webnovel

Taman Air Merah

Theodor memilih pesta ulang tahun tak biasa. Theo dan kekasihnya Nauctha sebenarnya memilih Tovkla Water Park sebuah wahana taman air out door berada di Ibu Kota tetangga sebut saja Detulca. Namun, karena suatu hal yang tak terduga mobil yang mereka tumpangi mengalami masalah. Akhirnya mereka liburan di Winter Water Park sebuah wahana taman bermain out door yang di dominasi warna putih dan biru di kota kelahiran mereka, bernama Alustra. Teror dimulai ketika mereka akan mencoba wahananya. Seorang hantu Wanita menyamar menjadi salah satu pengawas wahana taman bermain tersebut. Ada motivasi apakah sang hantu menampakkan diri pada mereka?

Yi_EunSha · ホラー
レビュー数が足りません
56 Chs

Jejak Masa Lalu

Sial!! Diandra tak sanggup lagi berlari jadi dia memilih bersembunyi di balik rimbunnya semak belukar. Refleks Diandra mengambil plastik kecil dari balik bajunya, lalu menggali lubang kecil dengan bantuan batu yang dia temukan di sekitar persembunyiannya. Setelah merasa galiannya cukup dalam, Diandra memasukkan plastik kecil ke dalam sana dan menguburnya.

Jika aku bisa melarikan diri dari sini, setelah situasi aman aku akan kembali mengambil benda pemberian Trevor ini batin Diandra.

Dia mengintip dari semak belukar, mengawasi keadaan sekitar. Tak ada siapa pun di sana begitu lengang dan tenang. Jantung Diandra berdegup sangat cepat dia menimbang-nimbang apakah ini saatnya dia kabur? Perlahan tetapi pasti Gadis bernama Diandra keluar dari semak-semak dirinya kembali berlari sekuat tenaga sambil meringis kesakitan.

"Markas Sergei? tetapi bukankah aku sudah cukup jauh pergi dari tempat ini? Lalu mengapa aku kembali lagi?" gumam Diandra tertegun.

Tubuhnya mengeluarkan keringat dingin sadar akan kebodohannya. Jadi, dia mengubur benda berharga di wilayah musuh?! Sudah terlambat jika kini dia ingin mengambil kembali satu-satunya benda berharga peninggalan Trevor.

Diandra bergegas untuk menjauh dari markas Sergei tetapi sepatunya tersangkut sesuatu, pada akhirnya dia terjebak masuk dalam sebuah jaring.

Biiiiiip

Biiiiiiip

Suara alarm tanda mangsa telah tertangkap, berbunyi nyaring memberi tahukan pada Sergei dan komplotannya. Tak lama kemudian Sergei dan kelompoknya muncul dengan seringaian puas.

"Saksi terakhir sudah tertangkap. Tinggal kita lenyapkan saja dia" kekeh salah satu anggota organisasi Otra.

"Bagaimana dengan orang-orang yang berhasil melarikan diri? Kudengar Zerra dan Hugho membantu mereka semua melarikan diri" desis Sergei tak ingin kejahatannya terbongkar. Kejahatan yang dilancarkannya di luar Rumah sakit tempatnya bekerja dahulu.

"Timku sudah melacak keberadaan mereka semua, dan membungkam mulut mereka untuk selamanya"

"Mereka? Apa itu termasuk Zerra dan Hugho?"

"Tidak. Mereka licin seperti belut"

"Hey!! Mereka salah satu pendukung Marcus dan Diandra. Jangan lepaskan mereka atau usaha kita selama ini akan hancur berantakan!!" omel Sergei, merebut pistol dari saku orang itu, lalu mengacungkannya tepat di depan mata orang tersebut.

"Sergei!! Apa kau sudah gila?! Dia tenaga penyedia objek penelitianmu. Kalau dia sampai mati..." seseorang memperingatkan.

"Maka perintahkan anak buahmu untuk bekerja tanpa secuil pun, kesalahan. Pertama, lenyapkan Diandra. Dia sudah membuatku muak" keluh Sergei sambil melemparkan pistol itu ke sembarang tempat.

"Bawa dia ke lokasi eksekusi segera" geram si Pemimpin organisasi Otra, pada anak buahnya yang hampir saja terbunuh di tangan si gila Sergei. Entah apa yang akan di dapatkan Sergei, ketika menerima kontrak dengannya padahal risiko terburuk bisa saja menghujaninya dalam waktu bersamaan.

Para pembunuh bayaran pada akhirnya datang juga. Mereka menatap Diandra yang terpenjara dalam jaring jala.

"Bawa dia ke daerah eksekusi. Ingat. Harus.... tanpa.... meninggalkan,,, jejak..." perintah sang pemimpin organisasi Otra pada beberapa pembunuh bayaran. Diandra memekik marah ketika dia digelandang menaiki sebuah truk bak dan di sembunyikan bahkan mulutnya telah di bungkam paksa. Wajahnya mulai memar di sekitar wajahnya akibat adu kekuatan yang tak seimbang tadi.

