"Mon! Buseet, Mon! Bunganya banyak banget! Sini, Mon, cepetan!"
Nyokap? Simon kucek-kucek telinga. Kirain tadi mimpi doang. Ini baru jam tujuh pagi, dan Simon tertidur lagi setelah alarmnya berulah pukul 6.30 tadi. Paling jam 8 ia baru ngantor di kantor kepailitan, yang jaraknya lima belas menit bermotor dari rumahnya. Ruko milik nyokap, yang dijadikan kantor Poppin Corn memang sangat dekat dari rumah mereka.
"Ya, Mih? Ada apa, Mih? Bunga apa yang banyak? Bunga utang?" Simon asal berteriak di pintu kamar, sudah tentu nyokap tidak mendengarnya.
Berhubung mimpinya buruk, Simon mengaitkan bunga dengan utang, bukan dengan keindahan alam, seperti kembang-kembang asoka di taman rumah atau mawar merah yang identik dengan cinta penuh asmara. Simon mendadak tersirap darahnya. Jangan-jangan bunga marigold yang baunya seharum tokai ayam itu?
"Bunga apa, Mih?" Simon menyambangi ruang tamu, nampak nyokap yang kebingungan dan celingak-celinguk cari kejelasan. Pasti nih ada masalah besar. Simon menyimpulkan dari gelagat ibunya.
"Bunga karang. Eh, salah. Karang bunga. Aduh, salah juga. Itu karangan bunga. Ada karangan bunga buat kamu, tapi kok aneh, sih. Perasaan model gitu buat orang yang kawinan apa udah mati, gitu lho."
Segera Simon menemukan jawabannya. Sebuah karangan bunga raksasa, betul-betul besar dan terpampang mencolok, warnanya merah menyala, tulisannya pun sangat menantang.
Teruntuk Simon
Mantan Kawan Terindahku
RIP Pertemanan Kita Untuk Selamanya
Wah? Ternyata muslihatnya terungkap oleh Tobo? Dan balasan Tobo sungguh sangat aduhai, tak tanggung-tanggung mempermalukannya dengan karangan raksasa yang bisa dilihat jelas oleh tetangga sekitar kompleks dan pemotor yang lalu lalang. Babkan beberapa pemobil yang melintas menoleh, memasang mata ke arah tulisan orange besar-besar yang mengumumkan kemarahan Tobo. Aduh, sakitnya dilabrak terang-terangan begini.
"Mih, siapa sih yang anterin karangan jelek gini? Kok gak ditolak aja, Mih?" Simon menginterogasi ibunya yang ketar-ketir memandangi karangan yang bikin malu itu.
"Gak sempat, Mon. Yang ngantar dua orang cowok, tahu-tahu langsung ditaroh di halaman. Habis rumah kita gak berpagar, sih."
Maklumlah, perumahan Simon semi cluster, artinya orang dari luar kompleks masih boleh lalu lalang berbekal kartu tamu setelah menyerahkan KTP. Bila bukan ukurannya sangat jumbo, nyokap Simon ingin membawanya ke kebun belakang, daripada rumah mereka jadi tontonan orang-orang lewat. Malah Simon sempat gede rasa, sepertinya ada satu dua "penonton" yang membidik dengan kamera, mungkin takjub dengan kemegahan karangan bunga dari Tobo yang diniatkan balas dendam.
"Gini aja, Mih, kita tengkurapkan aja karangan bunga jelek ini, gimana?" Simon langsung ancang-ancang hendak merubuhkan karangan bunga.
"Wait, wait! Jangan! Nanti semak asoka Mamih jadi ketimpa. Lihat dong gede gitu karangan bunganya. Siapa sih yang ngirim, Mon?"
Ya, siapa lagi pelakunya kalo bukan Tobo yang tercinta sahabatnya itu. Mana mungkin ada orang lain selain dia? Mamih alias nyokap Simon jelas kaget saat diberitahu suspect utamanya. Maklum, mamih menyukai Tobo yang dianggapnya seperti keponakan sendiri. Apalagi Tobo pandai mengambil hati orang yang lebih tua.
"Tobo? Si Tobias temen baik kamu tuh Mon? Kok bisa? Kayaknya Tobo gak sejail itu, ah!"
"Ini, Mih. Simon ada salah juga, sih, gara-garanya bunga tahi ayam."
Gimana ya menjelaskan pada nyokap kalau kejailannya pada Tobo didasari cemburu dalam persaingan rebutan Jemima? Soalnya nyokap Simon sehaluan dengan bokap, tidak sreg bila Simon pacaran dengan gadis yang bukan keturunan sultan. Simon diarahkan merebut jodoh gadis yang tajir melintir, untuk mengubah pernasiban keluarga Simon yang rada-rada cekak.
Ingat, namanya Jemima aka Iyem. Dari situ saja alis kedua orangtua Simon sudah terangkat curiga, menyangsikan status Jemima yang diduga keras pembantu gedongan. ART sebelah rumah saja ponselnya ada tiga, dan ketiga-tiganya bukan ponsel kentang yang murah. Siapa bilang pembantu rumah tangga zaman now gagal eksis di sosmed dan jagat maya?
Bisa dibayangkan reaksi ortu Simon bila tahu duduk perkaranya. Jadi demi cewek yang gak jelas aja kalian sampe gontok-gontokan kayak gitu? Gak worth it, lagi!
Nah kan, tahu rasa Simon yang usil. Kena batunya, toh? Bersaing sih boleh tapi caranya harus sehat, lha yaw.