"Iya juga, sih. Gue juga pengen punya suami kayak Ilham. Dia selalu menghargai apa yang lo kasih dan lo buat."
"Itu karena yang ngasih dan bikin Sheila. Kalau pemberian atau bikinan orang lain, gue tetep nolak"
Sheila mengulum bibir ketika melihat reaksi wajah Rebecca yang berubah masam.
'Bagus, Sayang. Cewek gatel emang perlu dikasih pelajaran' batinnya.
"Eh, lo kenapa malah bengong? Mending cepet makan. Makanannya udah gue tuangin ke dalam piring. Kurang baik apa lagi gue sama lo?"
"Iya-iya. