webnovel

Mas Bos 3

*Happy Reading*

"Cek rahim? Pengobatan selanjutnya? Maksud Abang apa?"

Akibat kecerobohan Aaron yang tidak bisa menjaga mulutnya. Tidak heran, jika setelahnya Aika langsung meminta penjelasan dengan tegas pada Abangnya itu.

Aaron yang sadar sudah melakukan kesalahan pun terlihat kikuk di tempatnya, bingung harus menjawab apa pada tanya tanya Aika yang syarat akan tuntutan itu.

Aika saat ini mungkin sudah ingat kembali tentang apa yang sempat dia lupakan. Tapi kenyataan soal rahimnya pasca insiden itu tentu saja tidak masuk dalam ingatannya. Karena ya ... Aika memang tidak tahu apa-apa soal itu.

Saat Dokter menjelaskan kondisi Rahimnya, Aika dalam keadaan koma, lalu akhirnya depresi setelah sadar dan mengalami trauma akibat kejadian nahas itu.

Jadi, wajar saja jika dia begitu penasaran akan ucapan abangnya itu.

"Bang?!" desak Aika, saat masih belum mendapatkan jawaban dari Aaron.

"Uhm ... itu, em ... maksud Abang. Ada baik kamu dan Kairo cek kesehatan dulu sebelum melakukan itu, supaya nanti pas pembuahan anak kalian sehat dan--"

"Jangan bohongi Aika!" sela Aika dengan lantang, membuat Aaron langsung menutup mulutnya. Pun dengan Mama Desi dan Papa Heru yang kini ikut kebingungan di tempatnya.

Bagaimana pun, Mama Desi dan Papa Heru pasti akan kebagian jatah diintrogasi Aika juga pastinya, kan? Karena selain Aaron, kedua orang tuanya pasti akan ikut terlibat.

Hening pun tercipta setelahnya. Setelah seruan lantang Aika, tidak ada yang berani buka suara. Mereka memilih diam, dengan kecamuk pikiran masing-masing.

Mau bagaimana lagi? Membuka suara pun, mereka masih ragu sekali. Karena memikirkan kondisi Aika yang bisa saja kembali down setelah mengetahui kenyataan lain akibat insiden naas itu.

Pelecehan itu saja sudah menimbulkan trauma mendalam untuk Aika. Apalagi jika Aika tahu akibat dari tindak pelecehan waktu itu.

Bisa kalian bayangkan perasaannya?

Karenanya, kini keluarga Aika benar-benar bingung harus ambil sikap seperti apa untuk menangani situasi ini.

"Abang tahu kan, Aika sangat percaya sama Abang." Setelah keheningan yang cukup lama, Aika tiba-tiba membuka suaranya lagi.

"Dari dulu, bagi Aika, Abang itu bukan cuma sekedar Abang Aika, tapi juga sahabat dan teman curhat. Iya kan? Karenanya tolong, Bang. Aika mohon. Jangan hancurkan kepercayaan Aika dengan kebohongan. Karena Aika muak di bohongi!" Aika menambahkan, dengan nada menghiba pada sang Abang, diakhiri kekesalan di akhir kalimat.

"Ka, bukan itu maksud Abang," sahut Aaron cepat, mencoba menenangkan Aika.

"Ya kalau gitu jelaskan!" jawab Aika tak kalah cepat. "Jelaskan semuanya dengan detail, tanpa harus ada yang ditutupi lagi. Karena Aika gak mau jadi orang bodoh terus menerus!"

"Ka!" tukas Mama Desi, Papa Heru, dan Aaron dengan cepat. Tidak suka sama sekali dengan ucapan Aika barusan.

"Aika gak mau terus sembunyi di ketiak kalian. Aika gak mau terus menutup mata, menganggap semuanya baik-baik saja, padahal kenyataannya ... semuanya buruk, iya kan?" Seakan tak peduli dengan seruan keluarganya, Aika pun meneruskan ucapannya. Meluapkan semua yang ada dalam hatinya.

"Ka, jangan bilang gitu. Mereka hanya ingin kamu--"

"Mas Bos juga tahu semuanya, iya kan?" tukas Aika sengit, menatap Kairo tajam, saat pria itu mencoba membuka suara.

Melihat hal itu, Kairo pun menelan kembali kata-katanya, lalu menghela napas panjang sekali.

"Kenapa Mas Bos juga diam? Jawab, Mas! Sebenarnya Mas Bos juga tahu hal itu, kan?" tuntut Aika dengan emosi yang mulai muncul.

Tentu saja! Bagaimana dia tidak emosi. Jika di sini, ternyata hanya dia satu-satunya orang yang tidak tahu apa-apa, tentang kondisi dirinya sendiri.

Dirinya sendiri! Tubuhnya! Kesehatannya, dan ... Tuhan, apa Aika memang sebodoh ini?

"Aika?" Kini Papa Heru yang mencoba membuka suara.

Aika menoleh cepat pada Papanya, dengan mata yang sudah berembun, siap menumpahkan air matanya.

"Papa tahu kamu kecewa pada kami, Nak. Tapi semuanya ada alasannya kenapa kami sampai melakukan itu?"

"Karena itulah Aika minta penjelasan Papa. Karena Aika juga gak mau main asal tuduh di sini," sahut Aika cepat.

"Tapi dengan kondisi kamu yang seperti ini, Papa gak yakin kamu akan mengerti, Nak. Karena saat ini kamu terlalu emosi untuk sekedar mendengar penjelasan. Kamu tahu, kan? Saat orang emosi, biasanya logika pun akan tertutup."

Itu benar! Aika mengakui hal itu. Tapi bagaimana lagi, Aika terlanjur penasaran saat ini, dan butuh penjelasan segera.

"Setidaknya biarkan diri kamu tenang dulu, Aika. Agar kita bisa bicara dengan kepala dingin. Dan kamu juga bisa mencerna semuanya dengan baik. Lagipula, Ingat kondisi kamu juga saat ini. Khususnya pada trauma, yang bisa muncul kapan saja." Papa Heru kembali bersuara, sukses menohok Aika..

Papa Heru benar. Saat ini, bukan hanya tubuhnya saja yang sedang tidak baik-baik saja. Tapi juga jiwanya dan ... mungkin sebentar lagi hatinya.

Mengingat hal itu, emosinya pun seketika surut. Kini berganti dengan rasa insecure, karena terlalu banyak keburukan yang ada pada dirinya.

Aika kotor!

Aika cacat!

Aika gila! Dan ...

Aika ....

"Duduk dulu, yuk. Tenangin diri , sambil nunggu keluarga kamu bersiap untuk cerita." Suara Kairo membuyarkan lamunannya, membuat Aika langsung menoleh cepat pada suaminya dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan.

"Mas Bos?" panggil Aika tiba-tiba. Membuat Kairo langsung bergumam panjang untuk menjawab panggilan Aika.

"Kita cerai aja, Yuk!"