webnovel

Taman Air Merah

Theodor memilih pesta ulang tahun tak biasa. Theo dan kekasihnya Nauctha sebenarnya memilih Tovkla Water Park sebuah wahana taman air out door berada di Ibu Kota tetangga sebut saja Detulca. Namun, karena suatu hal yang tak terduga mobil yang mereka tumpangi mengalami masalah. Akhirnya mereka liburan di Winter Water Park sebuah wahana taman bermain out door yang di dominasi warna putih dan biru di kota kelahiran mereka, bernama Alustra. Teror dimulai ketika mereka akan mencoba wahananya. Seorang hantu Wanita menyamar menjadi salah satu pengawas wahana taman bermain tersebut. Ada motivasi apakah sang hantu menampakkan diri pada mereka?

Yi_EunSha · ホラー
レビュー数が足りません
56 Chs

Lalu anak ini lahir dari mana?

"Metode pengobatanku tidak akan mengancam nyawa manusia. Kalau itu yang kau takutkan" Hisashi mencoba meyakinkan Oliver.

"Karena kau menolongku, baiklah" meski ragu bukan berarti Oliver menolak.

Theo bergegas menuju Perpustakaan mencari Kenatt, Ferghus dan Adel. Pasti mereka sudah mendapatkan informasi dan bukti dari Armian.

Theo memasuki ruangan Perpustakaan tanpa menimbulkan suara. Kenatt masih terus fokus melanjutkan pembicaraan melalui ponselnya.

"Lanjutkan saja kegiatan kalian. Aku hanya ingin menyerahkan ini. Pasti data di dalamnya akan sangat membantu kinerja kalian" Theodor mengambil plastik berisi arloji di saku celananya lalu menyerahkan benda berisi data penting tersebut kepada Ferghus.

"Ini bukan arloji biasa. Arloji ini memiliki USB tersembunyi. Aku menemukannya di lab milik Sergei. Dan satu hal lagi yang aneh. Arloji milik Ryujie sama persis dengan itu" tambah Theodor.

"Siapa Ryujie?"

"Oliver pernah datang ke rumah Ryujie. Tanpa menyadari Ryujie telah mengikutinya sampai kerumah ini, karena arloji yang di curinya dari rumah itu"

"Dengan kata lain kau sedang mencurigai Oliver? mungkin dia berpikir arloji yang dia ambil adalah... arloji ini?" Ferghus menggenggam plastik berisi arloji di tangan kanannya.

"Dia masih saudaraku tolong ingat itu. Urus saja bukti apa pun dalam arlojiku. Jangan pikirkan hal yang belum tentu terjadi" Theodor tidak ingin berpikiran buruk pada saudara sendiri. Sebelum ada bukti kuat yang mengatakan Oliver berusaha mencelakainya, maka tidak ada alasan untuk Theo bertindak.

"Praduga tidak bersalah memang penting dikedepankan. tetapi apa kau tidak memikirkan kemungkinan terburuknya? Anak yang mengejar Oliver contohnya. Untuk apa dia mengikuti saudaramu sampai sejauh ini?" Ferghus mencoba mengatakan sesuatu.

"Jika keluarganya tidak menganggap arloji itu penting. Anak sekecil itu tidak akan berani mengejar orang dewasa ke kota yang asing baginya. mengapa kau tidak meminjam arloji Ryujie? untuk mencari tahu apakah arloji yang kau berikan padaku asli, atau palsu. Bagaimana kalau buktinya dibagi menjadi dua? dan arloji anak itulah kunci terakhir kita?"

"Anak itu hanya hantu. Tentu saja dia tidak akan takut tersesat saat pulang. Soal arloji yang dia inginkan, tadinya Oliver yang akan mengembalikannya karena itu permintaan Ryujie. tetapi baru saja dia membawa arloji tersebut bersamanya" sahut Theo mengangkat kedua bahunya.

"Oliver di dalam penglihatanmu palsu. Armian berani menjamin yang ada dl dalam foto bersama Marcus adalah Dokter Sergei. Ini faktanya karena Armian, Riche dan Anastasya menyelidiki langsung ke rumah lama Marcus" tiba-tiba Kenatt memutuskan panggilan telepon Armian lalu berlari ke arah ketiganya untuk memberitahu hasil penyelidikan.

"Oliver sangat mirip dengan Dokter Sergei saat muda. Apa ini hanya kebetulan?" entah mengapa hati Theodor cemas.

"Ryujie sebelum pergi mengatakan bahwa Sergei menjadikan Oliver sebagai inangnya. Untuk mengalahkan Sergei, aku harus melenyapkan Oliver terlebih dahulu"

"Kau yakin Ryujie mengatakan hal itu?" tatapan tak percaya Kenatt menyorot mata Theodor.

"Ya, mengapa?"

"Kalau itu benar dia tidak pantas disebut sebagai Ayah..." desis Kenatt geram.

"Tunggu. Apa maksudmu?"

"Riche mengkonfirmasi Dokter Sergei, meninggalkan seorang Putra. Sekarang Putranya diasuh oleh Paman dan Bibimu" ketika Kenatt memberikan informasi ini, seseorang membuka pintu dan masuk.

Hisashi masuk, dan menutup kembali pintu. dia bergegas mendekati ke empatnya dengan ekspresi datar. Semua orang terkejut saat mendengar berita soal siapa sesungguhnya Oliver Kelz. tetapi tidak dengan Hisashi.

"Pantas saja aku merasakan ada aura Sergei di dalam diri Oliver. Ternyata dia hasil karya Sergei?" kekeh Hisashi tak habis pikir. Ukuran gila seseorang tidak dapat di takar dengan logika. Terbukti dengan apa yang dilakukan Sergei selama dia hidup.

"Hasil karya?" semua orang di perpustakaan tidak mengerti dengan perkataan Hisashi kali ini.

"Apa kau sudah tahu Sergei tidak pernah memiliki seorang Istri?" Kenatt menebak mengingat ucapan Hisashi baru saja.

"Hal itu juga yang membuatku ingin tahu lebih dalam lagi soal Dokter itu. Armian memastikan Sergei tidak pernah menikah, juga tidak punya banyak waktu untuk berpacaran. Lalu anak ini lahir dari mana?" Kenatt ikut dalam pusaran kebingungan semua orang.

"Mengapa kita tidak langsung saja mencari tahu apa yang ada di dalam arloji Theo?" Adel memberi saran ditengah orang-orang yang sibuk memutar otak.

"Ada yang tahu di mana Oliver berada sekarang?" Theo ingin memastikan keamanan terlebih dahulu. Mengetahui Oliver bagian dari Sergei sudah seharusnya mereka tidak boleh lengah.

"Dia sedang berbicara dengan kedua orang tuamu secara pribadi dahulu. Dia butuh izin, untuk melakukan pengobatan gabungan bersamaku" Hisashi menjelaskan.

"Sebaiknya membuka file dari Dadku lakukan di luar rumah ini. Oliver punya akses untuk memata-matai kita di rumah ini" bisik Theo ke telinga Kenatt.

"Bahkan di Perpustakaan pribadi keluargamu juga ada CCTV?" geram Kenatt kecil sehingga tidak ada yang mendengar kecuali Theo.

"Tenang saja. Aku mematikan sistem suaranya. Sekaligus menutup lensa kameranya" kata Theo sambil menunjuk kearah atas salah satu rak buku paling ujung.

"Belum lama ini Oliver memasang CCTV juga di sini dengan alasan keamananku" tambah Theo.

"Kalau kau sudah melakukannya mengapa harus khawatir?"

"Aku, Hisashi, Lucas, Amarru dan Eve pernah dijebak Sergei karena mencoba membuka file pribadinya. Jadi aku harap bekerja sama lah tanpa banyak tanya" Theo lagi-lagi berbisik seakan seseorang akan menguping pembicaraan mereka dari balik dinding.

