webnovel

SINCERE LOVE

Sebelum membaca, tolong kasih review dulu ^,^ Selamat membaca semoga kalian bahagia! Dan satu lagi, TOLONG! harap bijak dalam membaca, karena cerita ini khusus (21+) Setelah ada penghianatan cinta dari sang kekasih, kini Qiran memutuskan hubungannya dengan Aron. Dan tidak lama kemudian, ia mulai membuka hatinya untuk Alby yang selama ini selalu membuat dirinya nya bahagia. Disisi lain, Pak Marco (ayah Qiran) dan Bu Melin ( ibunya Alby)  telah sepakat untuk menikah, mereka telah saling jatuh cinta. Namun hal ini belum diketahui oleh anak-anak mereka. Ketika Alby dan Qiran telah saling jatuh cinta, dan sedang sayang-sayangnya, tiba-tiba orang tua mereka mengajak makan malam bersama. Dengan tujuan untuk mengumumkan kepada anak-anaknya bahwa mereka akan segera menikah. Setelah apa terjadi, membuat Qiran dan Alby syok. Karena ternyata calon ayah atau calon ibunya adalah orang yang seharusnya menjadi mertua mereka.  "Qiran itu adalah belahan hati aku, Mom," lirih Alby. "Apa kamu bilang? Jadi selama ini, dia ... Ya Tuhan kenapa ini bisa terjadi. Kenapa kamu tidak memberi tahu Mommy kalau Qiran itu adalah kekasih kamu? Kamu harus sadar kalau dia itu yang bakal jadi adik tiri kamu, Alby!" pekik Bu Melin. "Aku tidak mau, Mom, aku sangat mencintai dia," ucap Alby sembari berlinang air matanya. "Kalau sudah begini, hiks-hiks siapa yang akan berkorban, sementara aku sangat mencintai Ayahnya, dan kamu mencintai anaknya. Ini benar-benar gila!" tambah Bu Melin sesenggukan. penasaran kan kelanjutannya bagaimana? ^,^ simak terus ceritanya ya, jangan lupa like dan komennya.

Kim_Miso_21 · 都市
レビュー数が足りません
181 Chs

Sarapan Bersama (1)

Hampir tiga jam lamanya, mereka asyik bermain sambil belajar dengan begitu gembira. Terutama Devan, ia sangat antusias ketika Alby memberi pertanyaan-pertanyaan yang membuat dirinya semakin semangat. Ketika sedang asyik-asyiknya bermain, orang tua Khansa datang menjemputnya. Hari itu, ibunya Khansa hendak mengajak anaknya untuk pergi ke rumah neneknya, dan hal itu. diizinkan oleh Alby dan Qiran. Khansa pun menuruti ajakan ibunya.

Setelah melihat apa yang sedang mereka lakukan, orang tuanya Khansa tidak henti-hentinya berterima kasih kepada Alby dan Qiran. Ia bersyukur jika anaknya tidak hanya bermain saja, melainkan sambil belajar. Ibunya Khansa pun memberi dukungan kepada mereka, agar kegiatan yang mereka lakukan terus berjalan. Dan ia juga menyarankan untuk membantu anaknya dan anak-anak lain ketika sedang ada PR. Hal itu, disetujui oleh Alby.

"Baik Bu, akan kami usahakan. Jika ada waktu luang, kami pasti akan mengajari anak-anak walau hanya sebentar," ujar Alby.

"Iya Dek, ibu percayakan hal ini pada kalian berdua, ibu yakin anak-anak pasti senang, jika belajar bersama. Apalagi jika ada PR, oia kalau kalian mau, kalian boleh ko mengajari anak-anak di rumah Kami," tutur ibunya Khansa.

"Kalau itu sih, aku terserah anak-anaknya saja Bu, kita setuju aja kalau soal itu Bu, mau dimanapun tempatnya, yang penting anak-anak senang dan nyaman," ujar Qiran.

"Di rumahku saja Kak," celetuk Khansa.

Alby, Qiran dan ibunya pun tersenyum mendengar ucapan Khansa. Dan akhirnya semua anak pun menyetujuinya, mau di taman ataupun di rumah Khansa, yang penting bisa belajar sambil bermain.

Setelah Khansa dan ibunya pergi, Alby memutuskan kepada anak-anak yang lain agar belajarnya dilanjut esok hari. Lagi pula kebersamaan mereka sudah cukup lama, dan anak-anak pun menuruti perkataan Alby.

"Terima kasih ya, Kakak ganteng dan Kakak cantik atas semuanya, besok janji ya kita ketemu lagi," ucap Devan sembari menyodorkan jari kelingkingnya agar Qiran dan Alby menepati janjinya.

"Oke deh, Kakak pasti menepati janji," ucap Qiran sembari mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Devan.

"Hore! Besok kita bermain lagi sama Kakak ganteng dan Kakak cantik," ujar salah satu anak lainnya.

"Eits, tapi sambil belajar ya," tutur Alby.

"Siap Kak! Kakak juga jangan lupa ya, bawa makanan yang buanyakkk banget," ujar salah satu anak yang lebih gendut dibandingkan dengan anak lainnya.

"Siap!" kata Qiran spontan.

Seluruh anak pun tertawa mendengar hal itu, terutama Qiran. Ia terlihat begitu senang dengan adanya mereka yang lucu-lucu. Anak-anak pun pamit kepada Alby dan Qiran untuk pulang terlebih dahulu. Setelah itu, hanya tinggal berdua antara Qiran dan Alby. Mereka kembali canggung dan grogi. Mereka saling diam karena tidak ada lagi yang harus mereka bahas. Namun, Alby memberanikan diri untuk bertanya kepada Qiran.

