Jisoo dan Rose masuk kedalam ruang sidang dan mereka melihat polisi berseragam dan Ryujin yang mengenakan suit berwarna biru dongker berkemeja putih dan sepatu hitam mengkilap. "Sayang?" Rose menatap Jisoo lalu menghembuskan napasnya. Jisoo menghampiri AJ Wallace. lalu ia menjabat tangannya. "Ms. Clark, Mr. Kim" Rose juga menjabat tangan AJ "dia yang bakal ngebel kita" Rose tersenyum tipis lalu mengangguk.
"Saya dengar anda juga pengacara?" Rose mengangguk, "betul. saya pengacara" Rose menghembuskan napasnya kasar, "anda gugup?" Rose mengangguk, Rose melihat keluarga pelaku yang di kejar oleh Ryujin. "Jis..." Jisoo mengangguk, "kalau begitu terimakasih" AJ mengangguk. Jisoo dan Rose menghampiri keluarga pelaku. "Permisi..." Ibu Fernandez langsung memeluk Rose dan menepuk-nepuk punggungnya.
"Gimana kabar Fernandez?" Ibu Fernandez hanya mengangguk, "dia masih koma, dokter bllang tidak ada perubahan" Rose menghembuskan napasnya, "maafkan saya, saya benar-benar minta maaf... seharusnya saya tidak meninju hidung anak ibu, saya benar-benar minta maaf" Ibu Fernandez menepuk bahunya, "yang perlu di salahkan adalah polisi yang mengejarnya, karena FERNANDEZ TIDAK BERSALAH" seluruh orang yang ada di dalam ruang sidang tersebut langsung menatap Ibu Fernandez.
"ALL RISE!" Seluruh orang yang bersangkutan langsung melihat bailiff yang masuk dan Rose tersenyum, "anda akan mendapat keadilan secepatnya" Rose dan Jisoo duduk di belakang keluarga lalu ia menatap Jisoo, "Jis.." Jisoo berdehem, Rose menggenggam tangan Jisoo sangat erat lalu ia menghembuskan napasnya kasar, "kamu bisa, sayang... aku gak akan ninggalin kamu apapun yang terjadi" Rose diam dan menatap mata Jisoo. "Aku yakin kamu bisa, sayang" Rose mengangguk.
"Penuntut memanggil Rose Clark sebagai saksi" Rose berdiri dan ia langsung berjalan menuju mimbar saksi dan ia meletakan tangannya di atas kitab suci, dan mengucapkan sumpah. AJ langsung berdiri dan mengancingi jasnya, "selamat pagi, Ms. Clark" Rose mengangguk, apa anda bisa ceritakan tentang kejadian dua hari yang lalu?" Rose mengangguk.
"Saya sedang makan malam bersama tunangan saya di restoran Korea di K-Town dan dekat dengan tempat kejadian, malam itu saya keluar untuk mengangkat telpon, karena pada hari itu restoran sangat ramai" AJ mengangguk. "Siapa nama tunagan anda? Apa dia ada di dalam ruangan ini?" Rose mengangguk, "namanya Jisoo Kim" AJ lmengangguk, "anda bilang di malam itu anda mendapat telpon, darimana anda mengetahui jika handphone anda berbunyi? Padahal keadaan pada malam kejadian keadaan restoran sangat ramai" Rose ingin menjawab lalu pengacara Ryujin berdiri.
"Keberatan, pertanyaan tidak ada kaitan dengan kasus" AJ menggeleng, "ada, yang mulia... karena Ms. Clark pergi keluar pada saat telponnya berbunyi" hakim mengangguk lalu "keberatan di tolak" AJ menghembuskan napasnya lega, "bisa anda jawab?" Rose mengangguk.
"Saya mengaktifkan mode getar" AJ mengangguk, "siapa yang menelpon pada saat malam itu?" pengacara Ryujin berdiri, "keberatan tidak ada kaitannya dengan kasus" AJ menggeleng, "jika Ms. Clark benar-benar mendapat telpon, akan menjadi kunci di persidangan ini, yang mulia. Karena pada saat malam itu..." AJ langsung mengambil catatan telpon milik Rose dan membagikannya ke pengacara Ryujin dan hakim. "Sebuah nomor tidak di kenal menelpon Ms. Clark pada saat kejadian, apa anda mengetahui nomornya?" Rose mengangguk.
"Nomor telpon Ms. Myoui, yakni sahabat tunagan saya" AJ mengangguk, "bisa anda lanjutkan?" Rose mengangguk, "saya hanya memegang hape dan belum mengangkatnya sama sekali, lalu Ryujin datang ke arah dalam gang" Rose menghembuskan napasnya kasar karena gugup, "apa anda ingin melanjutkan?" Rose mengangguk, "maaf saya gugup" Rose melegakan tengoorokkannya.
