--playlist chapter ini: The Slide by Eucalyptic—
Etter, walau hanya beberapa waktu yang singkat sudah cukup baginya untuk mengenal Elle cukup baik. Dan ketika Elle menunjukkan ekspresi terkejut jelas tergambar di wajahnya yang putih, Etter tidak sekali pun merasa luar biasa.
Sebaliknya, Etter ingin sekali tertawa lepas. Jika saja ia, Etter, adalah hanya seorang manusia biasa. Namun, ke tidak adanya emosi kompleks layaknya manusia biasa maka Etter hanya berdiri tegap memandang dengan heran pada Elle.
"Ada apa dengan wajah jelekmu?" kata Etter serius sebagai gantinya.
"Apanya apa? Di mana? Kenapa?" timpal Elle tergagap.
Akan menjadi sebuah keajaiban ke seribu jika Etter bisa tertawa mendengar tanggapan lucu Elle. Sayangnya tidak demikian yang terjadi.
Etter tidak menjawabnya. Ia hanya melangkah pergi menjaga jarak.
Detik berikutnya, Etter merapal sejenis mantra untuk membuka pintu yang berada tepat di belakang pintu yang bisa bicara. Kemudian, tanpa lama terbuka lah akses menuju dunia luar.
Dunia yang sempat Elle tinggalkan beberapa saat ke belakang.
...
Angin bertiup lembut menerpa wajah dan anak-anak rambut kedua wanita itu dengan intensitas yang berbeda. Terutama Elle yang mana penampilan rambutnya cukup berantakan.
Dan entah bagaimana cara kerjanya, angin yang bertiup lembut itu malah bekerja sebaliknya hanya pada Elle. Kekuatan angin lembut itu secara nyata merapikan rambut Elle yang semula berantakan menjadi rapi tanpa cela.
"Kita akan menuju Istana Utama sekarang juga." Perintah Etter tanpa menunggu persetujuan Elle.
Elle berpaling ke arah belakang di mana pintu yang menghubungkan ruangan terang bercahaya putih dengan tepian hutan buatan perlahan menghilang bersama angin yang juga perlahan menjauh hingga benar-benar berhenti bertiup memainkan helai-helai rambut panjang keemasan Etter.
Satu lagi hal yang baru Elle sadari adalah jika penampilan Etter tidak lah benar-benar mirip 100% dengan dirinya ketika berusia 20 tahun. Tentu Elle sangat ingat karena rambut miliknya sejak dulu adalah berwarna hitam pekat, sedangkan untuk Etter adalah warna emas yang sangat indah.
Bahkan, keindahannya tidak mungkin bisa dijumpai di dunia ini. Elle sangat yakin akan hal tersebut. Hanya satu alasannya ialah Etter bukan berasal dari dan lahir di dunia manusia biasa. Etter adalah entitas lebih mendekati level malaikat setengah dewa, mungkin.
Pikiran-pikiran itu memenuhi isi kepala Elle hingga membuatnya pusing secara harfiah.
Dan benar saja, entah bagaimana caranya dan dengan hanya hitungan menit mereka berdua sudah berdiri disalah satu ruangan dalam Istana Utama Kekaisaran Galaksi Solar. Bahkan, Elle sudah mendapatkan tanggung jawab sebagai pelayan khusus untuk salah satu Pangeran dari anak-anak Kaisar Paddu.
"Kamu, nomor 99, cepat kemari." Perintah seorang kepala pelayan menunjuk Elle yang berdiri diliputi kebingungan di tengah ruang aula.
Tentu saja Elle merasa tidak tahu apa yang terjadi dan tidak paham bukan main saat kepala pelayan berseru kepadanya, akan tetapi pada detik ketiga Etter mendorong Elle hingga membuatnya bergerak melangkah maju dan pada akhirnya berdiri tepat di depan kepala pelayan tersebut.
"Baik." Sahut Elle berusaha bersikap setenang yang ia bisa lakukan.
Tetap saja, Elle hanya seorang manusia biasa bernama Elleta Ido. Dia bukan Etter yang ketenangannya menyaingi Puncak Gunung Es Riddum yang terkenal di seluruh galaksi.
"Kamu, mulai hari ini akan menjaga Pangeran Muda Ellder. Jangan pernah berpikir untuk kabur dari istana atau nyawamu yang akan kabur dari ragamu." kata kepala pelayan ketus. Lalu pergi meninggalkan Elle begitu saja di depan sebuah pintu ruangan setinggi dua meter dengan lebar yang sama.
