Daffa: Baiklah, aku mengerti, dan terima kasih atas semuanya
Setelah itu Daffa memanggil Pak Imran lagi yang ketika setelah memberikan handphone dia langsung kembali ke pos penjagaannya.
"Pak!" panggil Daffa lalu pak Imran menoleh, dan melangkah mendekati Daffa.
"Iya Tuan apa ada lagi yang anda butuhkan?" tanya pak Imran.
"Tidak ada Pak, saya hanya mau memberikan handphone ini, dan terima kasih untuk semuanya saya permisi pulang dulu," pamit Daffa setelah memberikan handphone pak Imran.
"Sama-sama Tuan, saya juga mau minta maaf kalau sekiranya perbuatan saya ada yang menyinggung Tuan Daffa," ucap pak Imran.
"Tidak masalah Pak, saya mengerti Bapak hanya menjalankan tugas saja, kalau begitu saya permisi mau langsung pulang Pak takutnya jika masih ada di sini setelah Marvin pulang perjanjianya bisa dibatalkan," terang Daffa.
"Siap Tuan hati-hati di jalan," sahut pak Imran lalu dia melihat Daffa menghidupkan mesin mobilnya, kemudian meninggalkan tempat itu.
Pak Imran kembali lagi ke pos penjagaannya, sedangkan Daffa mengemudikan mobilnya dengan senyum mengembang.
"Senangnya akhirnya pengorbananku tidak sia-sia, walaupun aku harus menahan untuk tidak makan, dan mandi selama hampir dua hari, tapi aku bahagia serta sedikit khawatir juga dengan Marvin karena masih belum tahu seperti apa sifatnya. Apa dia mau bernegosiasi, dan mengerti diriku?" gumam Daffa yang terus melajukan mobilnya kembali ke rumah sang istri.
Mobil yang Daffa kendarai sudah sampai di rumahnya, dan begitu dia membuka pintu mobil hendak turun tiba-tiba kepalanya pusing hingga membuat Daffa jatuh pingsan di dekat mobilnya.
"Astaga, Tuan Daffa apa yang terjadi dengan anda? Bik Nam ... Bik Tuan Daffa pingsan tolong bantu saya mengangkatnya ke dalam kamar," teriak pak Bagas si keamanan rumah itu.
Bik Nam yang segera keluar bersama dengan dua orang lainya, mereka bersama-sama membawa Daffa ke kamar yang semula telah di tempati istrinya.
"Bik tolong telepon Dokter, dan biarkan saya yang akan membersihkan tubuh Tuan agar terlihat lebih segar kalau yang lain ambilkan saya pakaian ganti untuk Tuan," perintah ketua keamanan yang biasa menjaga rumah itu.
Setelah Daffa selesai dibersihkan tidak berapa lama kemudian datanglah Dokter yang dipanggil oleh Bik Nam tadi. "Bagaimana keadaan Tuan Daffa, Dokter? Apa yang terjadi dengannya? Setelah dua hari tidak pulang Tuan Daffa langsung jatuh pingsan ketika turun dari mobil," terang kepala keamanan itu.
"Tuan Daffa hanya kelelahan, dan kurang cairan saja makanya saya sudah pasang cairan infus yang akan dijaga oleh perawat saya. Saya minta satu, atau dua orang berjaga di depan pintu kamar serta usahakan agar pintu kamar selalu terbuka untuk mencegah sesuatu yang tidak diinginkan nanti, apa kalian semua mengerti maksud saya?" tanya Dokter itu setelah dia menjelaskan semuanya.
"Siap Dokter, kami mengerti," sahut semua keamanan yang ada di kamar itu.
"Bagus, sekarang aku minta satu orang berjaga di depan kamar Tuan, dan kau ikut aku ada yang mau kubicarakan denganmu untuk yang lainnya silahkan kembali ke tugas masing-masing," ujar sang Dokter pada kepala keamanan.
Dokter pun keluar, dan diikuti oleh si kepala keamanan, sedangkan tanpa disuruh terlebih dahulu satu orang langsung berjaga di depan pintu kamar.
"Iya Dokter ada apa? Apa ada hal penting yang mau Dokter sampaikan pada saya?" tanya si kepala keamanan yang bernama pak Herman.