"Ryujin berteriak meminta agar ia menghentikan Fernandez" AJ mengangguk, "yang mulia" AJ langsung memberikan cacatan resmi tentang Fernandez, "Fernandez di tangkap atas tuduhan mengedarkan narkoba" AJ langsung membagikan surat penangkapan Fernandez.
"Ini bukti tidak kongkrit, yang mulia. Penuntut bisa memalsukan surat ini lalu ia gunakan untuk melawan kepolisian" AJ menggeleng, "tidak yang mulia. saya bisa menghadirkan saksi, atas bukti tersebut" ruang sidang lansgung menjadi gaduh karena AJ baru saja memutar keadaan. "Harap tenang" Hakim memukul palunya tiga kali lalu ia menghembuskan napasnya kasar.
"Ms. Clark apa anda bisa melanjutkan testimoni anda?" Rose mengangguk, "saya meninju hidung Fernandez karena saya waktu itu bingung. Ryujin menghampiri saya dan langsung mengecek kondisi Fernandez dan dia bilang bahwa Fernandez meninggal" AJ menghirup udara dalam-dalam lalu menghembuskan napasnya kasar, "lalu apa yang anda lakukan?" Rose menatap Jisoo lalu mengangguk.
"Saya langsung menelpon 911, dan langsung masuk ke dalam untuk menemui tunagan saya, Jisoo" AJ mengangguk, "tidak ada pertanyaan, yang mulia" pengacara Ryujin langsung berdiri dan mengancingkan jasnya.
"Selamat pagi, Ms. Clark" Rose mengangguk, "setelah kejadian tersebut, anda masuk kembali masuk untuk menemui tunangan anda ada apa?" Rose menatap Jisoo dan Jisoo mengangguk, "Ms. Clark, harap anda jawab pertanyaan saya" Rose menghembuskan napasnya.
"Saya menghampiri tunagan saya untuk menceritakan apa yang terjadi" pengacara Ryujin hanya mengangguk, "apa anda saat itu mabuk?" Rose menggeleng, "keberatan, yang mulia... pertanyaan tidak mendasar" sang hakim mengangguk. "Keberatan di terima. Pengacara, apa alasannya? Apa anda mabuk saat ini?" Pengacara Ryujin menggeleng. "Lanjutkan" Rose menggeleng, "tidak apa-apa yang mulia, akan saya jawab" Rose menghembuskan napasnya, "saya waktu itu tidak mabuk. Kami memesan Coca-Cola" pengacara Ryujin mengangguk. "Apa anda saat itu tahu bahwa Ryujin sedang bertugas?" Rose menggeleng.
"Dia... menggunakan baju kasual" pengacara Ryujin mengangguk, "apa anda di sogok?" AJ berdiri, "keberatan! Pengacara ini melantur dari pokok permasalahan, yang mulia" hakim mengangguk. "karena kami memeliki bukti, yaitu ada rekening yang menstransfer ke rekening anda sebesar 30.000 dollar menggunakan nama palsu" Rose mengerutkan keningnya, "bisa saya melihat nomor rekeningnya?" Rose tertawa kecil.
"Yang mulia, ini adalah nomor rekening dari Irene Bae. Ia seorang dokter dan istri dari Wendy Son" pengacara Ryujin mengangguk, "dari yang saya lihat... apakah anda punya..." AJ menggeleng, "keberatan, yang mulia! Pembela mulai kehilangan arah atas kasus ini" hakim mengangguk. "Anda telah melenceng, saya tekankan sekali, lagi... bahwa ini tentang kasus Negara Bagian New York melawan Ryujin, pengacara" pengacara Ryujin hanya mengangguk. "Mohon maaf, yang mulia" Pengacara Ryujin menghembuskan napasnya kasar, "Apa ada pertanyaan lagi?" Pengacara Ryujin menggeleng dan tersenyum.
"Tidak ada pertanyaan, yang mulia" Rose lansgung menghembuskan napasnya dan ia turun ke mimbar dan duduk di samping Jisoo. "Apa ada saksi lagi?" AJ mengangguk, "iya, yang mulia. Penuntut akan memanggil Jisoo Kim" Jisoo langsung berdiri dan mengancingkan jasnya.
Jisoo menghembuskan napasnya dalam-dalam lalu ia menghembuskannya sambil berjalan menuju mimbar. Jisoo melakukan sumpah seperti yang di lakukan oleh Rose.
