webnovel

19. Menemui Jeslin

Di kamar Daffa melihat sang istri yang sedang berdiri di balkon kamarnya menghadap hamparan gunung dan hutan membuat pemandangan pagi itu amat begitu indah. Daffa mendekati istrinya dan memeluknya dari belakang, dia meletakakkan kepalanya di bahu sang istri kemudian mencium lehernya. Meisya juga memejamkan matanya merasakan dan menikmati kehangatan tubuh suaminya, walaupun tetap tidak mengatakan sepatah kata pun.

"Sayang katakan sesuatu kenapa hanya diam saja? apa sayang marah pada Hubby karena ayah Jeslin telah datang menemui kita di rumah ini semalam? Hubby berani bersumpah sayang kalau Hubby tidak pernah mengundangnya kemari, dan dia juga datang atas kehendaknya sendiri atau sayang mengkhawatirkan ancaman yang dia katakan pada ayah dan bunda untuk Hubby?" tanya Daffa, tetapi sepertinya sang istri masih tidak mau menjawab dan menanggapi semua ucapannya lalu Daffa membawa tubuh istrinya duduk di ayunan yang ada di balkon itu.

Meisya tetap diam saja walaupun dia duduk di atas pangkuan suaminya, kemudian Daffa menyentuh kedua pipi Meisya dan mengarahkan padanya agar dia dapat menatap wajah sang istri.

"Sayang maafkan aku, apa yang harus aku lakukan agar kau tidak lagi mendiamkanku? dengan cara apa mengatakannya kalau aku tidakah bersalah dan aku sama sekali tidak merasa telah menyentuhnya ini jebakan seseorang untuk membuatmu pecaya kalau Hubby telah menghianatimu dan akhirnya kita berpisah." terang Daffa pada sang istri yang masih terus menatapnya.

"Bagaimana dengan bukti tes DNA yang menyatakan kalau anak Jeslin 100 persen anakmu? apa Hubby mau mengatakan juga kalau ada oknum tertentu yang telah memalsukan bukti itu agar aku yakin anak itu Jeslin memang benar anakmu dan kau telah berselingkuh? itu alasan klasik dan sudah basi agar suami bisa mengelabui istrinya yang tidak mengerti apapun percaya kalau sang suami tidaklah percaya. Apa yang harus aku lakukan percaya denganmu atau bukti itu?" beber Meisya yang awalnya air mata hanya memenuhi matanya kini tumpah tak tertahankan lagi.

"Berikan aku kesempatan dan waktu sayang agar bisa membuktikan kalau aku tidak bersalah, dan aku berjanji kalau masalahku dengannya sudah selesai maka aku akan kembali padamu. Aku tidak mau membuat ayah dan bunda malu dengan perbuatan yang sama sekali tidak pernah aku lakukan, aku juga tidak mau berpisah denganmu sayang hanya karena seorang wanita yang telah mengaku hamil anakku, dan untuk membuktikannya memang bukanlah waktu yang sebentar tetapi aku berjanji akan memberikan bukti itu padamu, karena aku hanya mencintaimu seorang tidak ada wanita lain lagi." terang Daffa panjang lebar, dia mengusap air mata istrinya yang mengalir semakin deras.

"Aku pergi dulu sayang dan percayalah kalau aku tidak akan pernah menyentuhnya sama sekali." tegas Daffa yang menurunkan istrinya duduk di ayunan itu sendiri kemudian dia pergi setelah mencium kening istrinya cukup lama.

Daffa berjalan masuk lagi ke dalam kamar meninggalkan istrinya sendirian di balkon itu, setelah mengambil handphone, dompet dan kunci mobilnya, Daffa keluar kamar dan turun ke bawah menemui ayah dan bundanya.

"Ayah, bunda, Daffa pergi dulu mau menyelesaikan masalah dengan ayah Jeslin, Daffa tadi sudah ijin sama Meisya dan meninggalkan dia di balkon kamar dalam keadaan menangis, Daffa minta tolong sama bunda temani Meisya selama Daffa pergi." pamit Daffa, kemudian dia pergi meninggalkan ayah dan bundanya.