"Begini Pak Herman, saya hanya waspada saja karena tidak mau ada kejadian buruk yang menimpa Tuan, Pak Herman tahu sendiri Tuan Daffa itu sosok pria yang disukai banyak wanita jadi, tidak menutup kemungkinan Jeslin yang ketiga, dan keempat bermunculan kalau tidak dicegah dari sekarang apalagi Tuan Daffa dalam posisi tidak sadarkan diri," terang Dokter setelah mereka berada di luar.
"Baik Dokter saya mengerti, dan akan lebih waspada lagi," sahut pak Herman.
"Ya sudah saya pergi dulu," pamit sang Dokter.
Pak Herman mengantar Dokter pergi setelah itu dia masuk lagi menemui bik Nam yang sedang membuatkan majikannya bubur.
"Bik Nam apa sudah mendengar yang dikatakan oleh Dokter tadi?" tanya pak Herman.
"Belum Pak Herman, Bibik tadi langsung pergi ke dapur setelah mengantar Dokter ke kamar Tuan," jawab bik Nam.
"Baiklah begini Bik, Dokter tadi mengatakan kalau,-
Pak Herman menjeda kalimatnya, kemudian dia meneruskan lagi ucapannya, dan menjelaskan seluruh yang dikatakan oleh Dokter pada bik Nam. "Baik Pak, Bibik mengerti sekarang, dan akan perhatika lagi gerak-geriknya," jawab bik Nam.
"Pak Herman, suster yang mau merawat Tuan Daffa sudah datang," kata salah satu pengawal yang mengantar seorang suster.
"Permisi, saya suster Nani yang diutus oleh Dokter Ridwan untuk menjaga, dan merawat Tuan Daffa selama beliau sakit," ucap suster Nani memperkenalkan dirinya.
"Selamat datang suster, saya akan mengantar anda ke kamar Tuan Daffa, tapi sebelumnya perkenalkan nama saya Pak Herman, dan yang paling cantik ini bernama Bik Nam, kalau suster butuh sesuatu untuk Tuan katakan saja," papar pak Herman yang memperkenalkan semuanya.
"Hai Bik Nam, hai Pak Herman semoga ke depannya kita bisa bekerja sama," terang suster Nani.
"Baiklah, ayo suster kita langsung ke kamar Tuan saja sekarang," ajak pak Herman.
"Iya Pak mari Bik Nam, saya permisi ke kamar Tuan dulu," pamit suster Nani lalu dia melangkah mengikuti pak Herman ke arah kamar Daffa yang terbaring lemah tak berdaya.
"Suster Nani inilah Tuan Daffa yang harus anda jaga, tapi ingat suster kalau tugas anda itu hanya merawat Tuan Daffa bukan memandikannya, atau pun membuka bajunya. Apa anda mengerti suster?" tanya pak Herman setelah memperkanalkan majikannya.
"Baik Tuan, saya mengerti dengan semua yang anda katakan, kalau begitu apa Tugas saya sekarang?" sahut suster Nani setelah itu dia kembali bertanya pada pak Herman.
"Kalau sekarang suster hanya perlu memastikan bahwa cairan infus ini tidak sampai kehabisan, dan untuk selanjutnya nanti setelah Tuan Daffa sudah sadar dari pingsannya," terang pak Herman.
"Siap Pak Herman, saya mengerti," sahut suster Nani.
"Bagus kalau begitu saya keluar dulu, dan jika butuh sesuatu katakan saja karena di luar ada pengawal yang menjaga," tegas pak Herman lagi yang diangguki oleh suster Nani.
"Owh Tuan Daffa, anda benar-benar sangat tampan, dan mempesona pantas saja banyak para wanita yang suka rela menyerahkan diri pada anda, tapi anda yang terlalu setia membuat para wanita itu menghalalkan segala cara untuk mendapatkan anda. Aku juga kalau ada kesempatan akan menjadi wanita anda semoga saja nantinya kesempatan itu akan datang padaku," gumam suster Nani sambil menatap kagum wajah Daffa yang tampan.
"Apa yang di lakukan oleh suster itu? Kenapa dia menatap wajah Tuan Daffa dengan penuh nafsu? Aku harus waspada, dan tidak boleh lengah ternyata yang dikatakan oleh Dokter Ridwan memang benar," batin pengawal yang berjaga di depan pintu kamar Daffa.