"Aku pun juga mengalami hal yang sama. Karena inilah, Lucas bersikeras agar kita semua duduk tenang di sini. Menunggunya menjemput kita. Tentu saja siapa pun yang memantrai kita tidak akan menyangka kemunculan pihak lain" kata Ferghus sambil mengetukkan kaki di atas rerumputan.
"Ada Hisashi dan Amarru di sini. Haruskah kita menunggu Lucas? maksudku bukankah Mereka berdua sudah cukup untuk mematahkan matra jahat?" Eve menatap tak sabar pada Ferghus.
"Ayolah Ferghus, katakan sesuatu. Kita mengalami hal seperti ini tidak hanya sekali. Kau ingat?!" kali ini Eve menaikkan nada merasa tidak didengarkan.
"Kalau semudah itu pasti kita sudah berada di rumah masa kecil Theodor. Kita tidak bisa melawan dengan kekuatan Hisashi dan Amarru" Ferghus menggeleng pasrah.
"Apa maksudmu?" Adel juga mulai penasaran.
"Karena kami termasuk dari target mantra musuh kita semua" sahut Hisashi mulai memahami kejanggalan yang dialaminya.
"Kemarin kalian berdua juga sama, menjadi target musuh. Apa bedanya sekarang?" Eve tidak sabar untuk tahu mengapa, Hisashi dan Amarru tidak berbuat apa-apa.
"Mantra kali ini dibuat lebih rumit. Seperti saat harimau masuk ke dalam perangkap. Semakin kau memaksa keluar dari perangkap dengan sekuat tenaga, maka semakin jebakannya melilit kuat seluruh tubuh si harimau, sampai kesulitan bernapas" Amarru ikut menjelaskan apa yang sulit dijelaskan Ferghus.
"Dengan kata lain, kalau kita tidak ingin mati konyol di sini, tunggu lah seseorang yang menemukan kita dan melepaskan mantranya" Hisashi mengangguk setuju.
"Lucas bisa menggunakan mantra lain untuk melepaskan serangan mantra musuh?" Eve mengernyit tidak yakin.
"Ada kemampuan khusus yang tidak disadari olehnya. Tetapi kami sudah menyadari itu semenjak kau membawanya bersama kita di dimensi Sergei" sahut Hisashi enteng.
"Apa itu?"
"Rahasia. Kau ingin Sergei mengetahui senjata kita?" Hisashi memutuskan menyimpan misteri kemampuan Lucas. Mungkin ini bisa menjadi senjata melawan Sergei.
"Ini buruk!" pekik Riche setelah sempat masuk ke dalam mobil Theodor untuk mengambil air mineralnya yang dititipkan pada Kenatt.
"Ada apa lagi sekarang?" Kenatt menatap tajam Riche dengan waspada penuh.
"Tubuh Theo semakin terasa dingin. Bahkan nafasnya seolah sedang tersumbat!" Riche mencoba menggambarkan sedetail mungkin kondisi Theodor dalam keadaan terlalu panik.
Hisashi segera bergegas menuju ke mobil. Dia memeriksa denyut nadi Theodor. Denyutnya tidak stabil. Hisashi ingin menyalurkan energinya pada Theo tetapi dicegah Amarru.
"Guru. Tenaga Guru belum pulih sepenuhnya. Mohon jangan paksakan diri. Perjalanan kita masih panjang" Amarru memperingatkan.
Sebagai gantinya, Amarru yang menyalurkan energi. Dalam waktu sepuluh menit, akhirnya wajah Theodor yang sepucat mayat kembali pulih seperti sediakala.
"Di mana Theodor?" suara Lucas terdengar tak jauh dari mobil yang terparkir di belakang mobil Theodor.
"Di dalam mobilnya" Ferghus menjawab sendu. Belum lima menit Ferghus selesai bicara. Suhu disekitarnya mulai berubah menjadi dingin. Dia merasakan dari ujung kaki sampai ke lututnya basah kuyup.
Tampaknya semua orang pun mulai merasakan apa yang di rasakan Ferghus. Bahkan Hisashi memekik panik melihat seluruh tubuh Theodor terendam oleh air. Untung Hisashi sigap membuat tubuh Theodor terduduk.
Karena pergerakan mendadak, sekaligus rasa dingin melingkupi tubuhnya, Amarru pun berhenti memberikan energi pada Theodor. Keduanya bergegas menggiring Theodor keluar dari mobil dan mendekat ke arah Lucas.
Pemandangan mengejutkan terlihat di sekitar mereka. Mantra musuh mereka sudah terpecah dengan kehadiran Lucas. Dan kenyataan mereka sedang berada di tepi lautan membuat mereka sangat panik.
Mobil Theodor hampir terbawa ombak ke tengah laut. Untungnya, setelah menyadari mobil Theo akan tersapu ombak besar, saat itu juga Hisashi dan Amarru berjuang menyeret tubuh Theodor keluar dari mobil dan bergerak menuju tepian.
