webnovel

Dua puluh dua

1 Minggu kemudian Zerena sudah dibolehkan pulang, Ryan menjemput istri dan anaknya di rumah sakit.

"kamu sudah siap sayang?"

tanyanya pada Zerena. yang sedang mengemas semua barang barangnya.

Begitu sampai mereka sedang ditunggu oleh orang tua dan adik adik mereka.

mereka sangat bahagia menyambut kedatangan cucu mereka di rumah ini.

Sisil mencoba mengambil Baby Lian dari pangkuan sang Bunda, digendongnya bayi mungil yang baru berumur satu Minggu tersebut,

"Kak, tampan sekali",

ucapnya sambil mengecup pipi sang ponakan.

"Sil kalau kamu capek berikan padaku, biar aku yang menggendongnya ke kamar",

Ucap Ryan, yang melihat adiknya yang kewalahan menggendong bayi yang berat badannya memang di atas rata rata.

Sisil mengangguk, kau memberikan bayi itu kepada Ayahnya.

Ryan lalu mengambil Baby Lian dari gendongan Sisil dan membawanya naik ke kamar.

Ryan memasukkan Bayi mungil itu ke dalam box bayi yang telah disediakan oleh mama mama rempongnya.

Walaupun setelah melewati perjalanan yang sangat panjang, akhirnya dipilihlah Box bayi dengan segala embel embelnya dengan nuansa biru putih.

Bagaimana tidak berdebat, Mama Sinta maunya warna biru, akan tetapi Mama Vera ingin warnanya putih.

Setelah saling berdebat, tak ada yang ingin mengalah, akhirnya Papa Papa yang teraniaya ikut angkat bicara, dan memutuskan memakai warna biru dan putih, kedua warna itu mereka kombinasi menjadi warna yang sangat cantik.

Ryan sampai menggelengkan kepalanya, melihat kamarnya yang berubah seperti arena taman bermain anak, padahal putranya baru berumur satu Minggu, mana mungkin bisa bangun bermain bola dan mobil mobilan, juga robot robotan sampai satu lemari full, Ryan benar benar pusing melihat tingkah kedua Mamanya itu.

"Ya sudahlah yang penting mereka senang" batinnya.

Ryan lalu turun melihat istrinya yang masih duduk di ruang tamu, dan sedang berbicara dengan para Mama Mama rempong.

"Sayang, kamu istirahat dulu ya, kamu belum pulih benar",

Ucapnya sambil membelai kepala sang istri yang memakai pashmina,.

"Iya sayang kamu istirahat, nanti mama anterin makanan ke kamar kamu, biar kamu cepat sehat".

Ucap Mama Sinta yang diikuti anggukan oleh Mama Vera.

Ryan kemudian membawa sang istri ke kamar mereka, dia menuntun Zerena yang berjalan sangat pelan,

"Apa masih sakit sayang?"

tanya Ryan kepada istrinya.

Zerena memutar bola matanya jengah mendengar pertanyaan pria es balok tersebut.

bagaimana mungkin dia bertanya seperti itu, padahal dia melihat dengan mata kepalanya sendiri, seorang pria kecil keluar dari organ kewanitaannya.

Lalu dengan bodohnya si es balok bertanya "Apakah sakit?"

Ingin rasanya Zerena memukul kepala suaminya dengan pantat wajan biar wajah tampannya itu hitam sekalian, hohoho...

Zerena akhirnya memasuki kamarnya, kamar yang telah ditinggalkannya selama hampir dua tahun, dia tersenyum melihat kamarnya yang penuh dengan barang barang mainan untuk Baby Lian.

"Siapa yang membuat semua ini kak?"

ucapnya menatap sang suami.

"Siapa lagi kalau bukan Mama mama rempong itu".

jawab Ryan sambil menuntun istrinya duduk di sisi tempat tidur.

Ditatapnya wajah sang istri yanga masih sedikit pucat, perlahan dia mendekat lalu mengecup keningnya,

"Apa kau lelah?, tidurlah biar aku yang menjaga putra kita".

oeek oeek oeek.....

tiba tiba Baby Lian menangis, Ryan segera menghampirinya dan mengangkatnya dari Box bayi, digendongnya sang anak, sambil di timang timangnya.

"Kak bawa kemari, mungkin dia lapar".

Zerena membuat posisinya senyaman mungkin lalu menyusui putra kesayangannya.

Ryan duduk di sisi Zerena, perlahan dielusnya kepala sang putra yang sedang menyusu dengan lahapnya.

