Singkat cerita,
Akhirnya Alung membuktikan, bahwa dia memang bersungguh-sungguh membuka usaha dengan berdagang Bakso. Pada awalnya, Alung berjualan dengan menjajakan baksonya keliling kampung. Dan usahanya itu benar-benar sukses. Dalam waktu yang tidak lama, dia bisa mengembangkan bisnisnya hingga dia mampu mendirikan kios bakso di beberapa tempat. Tak hanya itu, dia juga membangunkan rumah gedongan buat orang tuanya. Rumah yang didirikan itu nampak terkesan wah dan glamour. Alung juga memiliki kendaraan-kendaraan mewah keluaran terbaru.
Melihat perubahan drastis dan mendapatkan kekayaan yang melimpah ruah pada diri Alung dan keluarganya, membuat para warga terutama kami sahabat-sahabatnya jadi curiga. Karena kami kerap kali menjumpai kejanggalan-kejanggalan yang ada pada diri Alung. Tak hanya sifatnya yang sombong, wajah Alung juga terlihat kian hari kian menghitam. Auranya sangat gelap. Tubuh Alung juga semakin hari semakin bertambah kurus. Dari keanehan-keanehan itulah yang memunculkan spekulasi di pemikiran kami, bahwa di balik kekayaan Alung yang mendadak itu pasti ada sesuatu yang berbau mistis. Kami berpendapat bahwa pemuda kampung itu telah melakukan persekutuan dengan jin untuk mendapatkan kekayaan. Kami yakin, Alung melakukan ritual-ritual pesugihan. Pesugihan macam apa yang sedang digeluti oleh Alung? Ini yang menjadi pertanyaan besar pada diri kami, terutama aku sebagai salah satu sahabat dekat Alung.
Dan suatu malam, tepatnya hari senin malam selasa ketika aku, Paijo, Candi, dan Narta sedang berkumpul, tiba-tiba kami melihat bola api yang melayang-layang di udara. Kobaran bola api itu terbang dan meluncur ke arah rumah Alung. Karena penasaran, kami berempat akhirnya mengejar bola api itu dan mengikuti ke mana jatuhnya benda misterius tersebut. Kami terpaksa melakukan investigasi ini, karena kami sudah beberapa kami melihat fenomena bola api itu yang selalu muncul setiap malam selasa kliwon.
Aku dan ketiga temanku terus mengikuti pergerakan bola api itu, hingga benda yang menyala-nyala seperti kobaran api ini jatuh dan lenyap di sebuah bangunan yang letaknya tepat di belakang rumah Alung. Bangunan yang menyerupai kandang ini tidak terlalu besar dan hanya terbuat dari bilik bambu yang tersusun renggang, sehingga kami bisa mengintip apa saja yang ada di dalamnya. Tempat ini nampak kotor, becek dan bau. Sekilas seperti kandang babi.
Dengan rasa was-was dan jantung yang berdebar-debar aku, Paijo, Candi, dan Narta diam-diam mengintip apa yang terjadi di dalam bangunan yang lebih pantas disebut gubuk ini, melalui sebuah celah pada bilik bambunya. Dan alangkah terkejutnya kami saat kami melihat Alung sedang bersemadi di sana. Laki-laki muda itu, duduk bersila seperti pendeta umat buddha. Bertelanjang dada dan hanya mengenakan sebuah kain sarung untuk menutupi area genitalnya. Kedua tangannya diletakan di atas pahanya dengan telapak tangan menghadap ke atas. Mulutnya komat-kamit mengucapkan mantra-mantra yang tak kami pahami. Lalu dia membakar kemeyan dan beberapa jenis dupa, hingga baunya yang khas itu menyeruak ke indra penciuman kami. Aura mistis benar-benar tercipta nyata, ketika tiba-tiba ada penampakan gumpalan asap putih yang tebal. Gumpalan asap itu semakin lama semakin menghitam dan berubah menjadi sesosok makhluk dengan bentuk rupa seperti kepala manusia tanpa badan. Wajahnya sangat menyeramkan, matanya lebar berwarna merah meyala, kumis dan jenggotnya lebat, dan seluruh permukaan wajahnya di tumbuhi dengan bulu-bulu hitam.
Aku dan ketiga temanku langsung bergidik ketakutan. Namun rasa keingintahuan kami yang tinggi mengalahkan rasa ketakutan itu. Meskipun sekujur badan kami merinding dan bulu kuduk kami berdiri, kami tetap menyaksikan dengan seksama adegan apa yang selanjutnya bakal terjadi.