Tok

Tok

Tok

Semua mata tertuju pada pintu. Kenatt buru-buru menyembunyikan arloji ke saku di balik jaketnya.

"Siapa?"

"Ini Oliver, aku bisa masuk?"

"Masuklah" jawab santai Theo sebelum Oliver membuka pintu.

Oliver berdiri di ambang pintu sambil menatap Theo, Hisashi dan Ferghus yang duduk santai membaca buku. Sementara Kenatt dan Adell sibuk dengan Laptop Theodor.

"Ehm. Aku kemari untuk membicarakan tentang pemulihan ingatan Theo. Mr. Hisashi, apa kau ingin mengawasi proses hipnoterapinya?"

"Tentu saja, aku siap kapan pun. Bagaimana denganmu Theo? kau bisa menjalani hipnoterapi hari ini?" jawab Hisashi, meletakkan buku di atas pangkuannya dan menunggu jawaban Theodor.

"Jangan hari ini. Pasien harus dalam keadaan prima dan stabil. Bagaimana jika besok? kau tidak akan menyibukkan diri besokkan, Theo?" potong Oliver meminta kerja sama Pasiennya.

"Tenang saja. Aku akan jadi anak rumahan besok" tidak biasanya Theo menjawab tanpa menatap wajah lawan bicaranya.

"Apa buku itu sangat menarik? sampai kau tidak melihat ke arahku sedikit pun?" Oliver bersedekap penasaran.

"Hanya buku jurnal, yang membedah sebuah kasus kriminal. Aku sangat tertarik pada bagian di mana penulisnya menemukan foto Ayahnya dengan seseorang yang sangat mirip dengan Saudara sepupunya" balas Theodor lalu meletakkan buku itu tepat di atas dadanya sambil menatap Oliver dengan mata berbinar.

"Menariknya, ternyata yang berada tepat disamping Ayahnya bukan saudara sepupunya. tetapi si penjahat gila. Jadi, si penulis berpikir. Secara logika, jelas itu bukan saudara sepupunya. tetapi mengapa mereka terlihat sangat mirip?" Theo sengaja berhenti sejenak bicara untuk melihat reaksi Oliver.

"Seharusnya kau membaca buku yang menginspirasi hidup. mengapa kau selalu tertarik dengan hal aneh?" keluh Oliver tak peduli lalu berbalik akan meninggalkan Perpustakaan.

"Penulisnya menyelidiki apa yang terjadi sebenarnya. Dan dia baru menyadari bahwa saudara sepupunya adalah anak kandung dari si penjahat. Padahal penulis mengalami banyak masalah karena penjahat itu. Jadi bagaimana cara dia harus menghadapi saudara sepupunya?"

Oliver berhenti melangkah. dia berbalik kembali menatap Theodor.

"Theo, bisa kau dengarkan aku? berhenti membaca buku seperti itu. Kau masih dalam pengobatan. Dan, apa pun yang terjadi pada si penulis, kurasa dia harus berbesar hati. Penjahatnya adalah Ayah kandungnya."

"Jelas itu kenyataan yang harus dihadapi saudara sepupu penulis. tetapi memang mengapa? Dia adalah dia bukan Ayahnya. Lagi pula, sejak kecil dia dididik oleh anggota keluarga penulis."

"Artinya, tidak ada pengaruh buruk dari Ayah kandungnya. Bukan kah terlalu kejam, menganggap seseorang berpotensi menjadi penjahat hanya karena dia anak dari seorang penjahat? bukankah dia sudah diadopsi dan menjadi keluarganya?"

"Adopsi? aku tidak mengatakan soal adopsi sebelumnya, apa kau sudah membaca jurnal ini sampai akhir? benar kah sepupu penulis anak adopsi?" ada ekspresi terkejut di wajah Theodor. Mendengar komentar Theodor, Oliver langsung berkeringat dingin.

"Lupakan buku membosankan itu. Cari bacaan lain atau kegiatan lain agar kau siap di terapi besok" Oliver hanya mampu berkata demikian sebelum menghilang dibalik pintu.