"Sayang.....

Apa kamu tidak ada rencana memberikan anak kita susu formula saja"

Zerena mengangkat wajahnya kening berkerut,

"untuk apa Kak, ASI aku masih banyak tidak perlu bantuan susu formula"

ucapnya dengan wajah kesal.

"Dan aku tidak akan memberikan anak aku susu formula kak, aku masih sanggup menyusuinya, dan aku harap kita tidak membicarakan ini lagi".

Ucapnya panjang lebar, dengan wajah khas emak emak yang di sedang mengomeli anaknya yang nakal.

"Hei jangan ngambek dong sayang, aku cuma tidak ingin membebanimu, aku cuma berpikir cukup kamu menderita harus mengandung anakku, aku tidak mau kalau sampai kamu harus kehilangan masa mudamu dan waktu kuliahmu untuk mengurus anakku,

tapi ternyata aku salah, kamu wanita yang sangat sempurna, kamu ibu yang hebat untuk anak kita sayang".

"Dia anakku, aku yang melahirkannya, jadi harus aku yang menyusui, dan memperhatikan tumbuh kembangnya Kak, bukannya harus minum susu sapi.

Ryan sampai dibuat melongo dengan perkataan istrinya, seperti bukan pemikiran seorang wanita 19 tahun.

Zerena melihat putranya telah tidur kembali, diciumnya pipi gembul itu, lalu menyerahkan bayi itu kembali ke Ayahnya.

"Nah Lian udah kenyang sayang, sekarang bobo lagi ya digendong sama Ayah"

ucapnya berbicara kepada putranya.

Ryan mengangguk,"Iya semua keputusan ada di tanganmu",

sambil berdiri membawa kembali bayi kecil itu ke dalam box.

Tok tok tok...

"Sayang kamu makan siang dulu, biar ASI-nya lancar, ucap sang mama membuka pintu dan seorang pelayan di belakangnya membawa makanan.

Semua makanan diletakkan di atas meja tepat di depan sofa, setelah semua makanan tertata rapi pelayanpun meminta ijin keluar dari kamar itu.

"Makan sayang, Ryan temani istrimu nak, mama keluar dulu mau menemani papa". ucap sang Mama kepada putri dan menantunya.

"Ok ma", Ryan berdiri lalu menuntun Zerena duduk di sofa, dan mengambil piring memilih makanan untuk istrinya,

"Aku suapi sayang" lanjutnya dengan senyum manis di bibirnya.

"Nggak usah Kak, Rena bisa sendiri....

kakak juga makan biar lebih nikmat makannya", ucapnya sambil menunjuk piring di depan suaminya.

"Kalau makan kamu baru nikmat Ren", ucapnya lirih.

"Aku denger lho kak, emang kakak tega makan aku sekarang", ucapnya dengan wajah dibuat seimut mungkin, membuat Ryan tidak tahan untuk mencubit pipi chubby yang ternyata turun ke bayi mereka.

Setelah selesai, Ryan membereskan semua bekas makan dan piring kotor, lalu membawanya turun, dia sudah terbiasa melakukannya sendiri, walaupun dia adalah Tuan muda dari negeri Jiran, tapi dia tidak pernah bertabiat seperti Tuan muda yang ada di film film.

Setelah membawa semuanya ke belakang dia bergegas ke ruang keluarga dimana keluarganya sedang berkumpul.

"Hai pa, ma, princess....

daaaaannnn Jagoan jagoan kakak", ucapnya sambil memberikan pukulan kecil ke lengan si bontot.

"Hai juga kak, apa Baby Lian sudah Bobo, kalau belum Raka mau naik mau main main sama Babynya".

"Raka Babynya baru berumur 7 hari sayang, masih merah",

ucap Sisil memperingatkan sang adik.

"Ya udah kalau umurnya udah 10 hari aja kali ya....?"

Ucap Raka cengengesan.

"Raaaaakaaaaaa......."

Teriak Sisil dan Mama Sinta tak ketinggalan mama Vera kompak, membuat yang lain harus menutup kuping mendengar ketiga wanita itu sedang paduan suara. hihihi.....

Akhirnya bantal sofa melayang ke kepala Raka, membuat Remaja itu harus bersembunyi di balik punggung sang kakak ipar.

Ryan tersenyum melihat tingkah keluarganya,

Setelah 2 tahun berlalu akhirnya Ryan bisa kembali berkumpul, saling bercanda dan tertawa bersama anggota keluarganya.

dia sangat bersyukur memiliki keluarga yang sempurna.