webnovel

Penampilan

' Untuk Nona Rose yang telah lama menunggu meskipun masih berusaha bersabar.

Sebenarnya saya sedikit malu jika membicarakan tentang diri saya yang sederhana ini. Namun izinkan saya menjawab beberapa pertanyaan yang Nona berikan pada saya.

Meski tangan ini akan terasa pegal bila harus menjawab semua pertanyaan Nona, saya akan tetap menjawabnya karena tak ada lagi yang bisa saya lakukan hari ini.

Penampilan saya sangat biasa seperti pria pada umumnya. Bahkan saya cenderung tak memikirkan tentang penampilan. Hanya bila sedang menghadiri pertemuan atau pesta penting saja saya akan terlihat lebih elegan. Memiliki rambut berwarna hitam seperti malam tak berbintang, dan mata berwarna kelabu seperti awan sendu yang menaungi kediaman Nona hari ini. Berhidung mancung serta menawan.Tinggi badan saya pun tak berbeda jauh dari orang kebanyakan. Namun karena pekerjaan, tubuh saya sedikit lebih banyak memiliki otot dibanding seorang pekerja pemerintah. Bila harus mempertegas tentang tinggi badan saya, saya hanya bisa mengira-ngira sekitar 176 cm.

Apakah Nona seseorang yang terganggu bila memiliki seorang teman yang berusia tak sama dengan Nona? Karena usia saya kini bisa disebut seorang pria dewasa. Belum lama ini saya merayakan usia saya yang ke 28 tahun. Tak ada yang terlalu meriah di perayaan itu, karena saya hanya memiliki beberapa teman yang dekat dengan saya.

Nona juga tak perlu khawatir tentang kekasih saya. Andaikan saya memiliki kekasih tentunya ia sudah sangat cemburu bila membaca surat balasan manis yang dikirim oleh Nona Rose dengan penuh perhatian dan kata-kata sopan. Bukan karena tak ingin memiliki seseorang yang bisa di ajak berbagi saat sulit maupun senang, namun karena pekerjaan yang mengharuskan saya selalu pergi dari satu tempat ke tempat lain, saya jadi belum memiliki kekasih sampai saat ini.

Apakah itu menjawab rasa penasaran Nona tentang saya? Atau masih menyisakan pertanyaan lain di benak Nona? Bila benar silahkan Nona bertanya dan saya akan menjawab sebisa saya.

Saya juga ingin meminta maaf tentang bunga rose yang saya kirimkan sebelum surat ini. Bunga itu bukanlah bunga yang terdapat di taman rumah saya. Saya membelinya dari toko bunga yang berada dekat dengan tempat saya menulis surat ini. Bukan bermaksud menipu Nona, namun saya hanya ingin memberikan bunga yang cantik, untuk penerimanya yang tak kalah cantik dengan bunga yang saya berikan.

Senang rasanya saat mengetahui Nona mempunyai banyak waktu luang hari ini. Kalau begitu izinkan saya menemani Nona Rose seharian penuh agar Nona tak merasa bosan di kala hari sedang terasa suram. Saya pun masih sama seperti kemarin. Tak ada kegiatan yang membuat saya sibuk hari ini. Mungkin hari ini akan saya habiskan dengan duduk seharian sambil berkirim surat dengan Nona yang bernama seperti bunga.

Nona banyak bertanya tentang saya di surat sebelumnya. Kalau begitu izinkan saya bertanya kembali pada Nona kali ini. Tak jauh berbeda dari pertanyaan Nona untuk saya, bahkan mungkin juga sama.

Apa Nona seorang yang memiliki paras cantik seperti bunga yang saya kirimkan sebelum surat ini?

Berapa usia Nona saat ini? Apakah lebih tua dari saya, atau justru lebih muda? Saya tak keberatan berapa pun usia Nona. Hanya sekedar ingin menghilangkan rasa penasaran saya.

Apakah Nona menyukai makanan manis? Atau makanan yang terasa asin di lidah?

Apa Nona memiliki kekasih yang pencemburu? Bila ia, tolong sampaikan padanya bahwa saya tak bermaksud merebut Nona dari dirinya.

Barisan kata ini sudah mulai mencapai bagian bawah dari kertas yang saya gunakan. Sepertinya akan menjadi tanda akhir surat yang saya kirim kali ini. Sekali lagi saya meminta maaf karena telah membuat Nona menunggu untuk surat panjang ini.

Dari Zen yang kini menunggu jawaban dari seseorang yang memiliki nama yang sama dengan bunga.'

Mungkin aku menulis terlalu banyak kali ini. Aku rasa Nona Rose akan langsung lelah membacanya. Aku akan memberinya waktu untuk membalas suratku, dan menunggu dengan sabar. Sambil menunggu aku akan lanjut membaca bagian akhir dari buku yang sejak kemarin kubaca. Aku harus menyelesaikan bacaan ini karena sudah berjanji untuk menceritakannya pada Nona Rose.

