webnovel
#WEAKTOSTRONG
#CULTIVATION
#XIANXIA

Tanril: Telaga Api

Legenda satu orang yang bisa menahan kepungan ratusan ribu pasukan, menaklukkan puluhan ribu tentara elit, serta menghentikan Perang Saudara berkepanjangan. Wander Atale Oward adalah anak kelima dari Likuun dan Chiru’un. Sejak kecil ia adalah anak yang lemah dan sakit-sakitan. Ketika ia sudah bersekolah, ia menjadi bulan-bulanan anak-anak saudagar di sekolahnya, ditindas dengan licik, hingga dikeluarkan dari sekolah. Wander tetap berkeinginan untuk mempelajari “Rijeen” atau seni bela diri. Ia mendesak ayahnya untuk mencarikan lagi guru baginya, hingga akhirnya ia diterima sebagai murid tunggal seorang ahli Rijeen yang eksentrik bernama Kurt Manjare. Kurt tidak mengajarkan ilmu bertarung, tetapi mengajarkan Teknik mengelola dan menguasai Khici. Kurt tahu bahwa Wander adalah anak yang istimewa. Wander terlahir sebagai “Tanril’, atau ia yang memiliki telaga api Khici dalam dirinya. Untuk bisa memanfaatkan itu, Wander perlu diarahkan dengan benar. Dalam bimbingan Kurt, Wander mengalami kemajuan pesat. Kemudian, Kurt ternyata mengungkap bahwa ia bukanlah guru sejati Wander. Ia hanya dipesan untuk mengajari Wander hal=hal yang mendasar, tetapi ia perlu mencipta sendiri Rijeen-nya di bawah bimbingan guru sesungguhnya bernama Jie Bi Shinjin yang misterius. Pada usia belasan tahun, Kerajaan Telentium, tempat tinggal Wander mengalami pergolakan. Raja negeri itu mangkat. Takhta kerajaan menjadi perebutan berdarah, hingga negeri terbelah dan pecah perang saudara. Pasukan Pangeran Pertama yang penuh ambisi kini mengarah menuju kota kelahiran Wander, Fru Gar. Atas pesan gurunya, Wander berusaha mempertahankan kota ini sekaligus berusaha menyelamatkan keluarga dan para penduduk kota.

Jadeteacup · 幻想
レビュー数が足りません
309 Chs
#WEAKTOSTRONG
#CULTIVATION
#XIANXIA

Rinkael Lanarath: Pelangi Hitam (1)

Ketika pencuri bicara, ia akan menceritakan kisah pembenarannya

Impian dan cita-cita mulianya, melalui pencurian yang ia benarkan

Jangan dengarkan orang dungu, fanatik buta, dan pahlawan suci,

Yang bahkan tak bisa membedakan jari kaki sebelah kiri dengan kanan

dalam kegelapan hatinya

Jantungnya berdebar kencang. Ia merasa lidahnya kelu, kakinya terasa bagaikan agar-agar. Seluruh tubuhnya kesemutan dan kaku, perutnya mengeras mengejang.

Takut… Ia takut…

Gerimis butiran-butiran darah luruh ke bumi tanpa henti. Tanpa ampun. Bau amis memenuhi lubang hidungnya hingga ia tidak bisa merasakan apa pun lagi. Selain kepahitan dan keputusasaan raksasa yang menginjak-injaknya. Ini bukan mimpi. Ia tahu benar. Sama seperti gurun penuh abu tulang manusia di kakinya.

Ia seakan sebuah geroak besar tercipta dalam dadanya. Ia bertekuk lutut di atas abu bercampur darah. Ia bahkan tidak bisa berkata-kata dalam deraan emosi dan tekanan…

[Mengapa ia di sini lagi? Mengapa?!]