"Ka-kamu sudah sarapan belum?" tanya Alby gugup.

"Belum," ucap Qiran sembari tersenyum manis.

"Mmm, kalau begitu, bagaimana kalau kita nyari sarapan bareng? Kebetulan aku juga belum sarapan," ajak Alby.

"Boleh deh," ucap Qiran malu.

Mereka berdua langsung segera meninggalkan taman itu. Alby menyalakan motornya dan tidak lupa untuk memberikan helm kepada Qiran. Alby selalu membawa dua buah helm, yang satu dipakai untuk dirinya, dan satunya lagi, ia belikan hanya untuk Qiran. Karena ia sadar, motor itu adalah pemberian dari ayahnya Qiran.

Padahal ibunya Alby belum mengetahuinya, jika Alby diberi motor oleh Ayahnya Qiran. Alby belum sempat untuk memberitahukan kepada ibunya. Namun, suatu saat ibunya pasti akan mengetahuinya juga. Setelah mereka meninggalkan taman itu, mereka langsung segera mencari rumah makan.

"Kita mau makan di mana?" tanya Qiran.

"Aku akan mengajakmu ke tempat makan yang enak, kamu pasti suka, pegangan yang kuat aku akan ngebut," ujar Alby sembari menancapkan gas motornya.

"Ta-tapi .... Aaaa ha-ha," jerit Qiran sembari tertawa dan secara refleks tangan Qiran langsung memeluk tubuh Alby.

"Memang hatiku pernah hancur, tapi setelah bertemu dengan kamu, aku serasa kembali ke dunia yang baru!" kata Alby dalam hatinya.

Qiran Berpegangan sangat kuat, karena Alby mengendarai motornya dengan kencang. Lama-lama Qiran tersadar, ketika lampu rambu lalu lintas yang warna merah menyala. Otomatis, Alby memberhentikan motornya. Dan ketika itu pula Qiran melepaskan pelukannya, namun tiba-tiba Alby mencegah tangan Qiran, agar pelukannya tidak ia lepaskan. Alby langsung memegang tangan Qiran dan membenarkan lagi tangannya seperti semula, dimana Qiran yang saat itu sedang memeluk Alby.

"Pegangan saja," ucap Alby singkat.

Mendengar hal itu, hati Qiran semakin berdegup kencang. Namun, meskipun begitu, perkataan Alby sungguh membuat hati Qiran terenyuh. Lampu hijau pun menyala, Alby langsung menancapkan gas motornya kembali.

"Kenapa aku merasa nyaman ya? Aku belum pernah merasakan hal ini bersama Aron," ucap Qiran dalam hatinya.

 

****

 

Kring kriing kriing

Suara ponsel Pak Marco berbunyi, ia pun langsung mengangkatnya dan berkata, "Halo, Sayang!"

Tentu saja telepon itu dari sang pemilik hatinya, yaitu Bu Melin. Di hari libur, mereka berdua bebas menelepon sesuka hati. Karena tidak terganggu oleh pekerjaannya.

"Oia, Bang! Soal makan malam itu, sepertinya tidak jadi deh,"

"Loh, kenapa?"

"Nanti saja, kalau semua pekerjaanku sudah beres, aku kabari Abang deh,"

"Ya sudah kalau begitu, terserah kamu saja, Abang selalu siap kapan pun dan di manapun. Kecuali kalau sedang di luar kota, pasti gak bisa," ujar Pak Marco.

"He-he siap Bang. Oia Bang, nanti aku yang masaknya saja, jangan merepotkan orang lain. Terutama putrimu, aku gak enak hati, takut merepotkan," ujar Bu Melin.

"Oh oke kalau gitu, tapi kamu jangan sungkan-sungkan, puteriku sangat baik. Kamunya aja yang belum pernah bertatap muka, makanya belum apa-apa, udah takut duluan. Atau gini aja deh, kamu dan puteriku masak bareng di rumah, biar kamu sekalian tahu, apa saja makanan favorit aku, he-he gimana?" kata Pak Marco.

"Boleh juga Bang, sekalian aku PDKT sama anak kamu he-he," ucap Bu Melin malu.

"Nah gitu donk, aku jamin kamu pasti menyukai anakku, oia kamu jangan lupa bawa anakmu juga ya, sekalian kita berbincang-bincang dengan mereka tentang hubungan kita," ucap Pak Marco.

"Siap Bang, kalau begitu aku tutup dulu teleponnya, aku mau menyelesaikan jahitan baju orang dulu, biar secepatnya kita bertemu," ujar Bu Melin.

"Oke Sayang, jaga kesehatan ya."

 

****

 

Sementara di tempat lain ...

Setelah mencari di beberapa tempat, akhirnya Alby menemukan tempat yang cocok untuk sarapan. Tempatnya tidak begitu ramai, bersih dan pastinya nyaman untuk sarapan disana. Dan Qiran pun menyukainya, ketika Alby hendak memarkirkan motornya, ia melihat mobil yang sudah tidak asing lagi bagi dirinya. Ia hafal betul dengan bentuk mobil dan warnanya. Apalagi plat nomornya sudah tersimpan dalam ingatanya. Namun Qiran belum mengetahuinya.

"Itukan mobil Aron? Apa jangan-jangan dia makan disini terus bawa seorang wanita lagi?" ucap Alby dalam hatinya.

*

*

*

BERSAMBUNG...