Aku membaca sambil terkadang memeriksa isi laci dan berharap balasan dari Nona Rose segera tiba. Waktu terasa begitu lama karena aku tak bisa bersabar.

Di hari yang cerah ini seharusnya aku keluar untuk berjalan-jalan dan membeli beberapa buku untuk menghadapi hari suram seperti kemarin yang mungkin saja akan datang besok. Namun sepertinya tak sopan bila membiarkan Nona Rose menunggu lama. Ku urungkan niatku untuk pergi keluar hari ini. Biar aku menemaninya untuk kali ini saja. Setelah lama menanti akhirnya surat yang kutunggu datang. Kertas tebal dengan harum bunga yang belakangan ini sering kuterima akhirnya muncul di dalam kotak ini. Segera kubuka lipatan kertas itu dan langsung membacanya.

' Untuk Tuan Zen yang baik hati karena mau menemani hari saya yang suram ini.

 

Sebelumnya saya ingin berterimakasih atas bunga kiriman Tuan yang begitu cantik. Walau bukan berasal dari taman yang Tuan miliki, saya terima bunga pemberian Tuan. Saya letakan di dalam vas keramik berisi air agar bunga rose yang Tuan berikan bisa bertahan lama kecantikannya seperti saya..

Bila tuan bertanya apakah paras saya secantik bunga yang tuan kirimkan, saya akan menjawab dengan bangga bahwa saya memang cantik seperti yang tuan harapkan. Saya akan jelaskan lebih rinci tentang penampilan saya.

Saya memiliki rambut berwarna merah gelap yang terurai seperti bunga rose. Memiliki warna mata khas keluarga kerajaan negeri ini yaitu berwarna ungu. Berhidung mancung serta memiliki bibir yang sedikit tipis namun memikat. Tinggi tubuh saya normal seperti kebanyakan wanita di sekeliling saya. Setiap orang yang baru saya temui selalu memuji rambut indah dan warna mata saya yang bagaikan langit malam dipenuhi bintang yang gemerlap.

Sebelum menjawab pertanyaan yang lain, saya ingin mengingatkan pada Tuan bahwa menanyakan usia kepada seorang wanita itu tindakan yang kurang sopan. Namun karena sayang yang bertanya lebih dulu, maka saya wajib menjawabnya. Usia saya sekarang 25 tahun. Meski kebanyakan wanita di negeri ini sudah menikah di usia seperti saya, namun saya masih melajang hingga sekarang. Jangankan seorang tunangan, kekasih pun saya tak memilikinya. Mungkin karena status saya dan banyak hal lain. Jadi Tuan tak perlu khawatir tentang status hubungan saya. Mungkin saya hanya lebih mencintai buku dibandingkan semua pria di negeri ini.

Berbicara tentang makanan kesukaan mungkin saya tak bisa menjawab dengan tegas. Saya akan makan apa pun yang disuguhkan pada saya. Namun bila harus memilih, saya lebih menikmati makanan manis yang disajikan dengan sesuatu yang hangat.

Apakah saya boleh bertanya untuk hal yang lebih rinci?  Bila Tuan tak ingin menjawabnya pun saya tak akan merasa keberatan. Saya bertanya hanya untuk menghilangkan rasa penasaran saya tentang Tuan.

Sebenarnya apa pekerjaan Tuan Zen? Tuan bilang saat ini sedang liburan dan berusaha mengisi waktu dengan berbagai kegiatan yang tak biasa Tuan lakukan. Apakah ada pekerjaan yang bisa memberi waktu sesantai yang Tuan miliki? Bila ada bolehkah saya juga bekerja di tempat itu?

Untuk mengisi waktu hari ini bagaimana jika kita saling menceritakan tentang isi buku yang telah di baca? Saya pun tertarik tentang buku yang Tuan sebutkan kemarin, dan akan berterimakasih jika Tuan mau berbagi dengan saya. Saya nantikan balasan Tuan bersama ulasanan tentang buku yang mungkin sekarang telah selesai Tuan baca.

Dari penjelasan yang Tuan tulis di dalam surat tentang penampilan Tuan, saya jadi penasaran sosok asli Tuan yang pandai merangkai kata dalam surat. Saya selalu tersenyum bila membaca surat yang Tuan kirim belakangan ini. Isi surat yang menunjukan perhatian serta pujian, dan tetap berhati-hati. Sepertinya Tuan adalah sosok yang pandai memikat hati wanita. Apa saya benar? Apakah Tuan Zen sedang mencoba membuat saya terpikat?

Dari Rose yang menulis surat ini sambil tersenyum karena merasa lucu.'