...
Dengan di hadapannya berdiri kokoh pintu kayu bercat kelabu yang kontras dengan warna dinding jingga muda, Elle menghela nafasnya berat hati. Jauh dalam lubuk hatinya bisa ia rasakan misi kali ini tidak mudah.
Tidak ada informasi apa pun yang Elle ke tahui tentang Pangeran Termuda dari Kekaisaran Galaksi Solar yang harus ia rawat 24 jam nonstop dan tanpa ada cuti. Pekerjaan Elle sebagai pelayan tidak lain tidak bukan merupakan salah satu jenis perbudakan model baru.
Jika orang mengira, bisa tinggal di dalam Istana Utama untuk segala jenis profesi apa pun pastilah akan terasa seperti sebuah karunia. Jelas itu bukanlah yang Elle rasakan.
Dan itu pula datang sebagai penjelasan untuk pekerjaan mendiang suaminya, Elliot Grey, sebagai dokter istana yang hanya mendapat jatah libur satu hari dalam satu bulan. Dulu Elle hanya bisa berpikir tentang Elliot yang gila kerja.
Fakta dan prasangka memang lah sering kali berbeda. Itu pula yang menjadikan manusia dalam tingkat pemikiran yang berbeda satu sama lain.
Elle kemudian masuk ke dalam ruangan tersebut. Dengan sekali dorongan ringan, pintu yang menghubungkan pekerjaan barunya terbuka dengan mudah.
Ruangan itu sangat luas, hampir sama luasnya dengan ukuran lapangan sepak bola modern. Dan yang tidak Elle kira di dalam ruangan tersebut tidak lebih dari satu lusin pelayan berjalan mondar-mandir ke segala penjuru ruangan dengan sangat sibuk.
Tidak ada satu pun pelayan yang mau dan sudi memperhatikan Elle yang baru saja masuk.
Sebagai gantinya, Elle berjalan berkeliling ruangan tersebut.
Ruangan itu lebih seperti satu rumah pribadi yang hanya di peruntukan untuk Pangeran Termuda dari anak terakhir Kaisar Galaksi Solar. Yang mulia kaisar Paddu.
Sayangnya tidak ada yang spesial dari ruangan tersebut bagi mata Elle. Lalu, dengan perlahan Elle berjalan menuju satu-satunya tempat tidur disalah satu pojok ruangan. Tempat tidur bagi Pangeran Termuda.
Semakin jelas Elle melihat bahwa ada sosok tinggi, kurus berbaring di tempat tidur tersebut. Sosok itu terlihat sangat tua dengan hanya kulit yang membalut tulang. Tangan keriputnya menyembul dari salah satu sisi selimut yang tersingkap.
"Siapa dia?" tanya Elle sopan kepada seorang pelayan yang baru saja selesai memandikan pria lemah itu.
"Dia? Dia...adalah Pangeran Termuda Kekaisaran Galaksi Solar. Pangeran Ellder." sahut pelayan itu singkat.
Kemudian tanpa membuang waktu segera pergi menuju salah satu sudut ruang lainnya.
Mereka semua, semua pelayan-pelayan itu, seolah sangat sibuk dengan bagiannya masing-masing. Berjalan ke sana kemari tiada henti tanpa bisa Elle ke tahui sedang apa.
Namun, terlepas dari itu semua adalah pemandangan menyedihkan yang ia lihat dengan kedua matanya saat ini. Seseorang yang sangat kurus dan keriput, menyedihkan jika melihatnya serta akan langsung menimbulkan rasa kasihan tanpa diminta. Dan pria itu adalah Pangeran Termuda Ellder.
Karena, tidak seperti bayangan Elle sebelumnya tentang gambaran seorang pangeran dari Kekaisaran Galaksi Solar yang tidak pernah ia lihat, dan Pangeran Ellder telah mematahkan visual khayalan Elle di sepanjang hidupnya.
Entah bagaimana pun, bagi Elle sangat tidak bisa percaya jika kenyataan tentang Pangeran dari negerinya dengan kondisi yang memprihatinkan. Dan mungkin ia sedang sekarat, diincar malaikat maut.
...
-TBC-
Terima kasih telah membaca cerita ini. Bagaimana perasaanmu setelah membaca bab ini?
Silahkan tinggalkan komen paragraf atau komen chapter atau saran dan kritik kamu. Jika berkenan bisa berikan power stone kamu untuk mendukung cerita ini menjadi lebih baik lagi.
Terima kasih dan salam sayang.