Masih dari lubang celah dari bilik bambu ini, mata kami melihat bahwa Alung sedang berdiri, membusungkan dadanya dan merentangkan kedua tangannya seolah dia menyambut hangat kedatangan makhluk astral tersebut. Lalu makhluk hitam berupa kepala itu melayang dan hinggap tepat di area selangkangan Alung. Sejurus kemudian, Alung menyibakan kain sarungnya, hingga alat kelaminnya yang masih setengah tegang itu terlihat dengan jelas. Organ vital Alung nampak menjuntai seperti belalai gajah, tersunat ketat dengan hiasan dua bola kembar yang berukuran cukup besar, batangnya lurus dengan ukiran urat syaraf yang menjumbul, kepala benda kejantanannya mengkilap terkena cahaya lampu, rambut-rambut kemaluannya nampak gondrong tak terawat, sekilas alat kelamin Alung memang menggiurkan untuk para wanita dan juga lelaki penyuka sejenis. Dan aku cukup terkagum dengan wujud burung Alung yang kini mulai tegang sempurna itu.
Lalu, hal yang tak terduga pun terjadi, tiba-tiba makhluk aneh itu menjulurkan lidahnya yang sangat panjang seperti seekor ular yang melilit-lilit. Kemudian lidah itu mulai menjilati perabotan seksual Alung. Aaackhhh ... Alung seketika itu mendesah, menikmati setiap jilatan demi jilatan yang diperagakan oleh makhluk yang kami sebut dengan Setan Kober itu.
Menurut mitos yang kami ketahui, Setan Kober adalah sejenis jin pesugihan yang memiliki perangai seperti kaum homoseksual, karena kebiasaan nyelenehnya yang suka menghisap alat kelamin laki-laki yang menjadi wadal (tumbal)-nya. Dan yang menjadi korban tumbal untuk Setan Kober ini, bukan orang lain tetapi yang menjadi tumbalnya adalah orang yang melakukan ritual pesugihan Setan Kober itu sendiri.
Oke, aku dan teman-temanku masih terus melihat atraksi demi atraksi yang termasuk vulgar dan sangat erotik ini. Karena pada malam persembahan itu Alung benar-benar menyerahkan benda keramatnya untuk dihisap dan dinikmati oleh Si Setan berwujud kepala buntung berambut gimbal itu.
Setan Kober dengan sangat beringas menyeruput perkakas pribadi Alung, hingga pria muda itu kelojotan dan meregangkan otot-ototnya. Tubuhnya menggelinjang tak karuan, setiap kali mulut makhluk meyeramkan itu menyedot-nyedot organ vitalnya, hingga menguras habis semua isi madu perjaka (sperma) Alung. Makhluk berambut gondrong nun gimbal itu baru menghentikan hisapannya, ketika tubuh Alung roboh ke tanah dan dari ujung kepala kemaluan Alung mengeluarkan cairan darah segar berwarna merah kebiruan. Sungguh, perbuatan yang teramat sadis dan kelewat bengis, karena Iblis Kober itu tak hanya menghisap alat kelamin Alung hingga menyemburkan cairan sel-sel sperma saja, tapi dia juga membuat tubuh laki-laki sahabatku itu meronta-ronta dan berdarah-darah.
Usai prosesi yang menyakitkan dan meyeramkan itu, dalam waktu sekejap sosok kepala tanpa badan itu langsung lenyap entah ke mana. Kemudian keanehan muncul kembali, ketika mata kami menyaksikan bahwa dari balik kain sarung yang dikenakan Alung tersebut mengeluarkan uang kertas pecahan 100 ribuan, dan uang-uang itu berhamburan menghujani tubuh Alung. Entahlah, itu uang betulan atau hanya uang imajiner belaka.
Sambil meringis seolah menahan rasa sakit, Alung tersenyum puas karena telah mendapatkan uang-uang tersebut. Dia nampak bahagia memeluk uang-uang siluman itu. Benar-benar sulit dipercaya!
Setelah melihat kejadian ganjil tersebut, aku dan teman-temanku langsung segera pulang ke rumah. Kami membawa sejuta rasa yang menyelimuti batin kami. Rasa tak percaya, rasa ketakutan, rasa keanehan dan segudang rasa yang lainnya membaur jadi satu dalam jiwa dan raga kami.
Dan pada hari berikutnya, aku, Paijo, Candi, dan juga Narta tiba-tiba jatuh sakit dalam waktu yang bersamaan. Badan kami panas dingin terserang rasa meriang tanpa ada sebab yang jelas. Iiiihh... seram!