webnovel

STARS : The Light

Apa kalian percaya dengan makhluk mistis? Seperti halnya Vampir, Werewolf, Penyihir, dan bahkan Hybrid? Kalian harus mulai percaya dengan hal itu. Karena, di suatu tempat yang bahkan terlalu dekat dengan tempat tinggal kalian. Makhluk-makhluk itu tinggal begitu dekat bahkan tidak kalian sadari mereka telah menjadi satu dengan kelompok sosial kalian. Jika kalian tidak percaya, aku sarankan untuk mulai berhati-hati jika kalian berjalan sendirian terutama di malam hari.

OFlyLyn · ファンタジー
レビュー数が足りません
6 Chs

Chapitulum II

Dengan terpaksa aku membawa orang yang aku temui di hutan tadi ke asramaku. Aku membaringkan orang itu ke sofa kamar asramaku, dan langsung mengunci pintu kamarku rapat agar orang lain tak bisa masuk maupun melihat.

"Aku pasti gila. Bagaimana bisa aku membawa seorang laki-laki ke asrama gadis?" kataku panik merutuki diriku.

"Tolong aku..." kata orang itu terlihat benar-benar lemah.

"Sebaiknya aku mengobati terlebih dahulu sebelum aku terkena karena ditemukan mayat orang tak di kenal di kamarku" kataku bergumam lalu mengambil grimoire milikku yang ada di atas meja dan membukanya.

"Omnis plaga universa operias sanguinem sistere. Dona enim sine dolore recuperatio a tergo relicto" aku merapalkan mantra penghilang rasa sakit dan mantra penyembuh.

Perlahan, darah yang mengalir berhenti dan luka-luka di tubuh orang itu mulai tertutup.

"Apa anda sudah lebih baik?" tanyaku.

"Terimakasih atas bantuan nona. Saya benar-benar tidak akan melupakannya" kata orang itu bangun dari posisi tidurnya.

"Lupakan soal itu. Ada yang ingin saya tanyakan kepada anda" kataku terburu-buru.

"Apa anda manusia?" tanyaku tanpa basa-basi.

"Jika bukan apakah anda vampir? Warewolf? Atau bahkan hybrid?" tanyaku sembari menebak.

"Menurut nona? Makhluk seperti apa saya ini?" tanya pria itu.

"Jika anda manusia, anda seharusnya sudah mati kehabisan tenaga untuk mencapai tempat ini. Yang memang sengaja kami membuat tempat ini di daerah tinggi" kataku.

"Jika anda vampir atau warewolf atau bahkan hybrid, seharusnya anda terluka parah setelah melewati portal yang kami buat untuk menghalang makhluk supernatural lain selain penyihir masuk. Biasanya makhluk supernatural biasa akan mati saat mencoba melewati portal, hanya makhluk supernatural yang terkuatlah yang bisa melewati portal kami. Walaupun akan terluka parah" kataku.

"Lalu? Menurut nona?" tanya pria itu.

"Saya cukup payah dalam hal menebak" kataku.

"Saya hanya seorang manusia yang sialnya bertemu hewan buas yang menyerang saya. Dan saat mencari pertolongan, tanpa tersadar saya sampai di tempat nona dan saya bertemu tadi" kata pria itu.

Aku masih cukup ragu akan pernyataan pria itu, tetapi tetap untuk mempercayainya. Aku melihat kearah luar jendela kamarku. Masih memikirkan kata-katanya tadi, karena aku yakin ada sesuatu yang salah.

"Saya tahu ini kurang sopan, tetapi dapatkah saya meminta sedikit makanan dan minuman?" tanya pria itu.

"Ah.. Tentu saja. Tunggu sebentar" jawabku.

Aku membuka pintu kamarku sedikit dan melihat ke arah luar, untuk memastikan keadaan aman atau tidak. Setelah memastikan aman, aku keluar dari kamarku dan mengunci pintu kamarku dari luar.

Aku berjalan ke arah ruang makan dan mengambilkan beberapa makanan untuk pria tadi, yang belum kuketahui siapa namanya. Setelah memastikan makanan yang kubawa cukup, aku kembali ke kamarku.

Di depan kamarku aku menemukan Edie yang sepertinya sedang menungguku. Aku langsung berbalik dan bersembunyi di balik tembok karena panik.

"Apa yang ia lakukan disini?" gerutuku.

Aku meletakan nampan yang kubawa di lantai begitu saja dan menghampiri Edie. Aku berusaha untuk tenang dan mengontrol deru napasku.

"Germanus*" kataku menyadarkannya yang sedang memikirkan sesuatu dengan serius.

"Hey.. Germana**" kata Edie mencium pipiku.

Edie memang penuh kasih sayang. Aku yakin aku adalah adik paling beruntung di dunia ini karena memiliki kakak seperti Edie.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanyaku tersenyum.

"Aku dengar dari Henny kalau kau mencariku tadi" jawab Edie tersenyum sepertiku.

"Ya. Aku mencarimu untuk pulang bersama" kataku.

"Maafkan aku karena tak memberitahu terlebih dahulu kepadamu. Aku tadi dipanggil Mr. Slartzman untuk mencoba sihir kuno yang ia temukan" kata Edie terlihat menyesal.

"Tidak apa-apa. Jangan merasa bersalah Edie" kataku menenangkannya.

"Bagaimana tadi? Mr. Slartzman mendapatkan mantra apa?" tanyaku penasaran.

