terbelalak lebar saat menatap pemandangan itu. Suasana terasa begitu ricuh dan mencekam. Horror memenuhi rongga mataku. Semuanya terasa lambat, seperti sebuah adegan film.

Tapi, aku bisa merasakannya. Rasa panas itu menjalar di kulitku.

Aku tak sadar kalau kakiku terus mendekati lokasi kebakaran walaupun semua orang sedang berteriak-teriak padaku untuk menjauh. Tapi suara mereka tak terdengar olehku.

Ini Pasar Dukuh. Ini periuk nasi kami. Tempat kami mengais rejeki setiap hari.

Pasar ini… tak mungkin terbakar…. Iya kan?

Air mata mulai meleleh di pipiku. Tepat pada saat itu….

Seseorang memelukku dari belakang dan menyeret tubuhku dengan kasar. Menjauhi lokasi kebakaran.

"Rikaaaaa….."

Ah, ada seseorang memanggil namaku.

Ia mengoyang-goyangkan tubuhku dengan kasar. Mencoba keras untuk membangunkanku dari lamunan sementara mataku masih terus tertuju pada Pasar Dukuh yang terbakar hebat di sana.

Sampai akhirnya orang tersebut memegang wajahku dan memaksaku menatap matanya.

"Rikkaaa.. ini kakak! Ini Kak Yanto…"

Aku langsung tersadar kembali. Aku menatap muka kakakku yang sedang melihatku dengan sangat cemas dan peluh keringat di wajahnya. Ia pasti sudah berlari kencang untuk bisa sampai ke tempat ini tepat waktu.

"Kakak…." ujarku lirih sambil menjatuhkan tubuhku dalam pelukannya.

Kak Yanto tidak mengatakan apapun. Ia hanya merengkuh tubuhku erat-erat dalam pelukannya dan menenangkan diriku dengan suaranya yang juga gemetar.

"Sttt… sudah tak apa-apa. Kakak di sini sekarang…"

Tangisku langsung pecah dalam pelukannya.

...............….

Malam tiba, tapi riak api masih bekerjapan mencari mangsa di bawah puing-puing kios yang sudah menjelma jadi arang.

Sudah 7 mobil pemadam kebakaran yang dikerahkan untuk memadamkan api dan akhirnya sekitar pukul 11 malam, api pun mulai mengecil. Tapi petugas pemadam kebakaran tidak menyerah begitu saja. Mereka masih mencari sisa-sisa bara api dan segera memadamkannya supaya tidak menyulut api baru.

...........

Berita kebakaran Pasar Dukuh segera menjadi pusat perhatian di media massa. Semua koran TV, majalah, bahkan media social ikut-ikutan memberitakan kasus besar tersebut. Pada akhirnya, berita itu pun sampai di telinga ibu yang sedang beristirahat di rumah.

DWI

Aku mendengar berita kebakaran itu dari tetangga dan cepat-cepat kunyalakan TV untuk melihat informasinya secara langsung. Cepat –cepat aku menelepon Rika dan Yanto untuk memastikan lokasi mereka dan setelah aku tahu kalau Rika baik-baik saja serta dalam perjalanan pulang. Aku langsung menelepon rumah Lintang. Untunglah, Bi Ningsih yang mengankat teleponnya sementara Lintang masih tidur di rumah karena masih membutuhkan banyak istirahat setelah operasi.

"Bi, jangan beritahu apa-apa soal kebakaran ini!" perintahku dengan panik.

Lintang baru saja menjalani operasi pengangkatan ginjal dan sekarang ia mengalami musibah ini. Aku tak tahu bagaimana harus menghibur dirinya saat ini…

Perlahan, aku menutup telepon dan sambil bersandar ke dinding, aku terduduk lemas dan mulai menangis lirih dalam sunyi….

LINTANG

Malam itu aku bermimpi buruk.

Aku merasa sedang berada di dalam rumah yang terbakar hebat dan tak ada siapapun di sana. Aku berteriak dan melolong putus asa tapi tak ada seorangpun yang datang untuk mengeluarkanku dari sana.

Aku panik dan sekali lagi memanggil semua orang.

Kungkung. Popoh. Papa. Mama. Dwi...

Sia-sia...

Rasa panas itu menjalar begitu hebat di kulitku dan membakarku perlahan-lahan. Aku bisa merasakan derak kayu yang terbakar di langit-langit diatas kepalaku. Aku memandang ke atas dan langit-langit itu langsung rubuh menimpa badanku.

Seketika, semuanya gelap...

Cerita ini terinspirasi dari kisah nyata ya?

Kalau ada teman-teman pembaca yang masih ingat dengan peristiwa kebakaran Kings Shopping Centre yang heboh itu sekitar 6 tahun yang lalu, nah... kebetulan toko kami berada di sekitar 7 bangunan setelah Kings.

Kebayang kan horrornya kayak gimana waktu itu...

Nana15creators' thoughts