webnovel

Datuk Panglima Kumbang

Brem, brem, sit,

Motor yang dikendarai Kasturi akhirnya masuk ke pelataran rumahnya. Walau dengan penuh perjuangan dan susah payah. Sebab tak mudah masuk dalam kurungan kabut dan petir. Butuh usaha lebih dari sekedar tenaga dalam saja.

Setelah menurunkan standar samping motornya. Kasturi berdiri di samping motor sambil melongok ke atas langit. Dalam hatinya bertanya, kenapa rumahnya terselubung kabut dan badai? Sedangkan beberapa meter di luar pekarangan rumahnya begitu terang.

Lekas ia menuju ke dalam rumah, tetapi tanpa iya sengaja. Kasturi melihat sosok kuntilanak yang sedang bermain dengan anaknya. Betapa ia sangat kaget bercampur bingung. Kenapa ada sosok kuntilanak di depan rumahnya. Malah tengah asyik bermain dan bercanda dengan anak semata wayangnya Si Bagus Kecil.

Perlahan Kasturi mendekati sang anak dengan penuh kehati-hatian. Berjalan dengan tapak kaki begitu pelan menginjak keramik putih yang melapisi teras rumahnya.

"Nak, Anakku sayang, kemari Nak, ini Bapak Bagus," ucap Kasturi sambil mengulurkan tangan ke arah anaknya yang tengah asyik bermain di samping kuntilanak.

Tapi tiba-tiba sang kuntilanak berganti posisi dengan cepat. Semula kuntilanak berada di sisi kiri Bagus dan bagus di sisi kanan. Sedang kasturi hendak meraih Bagus dari belakang Bagus. Kuntilanak berpindah posisi ke arah kanan Bagus menghalangi Kasturi untuk mengambil Bagus.

Kuntilanak memalingkan wajahnya ke arah Kasturi. Menampakkan wajah begitu seram, seakan wajahnya rusak penuh belatung dengan kondisi kedua mata hampir lepas dari tempatnya. Kalau saja tidak ada urat mata yang masih mengait pada bola mata. Tentu bola mata sang kuntilanak sudah jatuh menggelinding ke tanah.

"Arg, arg, arg!" suara kuntilanak bagaikan anjing yang tengah di dekati pencuri begitu galak saat Kasturi mulai mendekat.

Tanpa bosa-basi dan tak memberi alasan atau memberi waktu untuk kuntilanak menjelaskan. Kasturi secara refleks dengan kemarahannya. Langsung menggampar kuntilanak begitu kerasnya. Sampai-sampai tubuh kuntilanak ikut terpelanting jauh ke depan pelataran rumah Kasturi.

Kasturi yang mendapatkan kesempatan untuk mengambil Si Bagus Kecil. Langsung meraih tubuh anaknya secara cepat dan menggendongnya.

"Nak, Anakku Bagus, ini Bapak Nak?" ucap Kasturi sambil menangis dan memeluk tubuh anaknya. Bagus hanya tertawa-tawa kecil layaknya sosok bayi pada umumnya tak mengerti apa pun.

Kuntilanak tiba-tiba menjulurkan lidah menjadi begitu panjangnya. Sampai jauh hingga membalut tubuh Bagus yang tengah berada dalam gendongan Kasturi.

"Astagfirullah dasar setan!" teriak Kasturi sejenak memejamkan mata sambil melafazkan ayat kursi.

***

بسم الله الرحمن الرحيم

ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْحَىُّ ٱلْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُۥ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَّهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۗ مَن ذَا ٱلَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَىْءٍ مِّنْ عِلْمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ ۖ وَلَا يَـُٔودُهُۥ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْعَظِيمُ

"Allahu laa ilaaha Illa Huwal Hayyul Qoyyuum, laa ta'khudzuhuu sinatuw walaa nauum, la Huu maa fis samawaati wa maa fil ardh, mann dzalladzii yasyfa'u 'inda Huu, illa bi idznih, yaklamu maa bayna aidiihim wa maa kholfahum, wa laa yuhiituuna bisyayim min 'ilmi Hii illaa bi maa syaa', wa si'a kursiyyuus samaawaati walardh, wa laa yauudlu Huu hifdzuhumaa, wa Huwal 'aliyyul 'adziiim"

"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar." (QS. Al Baqarah : 255)

***

Seketika lidah dari kuntilanak yang semula memanjang. Sampai membelit tubuh Bagus yang masih berada dalam gendongan Kasturi. Tiba-tiba mengendur secara sendirinya. Kasturi tak mau hilang kesempatan dengan cepat Kasturi. Melepaskan lidah kuntilanak.

Tanpa bosa-basi pula lidah dipegang oleh Kasturi erat-erat. Lalu membantingnya ke kanan dan ke kiri. Kadang membantingnya ke depan secara brutal. Sampai-sampai lidahnya terputus lalu terbakar habis menjadi abu.

"Masih mau lanjut, he kuntilanak!" teriak Kasturi menatap kuntilanak dengan mata penuh kemarahan. Sedangkan kuntilanak masih dapat berdiri walau lidahnya sudah terpotong.

Kali ini kuntilanak mengubah posisinya dari berdiri menjadi merangkak. Kukuh-kukuhnya berubah memanjang, hitam dan runcing, seruncing dan setajam pisau dapur. Rambutnya berubah menjadi memanjang awut-awutan seperti orang gila.

