[Kertas Berdarah]
______________
Huang Renjun. Lelaki berkacamata dengan kaos putih polos berselimutkan jaket kulit hitam itu terus mengikuti seorang pria pengantar barang yang tampak mencurigakan. Kasus pembunuhan berantai yang sedang diselidiki saat ini membuatnya selalu curiga kepada siapa pun.
Di tengah malam yang semakin larut, rasa curiganya bertambah kuat kala mendapati pria tersebut mendatangi sebuah gudang kosong di pelabuhan Incheon yang terletak sebelah barat pesisir Korea Selatan.
Sempat ada keraguan untuk mengikuti pria mencurigakan itu masuk ke dalam ruangan minim pencahayaan. Namun, kasus harus segera di selesaikan. Dirinya telah menemukan titik terang tentang siapa si pembunuh berantai. Ia tak ingin kehilangan kesempatan hanya karena rasa takut yang menyerangnya secara tiba-tiba, saat menyadari jika tak ada siapa pun di sana.
Sebelum benar-benar masuk, Renjun memiliki firasat buruk tentang dirinya. Ia merogoh saku jaket, mengeluarkan potongan kertas kemudian memotretnya. Tak lupa untuk mengirimkan kepada seseorang terlebih dahulu. Benda tersebut ia temukan saat tak sengaja terjatuh dari si pengantar barang mencurigakan itu saat merasa diikuti olehnya.
Entah karena ceroboh atau ketakutan, setidaknya tulisan yang tertera di sana mungkin bisa menjadi petunjuk jika berhasil ia pecahkan. Hanya dua baris kata, tetapi tak beraturan. Renjun adalah seorang detektif, jadi dirinya tahu betul jika dua baris kata itu merupakan sebuah pesan rahasia yang diberikan oleh seseorang.
Setelah mengumpulkan kembali keberanian, Renjun masuk ke dalam gudang penyimpanan barang yang sepertinya sudah tak terpakai lagi. Debu serta sarang laba-laba menyambut di tengah keremangan malam. Hanya ada pantulan cahaya bulan masuk melalui ventilasi udara berukuran besar pada ujung bagian atas dinding kayu yang dilapisi jaring besi.
Renjun melangkah perlahan. Mencoba untuk mencari keberadaan pria misterius yang tiba-tiba menghilang bagai mahluk tak kasat mata. Dirinya tidak salah lihat. Sangat jelas jika pria tadi masuk ke dalam gudang, tetapi ruangan yang sangat luas itu tampak tak memiliki tanda-tanda kehidupan sama sekali.
Tepat di saat Renjun berada di bawah pantulan cahayaa bulan dari ventilasi, seseorang dari arah belakang keluar dari persembunyian. Wajahnya tak terlihat jelas dikarenakan berdiri dibalik kegelapan setelah sebelumnya mengunci pintu gudang terlebih dahulu.
"Skak mat!" seru sosok misterius itu sambil menodongkan pistol ke arah Renjun.
Langkah Renjun terhenti. Dirinya mematung setelah mendengar suara berat yang sangat tidak asing di indera pendengarannya. Seketika, bayangan seseorang terlintas dalam benak. Ada rasa tidak percaya yang terlukis di wajah, setelah otaknya memaksa untuk yakin jika sosok di belakang sana ialah si pelaku utama kasus pembunuhan berantai yang tengah ia selidiki.
Sejurus kemudian, Renjun berbalik untuk memastikan siapa yang berada di sana.
DOORR!
Malam sunyi tampak semakin dingin. Lantai beton berdebu itu telah tergenangi cairan merah pekat berbau anyir. Nyawa menjadi taruhan untuk sebuah kasus yang nyaris terselesaikan. Lantas, siapa yang harus disalahkan?