Mereka terus bergerak hingga kaki mereka menapaki pasir. Kali ini Lucas membantu Hisashi dan Amarru mengangkut tubuh Theodor.
"Bagaimana bisa kita tidak merasakan dingin saat berada di sana cukup lama tadi?" gerutu Adell sambil gemetar kedinginan.
"Pengaruh mantranya" sahut Hisashi datar.
"Kita harus menunggu anak buahku datang membawa mobil yang lainnya" potong Kenatt setelah menelepon anak buahnya sekaligus melaporkan ada kecelakaan.
"Theo tidak bisa menunggu lebih lama lagi" tegas Amarru sambil memerhatikan kondisi Theodor yang semakin melemah.
"Kita naik mobilku saja. Ayo bawa dia kerumah sakit sekarang" Lucas berinisiatif sambil mengarahkan Hisashi dan Amarru ke arah mobilnya terparkir.
"Dokter mungkin bisa menyembuhkan raganya. Tetapi jiwa Theo hanya kita yang bisa mengembalikannya seperti semula" tegas Hisashi.
"Theo harus ke rumah itu sekarang" tambah Hisashi memaksa.
"Aku ikut" Eve bergegas mendekat.
"Kami akan menyusul!" seru Kenatt cepat. Lucas menoleh sambil mengangguk.
Rumah Keluarga Sanders.
Eve membuka pintu mobil, keluar dari sana dengan menatap sebuah rumah mewah tak berpenghuni. Biasanya, Jika rumah telah lama ditinggal, akan ada banyak penyusup, yang mengambil kesempatan untuk menjarah seluruh benda berharga di dalamnya.
Tampaknya hal ini tidak berlaku di rumah keluarga yang telah lama lenyap tersebut. Buktinya, tidak ada kaca yang pecah, seluruh kaca dirumah itu terkunci rapat. Pintu masuk dan pintu darurat pun terkunci rapat. Seolah... baru kemarin si Tuan rumah meninggalkan rumah.
"Apa di daerah ini sistem keamanannya sangat ketat?" Lucas memulai pembicaraan. Semua orang yang berjalan bersamanya menatap datar si Pria muda.
"Maksudku..., rumah keluarga Sanders sudah lama ditinggalkan. Seharusnya akan ada banyak pihak yang ingin menjarah seluruh barang berharga di dalamnyakan?" tambah Lucas meminta respons.
"Hmm, mungkin ada seseorang yang selalu datang kemari secara berkala, untuk menjaga dan merawat rumah ini?" Eve berkomentar masuk akal. Secara teori, rumah mewah ini bersih tak berdebu. Halaman rumahnya tidak dipenuhi dedaunan kering yang berserakan. Kolam ikan berukuran besar di halaman itu pun tidak diselimuti lumut.
"Hisashi. Ada apa dengan Theo?" Lucas memerhatikan urat nadi di bagian leher, dan pelipis Theo yang menjadi terlihat sangat menonjol dari sebelumnya. Tetapi anehnya, warna urat itu berubah menjadi merah semu.
"Felix memanggil Theodor. Seharusnya mereka satu. tetapi karena keadaan yang spesial, Felix kehilangan bagian dirinya yang lain" desis Hisashi.
"Cepat buka pintunya. Kita harus membantu Felix mencegah Theo agar tidak terpengaruh kekuatan Sergei!" seru Hisashi. Eve berlari kearah pintu bersiap untuk membuka pintu. Masalahnya, pintu tersebut sangat sulit dibuka karena pintunya terkunci rapat dari dalam.
"Apa tidak masalah Theo berada ditangan Felix?" keraguan jelas terlihat di kedua mata Lucas. Setelah berdiri di depan pintu.
"Kau pikir Felix akan menyakiti dirinya sendiri?" Hisashi menjawab singkat.
"Kau bisa membukanya dengan kemampuan spesialmu" Hisashi memberi petunjuk untuk Eve yang masih berjuang membuka pintu.
Eve mengangguk bersiap untuk menggunakan kemampuannya tidak disangka Lucas justru membuat Eve berdiri mematung dengan mengatakan sesuatu.
"Apa kau pelayan di rumah ini?" tanya Lucas sambil menatap tajam pintu.
Tentu saja Eve gemetaran dan segera menjauhi pintu, untuk bersembunyi dibalik punggung Hisashi.
"Dia Putra pemilik rumah ini. Felix Sanders... apa kau masih ingin menghalangi kami untuk masuk? dia sedang sekarat" Lucas menjelaskan tentang kondisi Theo pada pintu.
"Ya, kami memang akan membantu Felix untuk bertahan hidup. Jadi biarkan kami masuk" ucap Lucas lagi memaksa sesuatu yang tak terlihat untuk menyetujui keinginannya.