Ckiiiiiit!!

Laju truk bak itu terhenti mendadak. Entah ada halangan apa sehingga truknya terhenti cukup lama. Malah beberapa menit kemudian ada keributan besar memaksa tiga orang yang menjaga Diandra di bagian bak truknya mau tidak mau menghampiri empat rekannya yang lain. Diandra membelalakkan kedua matanya, begitu mengetahui kehadiran Zerra dan Hugho secara diam-diam.

"Apa kau bisa berlari?" bisik Hugho mulai sibuk memotong jaring jala.

"Kakiku sempat terkilir. Jangan khawatir aku akan berusaha untuk lari. Kalian tolong jangan hiraukan aku. Pergilah, dan bawa pergi wasiat Trevor. Kumohon" bisik Diandra setelah memberi tahu letak dirinya menyembunyikan plastik kecil. Theodor menegang sejenak mengetahui tiba-tiba pandangannya menjadi menggelap dia hanya mendengar suara teriakan Diandra, Zerra dan Hugho.

"Hey, Theo, kau baik-baik saja? Apa ingatan terakhir Diandra hanya sampai disitu?" tegur Nauctha menepuk bahu Theodor yang mengencang hebat.

"Kurasa Theo butuh menenangkan diri terlebih dahulu. Kita pergi ke suatu tempat saja untuk membicarakan langkah selanjutnya" tandas Berta Staley sambil menepuk bahu Nauctha.

Theodor dan semua temannya yang merasa trauma membicarakan masalah Diandra di tempat umum akhirnya memilih tempat tinggal Theodor, sebagai markas mereka. Sesampainya di rumah Theodor, ponsel Kenatt berdering.

"Sepertinya Armian sudah menemukan informasi soal Sergei. Jadi di mana kita bisa leluasa membicarakan soal ini?" tanya Kenatt menggoyang-goyangkan ponselnya.

"Ikuti aku, dan apa pun pertanyaan Momku soal mengapa kalian ada di sini, lebih baik aku saja yang jawab. Kalian diam saja oke," kata Theodor mempersilakan masuk, sekaligus memperingatkan. Semua orang mengikuti Theodor, menuju ruang perpustakaan.

Sebelumnya Theo memastikan terlebih dahulu apakah tempat itu kosong atau tidak. Begitu melihat kosong, dia langsung memerintahkan seluruh orang yang datang bersamanya, masuk ke ruang perpustakaan luas tersebut, lalu Theo menguncinya.

"Mengapa kau menyembunyikan kedatangan kami dari orang tuamu?" Ferghus Cloy memicingkan mata tak suka.

"Apa yang harus ku katakan pada Momku? Aku diganggu makhluk halus, lalu meminta bantuan kalian? Kalau itu ku lakukan, Mom akan terkena serangan jantung saat ini juga. Dia sudah sangat menderita melihatku mengalami gangguan tidur kalau sampai dia tahu soal ini, bisa-bisa justru dirinya berpikir sekarang Putranya juga mengalami gangguan mental" jawab Theodor panjang lebar.

"Bisa kita fokus dengan masalah kita? Sudah saatnya kita menghubungi kembali Armian. Dia pasti punya informasi penting" tegas Kenatt merasa waktunya terbuang percuma karena perdebatan antara Ferghus dengan Theodor. Keduanya hanya menggunakan isyarat mempersilahkan si Polisi menelepon agen rahasianya.

"Maaf. Kami ada kendala dijalan tadi. Jadi apa yang kamu temukan Armian?" kata Kenatt setelah panggilannya terjawab.

"Sergei menggunakan tubuhnya sendiri untuk dijadikan bahan eksperimen."

"Dia melakukannya di Mexico dengan bantuan seluruh rekan-rekannya. Setelah itu, mereka yang mengenal Sergei tidak pernah melihatnya lagi sampai sekarang" informasi dari Armian membuat semua orang hanya bisa diam mematung.

Jika...dalang masalah mereka lenyap, artinya tidak akan ada investigasi selanjutnya. Semua perjuangan Theo dan kawan-kawan, terbuang percuma.

Theo tertegun mendapat informasi dari anak buah Kenatt. dia berdiri, berpikir dengan begitu otaknya yang kusut, dapat kembali terurai lurus.

"Kalau keberadaannya tidak dapat terdeteksi, sebaiknya ikuti saja petunjuk yang ditinggalkan Diandra padaku. Kita pergi ke tempat itu saja" jawab Theodor tak patah semangat.

"Itu? di mana tempat yang kau maksud?" Zack mengerutkan kening tak mengerti.

"Lokasi di mana Diandra, menguburkan sebuah bukti di dalam kantung plastik. Untuk itu, kita akan kembali ke sana"

"hey bung, katakan saja dengan sejelas mungkin" protes Kabil penasaran.

Theodor, dan seluruh orang yang bekerja sama dengannya kini kembali ke Winter Water Park pada jam 12.00AM. Mereka berencana mengambil kantung kecil yang sengaja dikubur Diandra sebelum dia koma.