webnovel

Tanril: Telaga Api

Legenda satu orang yang bisa menahan kepungan ratusan ribu pasukan, menaklukkan puluhan ribu tentara elit, serta menghentikan Perang Saudara berkepanjangan. Wander Atale Oward adalah anak kelima dari Likuun dan Chiru’un. Sejak kecil ia adalah anak yang lemah dan sakit-sakitan. Ketika ia sudah bersekolah, ia menjadi bulan-bulanan anak-anak saudagar di sekolahnya, ditindas dengan licik, hingga dikeluarkan dari sekolah. Wander tetap berkeinginan untuk mempelajari “Rijeen” atau seni bela diri. Ia mendesak ayahnya untuk mencarikan lagi guru baginya, hingga akhirnya ia diterima sebagai murid tunggal seorang ahli Rijeen yang eksentrik bernama Kurt Manjare. Kurt tidak mengajarkan ilmu bertarung, tetapi mengajarkan Teknik mengelola dan menguasai Khici. Kurt tahu bahwa Wander adalah anak yang istimewa. Wander terlahir sebagai “Tanril’, atau ia yang memiliki telaga api Khici dalam dirinya. Untuk bisa memanfaatkan itu, Wander perlu diarahkan dengan benar. Dalam bimbingan Kurt, Wander mengalami kemajuan pesat. Kemudian, Kurt ternyata mengungkap bahwa ia bukanlah guru sejati Wander. Ia hanya dipesan untuk mengajari Wander hal=hal yang mendasar, tetapi ia perlu mencipta sendiri Rijeen-nya di bawah bimbingan guru sesungguhnya bernama Jie Bi Shinjin yang misterius. Pada usia belasan tahun, Kerajaan Telentium, tempat tinggal Wander mengalami pergolakan. Raja negeri itu mangkat. Takhta kerajaan menjadi perebutan berdarah, hingga negeri terbelah dan pecah perang saudara. Pasukan Pangeran Pertama yang penuh ambisi kini mengarah menuju kota kelahiran Wander, Fru Gar. Atas pesan gurunya, Wander berusaha mempertahankan kota ini sekaligus berusaha menyelamatkan keluarga dan para penduduk kota.

Jadeteacup · ファンタジー
レビュー数が足りません
309 Chs

Mendobrak dari Dalam (5)

Satu dan setengah Jam Setelah Tengah Malam…

Toto berjalan melintasi permadani tenda yang membawanya ke lemarinya, tempat ia mengeluarkan sebuah kotak logam. Dengan sebuah kunci yang tergantung di lehernya, ia membukanya dan mengeluarkan kunci kartunya.

Ia melemparkannya ke sosok bertopeng Bulan di hadapannya.

Ia berbicara singkat, "Sudah. Sekarang pergilah."

Sang Topeng Bulan masih berdiri di muka tenda. Ia mengatupkan katananya dengan santai, sebelum tertawa gemilang, "Aku mengerti. Kau termasuk orang yang tidak mempan melihat mataku."

Ia memain-mainkan kartu logam itu dengan jemarinya yang terbungkus sarung tangan hitam, "Langka sekali. Sayang, kita tidak bertemu lebih awal, bocah tampan. Aku selalu suka bocah yang lebih muda."

ロックされた章

webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください