webnovel

SINCERE LOVE

Sebelum membaca, tolong kasih review dulu ^,^ Selamat membaca semoga kalian bahagia! Dan satu lagi, TOLONG! harap bijak dalam membaca, karena cerita ini khusus (21+) Setelah ada penghianatan cinta dari sang kekasih, kini Qiran memutuskan hubungannya dengan Aron. Dan tidak lama kemudian, ia mulai membuka hatinya untuk Alby yang selama ini selalu membuat dirinya nya bahagia. Disisi lain, Pak Marco (ayah Qiran) dan Bu Melin ( ibunya Alby)  telah sepakat untuk menikah, mereka telah saling jatuh cinta. Namun hal ini belum diketahui oleh anak-anak mereka. Ketika Alby dan Qiran telah saling jatuh cinta, dan sedang sayang-sayangnya, tiba-tiba orang tua mereka mengajak makan malam bersama. Dengan tujuan untuk mengumumkan kepada anak-anaknya bahwa mereka akan segera menikah. Setelah apa terjadi, membuat Qiran dan Alby syok. Karena ternyata calon ayah atau calon ibunya adalah orang yang seharusnya menjadi mertua mereka.  "Qiran itu adalah belahan hati aku, Mom," lirih Alby. "Apa kamu bilang? Jadi selama ini, dia ... Ya Tuhan kenapa ini bisa terjadi. Kenapa kamu tidak memberi tahu Mommy kalau Qiran itu adalah kekasih kamu? Kamu harus sadar kalau dia itu yang bakal jadi adik tiri kamu, Alby!" pekik Bu Melin. "Aku tidak mau, Mom, aku sangat mencintai dia," ucap Alby sembari berlinang air matanya. "Kalau sudah begini, hiks-hiks siapa yang akan berkorban, sementara aku sangat mencintai Ayahnya, dan kamu mencintai anaknya. Ini benar-benar gila!" tambah Bu Melin sesenggukan. penasaran kan kelanjutannya bagaimana? ^,^ simak terus ceritanya ya, jangan lupa like dan komennya.

Kim_Miso_21 · 都市
レビュー数が足りません
181 Chs

Jujur

"Ko malah bengong? Apa ada sesuatu dengan motor itu?" tanya Bu Melin serius.

"Ti-tidak! Tidak ada Mom, hanya saja ... " sejenak Alby terdiam dan memandangi Bu melin.

"Hanya saja apa? Perasaan Mommy jadi gak enak deh, jujur saja! Jangan bohong. Kamu kalau lagi bohong suka kelihatan llh dari wajahnya," ujar Bu Melin yang semakin penasaran.

Alby lalu duduk dibangku yang sudah tersedia di depan teras. Ia seakan susah untuk mengutarakannya kepada Bu Melin. Karena ia takut jika Bu Melin akan marah dan menyuruhnya mengembalikan motor itu. Sementara, motor itu sudah dipakai beberapa kali oleh Alby. Dan kalaupun harus dikembalikan, Alby tetap merasa tidak enak hati kepada Pak Marco.

"Tapi Mommy janji ya, jangan marah," ucap Alby.

"Iya janji! Katakan motor siapa?" ucap Bu Melin semakin penasaran.

"Jadi begini Mom, itu motor adalah pemberian dari ayahnya teman aku. Waktu itu, kan motor aku hilang, gara-gara nolongin anaknya. Jadi sebagai konpensasinya, dia memberikan aku motor itu, Mom," ujar Alby ragu-ragu, ia takut ibunya marah karena hal ini.

"Ah, yang benar? Kamu serius!" ucap Bu Melin sumringah dengan mata yang berbinar-binar.

"Serius!" kata Alby mengkerlingkan alisnya.

"Ko Mommy gak marah? Malah senyam-senyum gitu. Jangan-jangan kesambet jin tomang lagi!" ucap Alby dalam hatinya.

"Aha! Emang rezekinya anak sholeh, dikasih motor yang benar-benar keren dan mahal, padahal yang ilang cuma motor vespa. Temanmu baik banget sih," ucap Bu melin yang masih sumringah.

"Itu motor, dari ayahnya, Mom! Bukan dari anaknya," tegas Alby.

"Iya-iya, maksud Mommy ayahnya baik banget, pasti mereka orang kaya, ini motor versi terbaru loh, yang beli baru orang-orang tertentu saja," ujar Bu Melin sembari mengecek motor itu.

"Emang Mommy tau keluaran motor terbaru tahun sekarang kaya gimana?" tanya Alby mengkernyitkan alisnya.

"Yey, jangan salah! Gini-gini juga, Mommy nggak kudet macam kamu, yang taunya cuma makan, tidur, kuliah, pokoknya gak asyik banget deh kalau jadi kamu. Ha-ha," canda Bu Melin sembari tertawa lepas.

"Biarin, yang penting aku punya cinta, jadi hidupku terasa indah," ucap Alby yang tak mau kalah.

"Meski cintanya masih terbungkus daun pisang ya? Atau seperti hilal yang belum terlihat jelas, ha-ha masih mending Mommy lah, sudah jelas terlihat batang hidungnya," ledek Bu Melin.

"Hilih, belum tentu juga kali Mom, siapa tau gak jodoh," ucap Alby menyunggingkan bibirnya.

"Yey, sembarangan, pasti tentulah orang kita sama-sama saling suka dan saling cinta, tinggal nunggu lamaran saja," ucap Bu Melin dengan pedenya.

"Ya-ya gimana Mommy saja, asal Mommy bahagia, aku mau mandi dulu, bye," ucap Alby sembari melangkah menuju ke dalam rumah dan meninggalkan Bu Melin yang masih di teras.

"Bilang saja iri, ha-ha," ledek Bu Melin yang semakin tertawa lebar.