"Ayah, bunda ke atas dulu ya mau melihat kondisi menantu kita, kenapa ujiannya untuk bahagia bersama putra kita banyak sekali? bunda sedih dengan nasib menantu kita yang harus merasakan di madu." ucap bunda Felicia dan ayah Tama mengagguk setuju.

"Iya sayang pergilah menantu kita sangat membutuhkanmu dan berilah pengertian padanya agar mau memberikan kesempatan pada putra kita untuk menyelesaikan masalahnya." pesan ayah Tama.

"Terima kasih ayah, bunda ke atas dulu." pamit bunda yang melangkah menemui Meisya yang masih di balkon kamarnya sambil menangis.

"Meisya, apa yang kau lakukan di balkon pagi-pagi begini nak? bagaimana kalau kita masuk saja di luar sangat dingin? berbeda dengan di kota nak, ayo bunda temani nanti kalau kelamaan di luar Mei bisa sakit." ajak bunda Felicia yang menarik lembut tangan menanunya dan menggiringnya memasuki kamar lalu menutup lagi pintunya agar udara dari luar tidak sampai masuk ke dalam.

"Bunda, mas Daffa pergi menemui Jeslin, Mei takut mas Daffa tidak akan kembali lagi kepada Mei, bunda, bagaimana kalau mas Daffa benar-benar menikahi Jeslin? Mei takut dan juga Mei tidak mau di madu bunda, ayo bawa Mei pergi dari sini bunda, Mei nggak sanggup melihat mas Daffa berdampingan bersama wanita lain." ucap Meisya yang menangis tersedu-sedu di pelukan bunda Felicia.

"Cup cup cup sayang dengarkan perkataan bunda, Mei harus memberikan kesempatan pada Daffa untuk menyelesaikan masalahnya dan apapun keputusan yang diambilnya maka Mei harus percaya kalau itulah yang terbaik untuk semuanya. Daffa juga tidak akan pernah menyentuh wanita yang sama sekali tidak dia cintai, walapun dia menikah dengannya, percaya sama bunda." terang bunda Feicia meyakinkan menantunya.

"Meisya percaya dengan bunda, tapi tidak tahu dengan mas Daffa dan Jeslin, maaf bunda melihat bukti itu Meisya mulai meragukan mas Daffa dan akan sulit untuk memaafkannya kalau sampai mas Daffa menikahi Jeslin. Mei juga akan segera pergi dan meninggalkn mas Daffa jika suatu saat nanti mas Daffa menikah lagi, dan kalau bunda tidak mau membawa Mei pergi dengan sangat menyesal Mei akan pergi sendiri, karena Mei masih sanggup menghidupi bayi Mei seorang diri." putus Meisya dan semua ucapan Meisya membuat bunda terkejut, dia tidak menyangka kalau menantunya bisa bertindak tegas.

"Baiklah kalau itu sudah menjadi keputusan Meisya, bunda akan membawamu pergi tapi tidak sekarang ya Nak, kita tunggu Daffa pulang lebih dulu sekarang sebaiknya Mei istirahat karena bunda mau menemui ayah." kata bunda Felicia yang mengusap rambut menantunya sekilas kemudian keluar dari kamar itu.

Di tempat lain Daffa yang bertujuan untuk menemui ayahnya Jeslin mengemudikan mobilnya dengan sangat cepat, dia marah dan kesal karena ayah Jeslin berani datang ke rumahnya serta mengancam kedua orang tuanya. Daffa masih membiarkan selama keluarganya tidak diancam atau diganggu, tetapi kalau keluarganya sudah diperlakukan seperti itu maka dia akan bertindak tegas dan akan berusaha menyelesaikan masalah itu sendiri, dia tidak mau keluarganya susah karena masalah yang ditimbulkannya.

Tok tok tok

"Jeslin ... Jeslin buka pintunya." teriak Daffa, dia mengetuk pintu rumah Jeslin berkali-kali sampai orang dalam rumah itu membuka pintunya, setelah mengetuk pintu rumah itu berkali-kali akhirnya tidak berapa lama pintunya pun dibuka oleh ayah Jeslin, dia membuka pintu rumahnya dan menyambut Daffa dengan senyum merekah, karena ayah Jeslin tidak menyangka kalau Daffa akan secepat itu menemuinya padahal baru semalam dia mendatangi rumah Daffa untuk minta pertanggung jawaban darinya.