webnovel

T.I.M (treasure in murder)

Pada tahun 2172 Indonesia masih belum benar-benar merdeka. Korupsi masih ada ketidak adilanpun masih merajalela. Sekelompok individu dari latar belakang berbeda-beda yang muak dengan keadaan negara mereka bersatu untuk menangani kasus-kasus yang tidak bisa di pecahkan oleh unit lain di negara mereka. Aileen Fredella adik Adara Afsheen yang merupakan bagian dari T.I.M harus menggantikan posisi sang kakak yang sudah meninggal. Pertemuan tidak terduga, kasus rumit terjadi, dan menjadi pengurus apartemen bukan hal yang mudah. Berbagai konflik terjadi kesedihan, kebohongan, pengorbanan, penghianatan, dan cinta. Akankah Aileen mampu? (Cerita ini sedang di edit besar besaran karena banyak typo dan beberapa jalan cerita yang kurang memuaskan author mohon bersabar)

LynKuromuno707 · SF
レビュー数が足りません
214 Chs

Chapter 8; Situasi darurat bag 2

Rei mendatangi super market dimana Aileen terakhir kali terlihat namun saat ia berkeliling Aileen tampak sudah tidak berada di sana. Iapun mengeluarkan handphonenya dan mencari memilih screen shoot foto Aileen yang di dapat dari kamera CCTV di dekat sini dengan posisi wajah Aileen yang memang tampak menatap ke arah kamera agar ia tidak tampak seperti seorang stalker dan malah tampak seperti sebuah foto yang sengaja di ambil dari atas. Iapun menghampiri penjaga kasir.

"Halo mas, ada yang bisa saya bantu?"

Tanya Reyna dengan sopan, Rei pun memperlihatkan foto Aileen tadi kepadanya sebelum kemudian bertanya.

"Apa perempuan ini masuk kedalam toko sebelumnya?"

Perempuan penjaga kasir itu mengambil hand phone Rei dan menatap foto itu selama beberapa saat. Kedua mata bru perempuan itu tampak menatap foto Aileen dalam handphone Rei, ia tampak beralih menatap Rei dengan wajah yang tampak agak heran sebelum kemudian berkata.

"Maaf tapi mas ini siapanya ya?"

Tanya Reyna dengan hati-hati, dia tidak mau memberikan informasi Aileen kepada sembarangan orang apalagi kepada orang yang baru dia temui.

"Saya tinggal di gedung apartemen kakaknya yang letaknya gak terlalu jauh dari sini. Dia datang tanpa pemberitahuan dan menurut satpam yang menjaga apartemen dia pergi keluar buat belanja tapi sampai sekarang dia masih belum kembali."

Mendengar perkataan Rei Reyna menjadi kepikiran dengan keberadaan temannya sekarang, ia memang sudah memperingati Aileen namun Aileen tampaknya santai-santai saja dengan hal ini. Reyna tahu Aileen itu sebenarnya siapa apalagi mengingat pekerjaan lain yang dia miliki dia sudah terbiasa menghadapi situasi semacam ini tapi sebagai teman tetap saja dia khawatir!!

"Mbak ini tadi emang kesini mas. Dia baru aja pergi, tapi yang jadi masalah saya liat ada laki-laki yang ngikutin dia dari belakang. Saya temennya dan saya udah meringatin dia tapi dia gak nganggap terlalu serius hal ini karena beberapa alasan dan gak terlalu peduliin pria itu meski dia tahu dari awal dia diikutin!"

Mendengar penjelasannya Rei mulai gelisah dan kembali panik, ada kemungkinan orang itu benar-benar pelaku pembunuhan yang sudah terjadi selama tiga bulan terakhir ini, jika itu benar Aileen mungkin akan menjadi korban selanjutnya. Ini semua semakin berbahaya.

"Kayak gimana ciri-cirinya?"

Reyna terdiam sejenak, mencoba mengingat-ingat seperti apa orang yang membuntuti Aileen setelahnya iapun kembali menjawab.

"Saya gak liat wajahnya sih, tapi dia pake jaket item sama masker sekali pakai. Tapi matanya bener-bener serem, rasanya kayak diintai binatang buas waktu di tatap sama orang itu."

Rei pun mengangguk mengerti dan mencatat semua yang di katakan perempuan itu di dalam pikirannya.

"Kalau gitu makasih mbak, nanti saya bakal nyuruh dia hubungin mbak kalau saya udah nemuin dia."

"Iya sama-sama. tolong temuin Aileen ya."

Rei menganggukan kepalanya dan mengambil kembali handphonenya dari tangan perempuan itu, setelahnya iapun memasuk handphonenya ke dalam saku jaketnya kembali dan Reyna melihatnya tampak terburu-buru untuk pergi dari kejauhan.

"Semoga Aileen gak kenapa-napa, tapi kok rasanya aku kenal sama wajah mas-mas tadi ya?"

Tanya Reyna pada dirinya sendiri sambil menatap kepergian Rei dan menggaruk pipinya yang tidak gatal. Reyna masih belum bisa tenang mengingat sahabatnya tidak ada kabar tapi ia hanya bisa berdoa kalau Aileen akan baik-baik saja

***

Haruou yang menunggu di apartemen seperti biasa berkeliling area apartemen untuk mencegah penyusup yang masuk seperti biasa, ia khawatir dengan nonanya namun karena diam saja tidak ada gunanya ia lebih memilih untuk tidak melakukan hal yang sama. Tidak lama kemudian merasakan alat komunikasi khususnya bergetar di saku bajunya iapun mengambil alat komunikasi khususnya dan memakai benda itu di telinganya dari dalam sakunya. Sebuah layar hologram yang bereaksi pada sentuhan tampak muncul di hadapannya. Melihat foto Rei muncul iapun segera mengangkat panggilan itu.