"Kemarilah" kata Edie menyuruhku mendekatkan telingaku.

"Suscitat Mortuos" bisik Edie.

"Apa?! Bukankah itu mantra..." kataku terkejut.

"Sst.. Jangan katakan apapun. Ini rahasia. Karena jika ketahuan oleh Para Dewan, aku pasti akan dihukum bersama Mr. Slartzman" kata Edie menutup mulutku.

"Lalu? Apa kau benar-benar mencobanya?" tanyaku khawatir melepaskan tangan Edie dari mulutku.

"Tentu saja tidak. Apa kau gila? Jika melakukannya, kau tahu bukan apa yang akan terjadi?" katanya.

"Ya... Tentu saja. Sihir kita yang tadinya Light akan menjadi Dark" kataku merinding dengan apa yang kukatakan.

"Dan tentunya ketika sihir kita menjadi Dark, otomatis kita akan menjadi buronan Para Dewan" katanya.

"Untuk apa sebenarnya sihir itu dibuat? Dan orang seperti apa yang membuatnya?" kataku tak mengerti akan keberadaan sihir itu.

"Terkadang ada beberapa keadaan yang membuat kita mengambil keputusan yang sulit. Dan beberapa dari keputusan itu pastinya ada yang berbahaya. Dan juga, setiap orang memiliki hak untuk mendapat kesempatan kedua, dalam hal apapun itu" katanya.

Edie selalu dewasa. Ia tak pernah panik dalam keadaan apapun. Ia selalu tenang walaupun dalam situasi terdesak pun. Dan semua pemikirannya, sulit untuk dimiliki anak-anak seumuran kami. Itulah yang membuat ia terlihat lebih dewasa. Dan hal itu menjadi salah satu alasan mengapa banyak gadis yang menyukai Edie.

"Aku memiliki janji dengan Hideon. Aku harus pergi sekarang" katanya melihat jam tangannya.

"Germanus, aku sarankan untuk tidak berteman dengan laki-laki bodoh itu lagi" kataku dengan wajah penuh ketidaksukaan.

"Hideon orang yang baik, Germana. Ia juga lebih hebat dari yang kau pikirkan. Tanpa ada yang tahu, Hideon bisa menjadi tempat satu-satunya orang bersandar. Dan dia orang yang sangat bisa diandalkan" katanya.

"Ewh. Kalian seperti homo" kataku jijik.

"What?! Aku mencintai kecantikan dan keseksian wanita, Germana!" katanya tak terima.

Aku hanya tertawa karena tingkah dan kata-katanya.

"Girl who looks beautiful when she's smilling" katanya tersenyum melihatku.

"Kau benar-benar memiliki sister-complex" kata heran dengan rasa sayang berlebihan yang ia miliki kepadaku.

"Aku tak keberatan akan sebutan itu. Karena itu benar adanya" katanya sangat tidak peduli dan santai.

"Itu penyakit, Bodoh. Itu bukanlah sebutan" kataku menggeleng-gelengkan kepalaku heran akan kebodohannya di setiap hal yang berhubungan denganku.

"Aku rela memiliki penyakit itu untukmu, Germana" katanya terlihat dengan wajah tanpa keberatan.

Aku menatapnya dengan penuh rasa jijik.

"Jangan dekati aku" kataku mundur selangkah.

"Aku tidak mau" katanya lalu memelukku.

"Edie!" kataku terkejut dan langsung meronta-ronta agar lepas dari pelukannya.

"Te amo***, Germana" katanya berbisik dan mengeratkan pelukannya.

"Ego quoque****, Germanus" kataku membalas pelukannya karena merasakan suatu kekhawatiran dalam diri Edie.

"Aku pergi dulu. Jangan lupa latihan kita nanti malam" katanya mengecup puncak kepalaku dan melepaskan pelukannya.

"Tentu" kataku tersenyum kepadanya, berharap senyumanku sedikit membantunya menghilangkan kekhawatiran yang ia miliki.

Edie membalas senyumanku lalu pergi meninggalkanku yang masih penasaran akan kekhawatiran yang Edie miliki.

Setelah tersadar dari lamunanku, aku buru-buru mengambil nampan makanan yang kusembunyikan tadi dan membawanya masuk ke dalam kamarku.

"Maaf karena membuat anda menunggu lama" kataku kepada pria yang sedang duduk di sofa dekat jendela besar kamarku yang menghadap ke sungai di dekat asrama kami.

"Tidak masalah, nona. Saya yang meminta maaf karena merepotkan anda" kata pria itu mengangkat sedikit sudut bibirnya.

"Tidak masalah" kataku.

"Saya akan segera pergi saat tengah malam. Saya takut terlalu merepotkan nona" kata pria itu.

"Saya sama sekali tidak keberatan. Jika anda benar manusia, sudah tugas kami untuk menjaga kaum kalian" kataku.

"Dan juga, saat anda ingin pergi, harap beritahu saya. Saya akan mengantar anda ke jalan yang paling aman untuk turun dari gunung" kataku.

"Terima kasih. Anda benar-benar baik hati, nona" katanya.

"Senang bisa membantu anda" kataku.

_________________________________

* : Brother (Saudara laki-laki dalam bahasa Latin )

** : Sister ( Saudara perempuan dalam bahasa Latin )

*** : Aku mencintaimu (Bahasa Latin)

**** : Aku juga (Bahasa Latin)