AJ langsung menghampiri Jisoo "selamat pagi, Mr. Kim" Jisoo mengangguk, "bisa anda ceritakan kejadian sebelumnya?" Jisoo mengangguk, "keberatan, yang mulia!" AJ mendengkus, "karena tadi anda bilang Ms. Clark mabuk. Dan saya ingin mengonfirmasi dari Mr. Kim. Apakah Ms. Rose mabuk pada malam itu atau tidak?" Hakim mengangguk, "keberatan di tolak" Jisoo menyandarkan punggungnya.
"Kami berangkat dari apartemen jalan kaki, dan sebenarnya kami memutuskan untuk makan di restaurant lain, tapi... saya sedang ingin makan daging dan kebetulan ada restoran baru sedang di buka lalu kami memutuskan untuk makan malam di situ. Kami sampai dan duduk lalu memesan minuman" AJ mengangguk. "Apa anda memesan alkohol?" Jisoo menggeleng.
"Tidak, kami malah memeasan Coca-Cola yang berukuran besar dan kami menyantap makanan kamu sambil berbicara santai, setelah itu saya memberikan Rose sebuah hadiah" AJ mengangguk. "Bisa anda ceritakan hadiah yang anda berikan?" Jisoo menggeleng, "saya tidak ingin... membuat surprise saya menjadi kacau" AJ mengangguk. "Bisa lanjutkan?" Jisoo melegakan tenggorokkannya, "sehabis itu, Rose meminta izin kepada saya untuk menerima telfon di luar dan apa yang Rose katakan itu benar. Di dalam restaurant tersebut sedang ramai, bahkan kami sudah memesan tempat yang aman untukberbicara namun masih saja terdengar. Setelah itu, Rose kembali dan menceritakan semuanya. Rose mendekam di detention center kurang lebih 4 jam" AJ mengangguk.
"Apa Rose juga menceritakan gelagat Ryujin waktu itu?" Jisoo mengangguk, "iya, dia menceritakan semuanya. Saya sebenarnya di datangi istrinya di taman, untuk mundur menjadi saksi" hakim langsung mengetuk palu, karena keadaan ruang sidang mulai ribut "untuk mohon tidak memprovokasi di ruang sidang, Mr. Kim" Jisoo menatap Ryujin tajam. "Mohon maaf, yang mulia. Saya merasa kesal" Jisoo menghembuskan napasnya kasar.
"Bisa kita lanjut?" Jisoo mengangguk, "Mr. Wallace?" AJ mengangguk, "bisa anda ceritakan apa yang Rose maksud dengan berteriak?" Jisoo mengusap hidungnya, "maaf saya flu" Jisoo langsung menghembuskan napasnya. "Ryujin pada saat itu berlari dari arah gang, dan ia berteriak minta tolong untuk menghentikan Fernandez" AJ mengangguk.
"Tidak ada pertanyaan, lagi yang mulia" pengacara Ryujin lansgung berdiri, "apa anda sedang merayakan sesuatu Mr. Kim?" Jisoo mengangguk, "sebelumnya, saya berjanji bahwa saya akan membuatkan kacamata seperti yang saya pakai, namun saya kekurangan bahan" pengaacara Ryujin mengangguk. "Fitur apa yang ada di dalam kacamata yang anda buat" AJ berdiri, "keberatan, yang mulia!" Pengacara Ryujin menggeleng, "akan ada bukti tambahan untuk kasus ini" hakim mengangguk, "keberatan di tolak" Jisoo melepas kacamata miliknya.
"Sebenarnya hanya kamera tanpa audio, bisa foto. Tapi kameranya sedang tidak berfungsi" pengacara Ryujin hanya mengangguk. "Tidak ada pertanyaan, yang mulia" Jisoo langsung turun dan duduk di samping Rose.
.
.
.
.
.
.
Jisoo langsung melonggarkan dasinya lalu melepaskan jasnya dan menggulung kemeja biru mudanya lalu ia menatap Rose, "kamu cantik hari ini" Rose langsung menyuapi Jisoo es krim yang di beli oleh Jisoo, "kamu tau kalo itu rekeningnya Irene?" Rose menggeleng, "aku tahu kalo itu rekening Chaeryoung" Jisoo mengangguk.
"Kalo gitu, kita besok dateng dong?" Rose menggeleng, "Mina besok dateng" Jisoo mengangguk, "maaf sayang, aku lupa" Jisoo mengusap dadanya dan ia merasakan jantungnya yang berdebar sangat kencang.
"Jadi... kita makan dimana?" Jisoo langsung menunjuk sebuah Dine In, "kamu belom coba kan makan di situ?" Rose menggeleng, "emang enak?" Jisoo tersenyum, "enak, habis gitu... nanti kita ke kantor kamu, aku mau cek servernya biar gak ada kejadian ini lagi ya?" Rose mengangguk.
TBC