Ternyata bukan badannya saja yang berubah. Tetapi kecepatan bergerak dari kuntilanak juga berubah. Tiba-tiba sudah berada di depan Kasturi begitu saja. Cakarnya seketika hendak meraih Bagus. Untung saja Kasturi sigap dalam kondisi apa pun dan sangat siap akan apa yang terjadi.

Kasturi dengan cepat meloncat menghindar ke belakang sambil menggendong Bagus. Sampai-sampai Kasturi harus menghindar berkali-kali. Sebab kuntilanak begitu cepat terus muncul di depan Kasturi.

Tiba-tiba macan kumbang datang selonong begitu saja dari arah rumah Sukari. Tepatnya dari arah kiri pagar samping rumah Kasturi. Macan kumbang hitam perwujudan dari Datuk Panglima Kumbang. Lewat begitu saja di depan Kasturi. Sambil membawa tubuh Amanah di punggungnya.

Bahkan macan kumbang sempat berhenti sejenak menoleh ke arah Kasturi. Seraya berkata, "Sedang apa kamu Kas main lompat tali?" lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju ke dalam rumah.

"Eh Datuk Panglima, istriku kenapa, kenapa Dek Amanahku berpakaian serba minim terawang lagi, tanpa memakai pakaian dalam lagi?" tanya Kasturi masih bingung sambil terus melompat menghindari kuntilanak yang terus menyerangnya.

"Sudah itu awas Mbakyu Kunti menyerang itu loh Kas, hehe," celetuk macan kumbang malah menggoda Kasturi yang terus melompat menghindari serangan kuntilanak yang sedang begitu marahnya. Sedangkan macan kumbang dari wujud Datuk Panglima berlalu begitu saja.

Setelah beberapa saat dari datangnya macan kumbang membawa tubuh Amanah di punggungnya. Lalu keluar kembali dengan wujud petapa rupawan. Menghampiri Kasturi yang sedang berjalan menuju ke dalam rumah, sambil menimang Bagus anaknya.

"Loh Kas, sudah selesai toh? Cepat sekali. Memangnya kamu apa kan wanita jalang Si Kuntilini tadi," ucap Datuk Panglima kembali menuju ke dalam rumah bersama Kasturi.

"Itu di halaman jadi abu," Kasturi menunjuk ke halaman rumahnya di mana di bagian halaman sebelah luar pagar pembatas antara kebun bunga milik Amanah dan gapura depan. Ada bekas layaknya bentuk orang namun sudah terbakar menjadi abu.

"Mantap, begitu dong baru jagoan. Ayahnya siapa dulu ya Nak Bagus ya?" ucap Datuk Panglima sambil menggoda Si Bagus kecil dan Si Bagus Kecil hanya tertawa-tertawa kecil menyambut tangan Datuk Panglima yang tengah menggelitikinya.

"Sebentar Datuk Panglima istriku di mana?" tanya Kasturi pada Datuk Panglima.

"Kamar, di kamarmu, tadi Amanah aku letakkan di kamarmu. Tenang saja Kas, istrimu aman kami akan selalu menjaganya sepanjang waktu saat kau pergi bekerja," kata Datuk Panglima seraya duduk di sofa tengah pas di depan kamar Kasturi di mana Amanah sedang beristirahat.

"Berarti Pocil dan Bapak ikut dong dalam peristiwa ini? Coba ceritakan dari awal Panglima. Sebenarnya ada apa dengan istriku?" tanya Kasturi memberikan Bagus pada Datuk Panglima yang memang meminta pangku pada Datuk Panglima sambil merengek.

"Biasa lah Sukari tetanggamu itu. Dia ingin menikmati tubuh istrimu, bahkan dia menggunakan pelet Kamasutra untuk memanggil istrimu dengan jalan hipnotis gaib dari jarak jauh dengan media foto istrimu. Untung saja aku, Pocil dan Bapakmu segera tahu hal ini. Kalau tidak mungkin sekarang Amanah sedang dinikmati Sukari," terang Datuk Panglima memangku Bagus.

"Astagfirullah, Alhamdulillah Ya Allah. Kalau begitu terima kasih sudah membantu kami Datuk sampaikan salamku pada Pocil. Kalau aku ingin berterima kasih padanya," timpal Kasturi.

"Sudah ini Bagus, aku mau membantu Bapakmu. Rupanya dia sedang kesulitan menghadapi Parno Sewu dukun sialan itu. Mungkin juga Pocil sudah berada di sana membantu Bapakmu," ucap Datuk Panglima mengulurkan Bagus yang meronta tak mau di tinggal Datuk Panglima.

"Anak manis nanti Paman datang lagi ya main sama Bagus. Sekarang Paman mau menolong Kakek Ali dulu," ucap Panglima Kumbang menenangkan Bagus yang merengek.

"Panglima aku percaya kalian akan mampu mengalahkan Parno. Sampaikan pada Bapak aku tak bisa ke sana membantu. Sebab aku harus merawat Amanah untuk memulihkannya," cetus Kasturi menggendong Bagus kembali.

"Sudah tenang saja, lagian Bapakmu pasti memaklumi. Jaga anak dan istrimu baik-baik aku pergi dahulu, Assalamualaikum," ucap Ki Datuk Panglima Kumbang lalu menghilang.

"Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh," jawab Kasturi.

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

Bagus_Effendikcreators' thoughts