Bu Melin sangat puas dengan candaan terhadap anaknya. Dan hal ini sering terjadi antara Bu Melin dan Alby.  Meski ibu dan anak itu sama-sama sibuk, tetapi mereka ada waktu untuk bercanda.

"Eh ya ampun, kerjaanku, hampir saja terlupakan," tutur Bu Melin.

Bu Melin pun menyusul Alby masuk ke dalam rumah, mereka akan bersiap-siap untuk berangkat ke tempat butiknya, setelah sarapan dan membersihkan badannya. Rencana pagi ini, mereka berdua akan menyelesaikan rancangan baju yang di pesan oleh pelanggannya.

                       

                              *****

Setelah satu jam kemudian, Alby dan Bu Melin sudah berada di butik kesayangannya. Mereka disambut oleh para pekerjanya dengan ramah. Disamping itu, para pelanggan dan pembeli yang datang dari luar pun juga mulai memasuki butik dengan begitu riangnya. Dari kejauhan, terlihat karyawannya sedang beradu mulut dengan seorang pembeli. Pembeli itu juga membawa anak kecil yang usianya sekitar sepuluh tahun-an. Alby pun langsung memghampiri mereka.

"Mau kemana?" tanya Bu Melin.

"Mau kesana dulu, Mom. Barangkali mereka ada keluhan," ujar Alby sembari menunjuk ke arah yang ditujunya.

"Oh, tapi jangan lama-lama, By. Biar kerjaan kita cepat selesai," tutur Bu Melin sembari melangkah mwnuju ruangan kerjanya.

"Baik Mom,"

Alby pun langsung menemui mereka yang sedang saling melontarkan perkataan dengan begitu ramainya. Dengan ramah, Alby berkata, "Maaf, apa ada yang bisa saya bantu?"

Pembeli dan karyawan itu langsung bsrhenti bicara ketika Alby bertanya kepada mereka. Terlihat oleh Alby, pembeli itu sedang memegang baju anak, sementara karyawannya hanya diam membisu seperti ketakutan.

"Apa ada masalah, Bu, dengan bajunya?" tanya Alby yang semakin penasaran.

"Ini loh Dek, aku kan beli baju ini disini, dan setelah dibawa pulang, eh ternyata tidak muat pas dipakai sama anak saya, jadi aku minta di tukar saja, eh dia bilang gak bisa. Orang belinya disini kok, nih struknya juga masih ada," ujar pembeli itu.

"Iya, Kak. Memang ibu ini beli bajunya disini, tapi kan sudah seminggu yang lalu, mana bisa saya terima lagi, kan jangka pengembaliannya hanya tiga hari, Kak," ujar karyawan itu kepada Alby.

"Eh! Yang penting masih ada bandrolnya nih, aku tuh gak sempat kesini lagi, karena kerjaanku banyak," geram pembeli itu.

"Oke-oke, kalau begitu tinggal ditukar saja Bu, maaf atas ketidaknyamanannya, silahkan ibu tinggal pilih baju mana yang cocok buat anak ibu, nanti kalau sudah cocok, tinggal konfirmasi lagi ke kasirnya," ujar Alby.

"Nanti kamu temani ibu ini barangkali ada kesulitan lagi," tambah Alby kepada karyawan dengan santainya.

"Baik, Kak,"

"Ya Dek, maaf ya, habisnya gak muat pas dipakai sama anaknya, mau gimana lagi, jadi terpaksa kan harus ditukar," ujar pembeli itu.

"Iya gak apa-apa, Bu. Selama barangnya masih utuh, gak apa-apa, Bu. Tinggal ditukar saja. Oia kalau begitu, saya permisi dulu," pamit Alby kepada pembeli dan karyawannya.

"Baik, Dek, terima kasih banyak," ucap pembeli itu.

Alby pun langsung meninggalkan mereka berdua dan menuju ke ruang kerjanya Bu melin. Ia sudah menunggu Alby sedari tadi, agar pekerjaannya menjadi ringan. Ketika Alby sudah masuk ke dalam ruangan, pembeli itu langsung bertanya kepada karyawannya Alby, "Dia manager di butik ini ya?"

Karyawan itupun langsung menjawab dengan santainya, "Bukan! Dia anak pemilik butik ini,"

"Serius?"

"Iya, masa aku bohong, Bu?"

"Udah ganteng, baik, ramah, kaya pula, jadi pengen cepet-cepet punya mantu, he-he," ucap pembeli itu dengan riangnya.

"Dia memang orangnya baik, Bu,"

"Iya kah? Gak sia-sia aku beli baju di butik ini,oia untuk soal tadi maaf ya, lain kali aku akan teliti lagi sebelum membeli, maaf sudah emosi," ujar pembeli itu kepada karyawan Alby. Ia sedikit menyesal karena telah memarahi karyawan itu.

"Iya, Bu. Tidak apa-apa, mari saya antarkan untuk memilih baju yang ditukarnya, Bu," ucap karyawan Alby.

"Oia ayo," ucap pembeli itu. Ia pun sembari mengajak anaknya juga, yang sengaja ikut, agar tidak kekecilan lagi.

Seketika pembeli dan karyawannya Alby menjadi akur, pembeli itu menyesal telah memarahi karyawan Alby. Dan akan berjanji untuk berlangganan di butiknya Alby. Bahkan ada tersirat dari benaknya, jika ia ingin lebih dekat dengan pemilik butik itu dengan tujuan untuk menjodohkan anak perempuannya kepada Alby.

"Sepertinya, anak pemilik butik ini cocok dengan anakku. Hemm, aku pastikan mereka harus saling menyukai," batin pembeli itu tersenyum sinis.

*

*

*

BEESAMBUNG...