"Ada apa Rei? Nona Aileen udah ketemu?"

"Hah? Harusnya aku yang nanya Haruou, Aku tadi pergi ke super market. Petugas kasirnya bilang Aileen udah pergi, apa Aileen udah di deket sana?"

Haruou heran mendengar hal ini, iapun keluar dari posnya bersama Luna dan kembali memeriksa gerbang depan dan belakang, tapi saat di periksa dia tidak melihat siapapun mendekati apartemen. Jalanan bahkan tampak sangat sepi mengingat gedung apartemen yang dia jaga memang tidak terlalu strategis letaknya tapi tetap tidak terlalu jauh dari jalan besar. Selain itu kalau orang lain yang tidak tahu letak apartemen tersebut mereka sudah pasti akan tersasar karena apartemen tersebut di kelilingi oleh pagar hidup yang tinggi-tinggi untuk mengelabui orang yang lewat. Aileen bisa menemukan letak apartemennya sendiri bisa di bilang sebuah keberuntungan untuknya mengingat ia saja saat pertama kali datang kemari lima kali tersasar dulu baru bisa menemukan apartemennya karena ada begitu banyak jalan di sekitarnya. Kalau saat itu ia tidak diam sebentar dan melihat ke atas ia mungkin tidak akan menyadari kalau apartemen di mana ia harus bekerja adalah di sini. Pagar hidupnya sekitar dua meter, dari mana dia tahu kalau letak gerbangnya tanpa diberitahu Aksa?

"Belum, dia belum kembali kok."

"Kalau gitu aku tutup lagi telponnya,

Rei pun menghela nafas dan berbalik arah menuju jalan memutar yang mungkin di lewati Aileen, diapun mencoba melacak handphone Aileen dengan handphonenya menggunakan GPS. Setelah di cari benar saja Aileen saat ini berada di sebuah gang sepi yang merupakan jalan memutar untuk kembali keapartemen. Melihat pergerakannya tiba-tiba terhenti karena sesuatu Rei menggertakan giginya. Situasi ini sepertinya menjadi semakin berbahaya, Rei langsung menghubungi Aksa yang saat ini sudah berada di apartemen dan menyimpan belanjaan yang dia beli terlebih dahulu agar motornya lebih ringan dan membuatnya leluasa untuk mencari Aileen dan baru akan menyusul Rei, Daniel yang menyusul Rei dengan mobilnya dari belakang dan Angga yang masih berada dalam perjalanan untuk pergi ke super market yang dimaksud oleh Rei.

"Aksa, Daniel, Angga, Adnan Aileen udah pergi dan kembali lewat jalan memutar menurut sinyal GPS. Tapi sekarang dia diam di satu tempat. Ada kemungkinan dia lagi di sergap di sana."

Mendengar hal itu semua orang tentu kaget dan menghentikan apa yang mereka lakukan saat itu juga.

"Tenang Rei, aku segera menyusul. Kamu di mana?"

"Gak perlu Aksa, yang penting kalian segera kesini ada kemungkinan Aileen dalam bahaya!"

"Walah kenapa perkiraanku selalu benersih?!"

Mendengar Angga yang sepertinya panik dengan situasi ini dengan tenang Daniel yang menyetir hanya menjawab.

"Entah. Mungkin mulut kamu dikutuk."

Ucap Daniel yang sebenarnya adalah candaan namun dengan suara yang kelewat serius.

"Tahu nih, Angga kalau asal ceplos bener mulu!"

Keluh Adnan dengan sebal sambil mempercepat kecepatan hover boardnya hingga kecepatan maksimal. Entah kenapa setiap Angga mencandakan suatu atau mengira-ngira hal buruk yang mungkin bisa terjadi hal itu hampir selalu benar-benar terjadi, karena ini pula semua orang cepat-cepat mencari Aileen takut kalau kata-kata yang Angga ucapkan kembali menjadi kenyataan.

"Jangan nyalahin aku! Aku kan cuma asal ngomong!"

Jawab Angga tidak terima sambil mempercepat laju motornya juga. Aksa yang hilang kesabaran karena keduanya yang bertengkar seperti anak kecilpun membentak mereka.

"Udahlah kalian jangan bertengkar!! Kalian itu bukan anak kecil lagi!!"

Rei otomatis melepaskan alat komunikasinya sesaat saat ia merasa Aksa akan membentak kedua temannya begitu pula dengan Daniel. Untung saja mereka behasil melindungi telinga mereka. Sementara itu kedua teman mereka yang tidak terlalu beruntung mendapati sebelah telinga mereka berdenging mendengar suara bentakan dari ketua mereka.

"Iya maaf~"

Jawab mereka berdua bersamaan takut akan di bentak lagi. Rei menghela nafas, iapun menggunakan kembali alat komunikasinya dan berkata.

"Sekarang kita ketemu di sana, dan kita harus siap dengan kemungkinan terburuk."

Semua orang tidak mengatakan apa-apa untuk sesaat mengingat kematian Adara yang belum lama ini. Kali ini mereka tidak boleh gagal. Tidak boleh ada kata gagal untuk T.I.M.

"Dimengerti!"

Beri, vote coment dan review kalau kalian suka cerita ini dan kalau ada kekurangan tolong beri tahu juga, kalau ada yang mau ngasih gift juga juga boleh. Makasih buat semua dukungan kalian dalam bentuk apapun itu see you :)

LynKuromuno707creators' thoughts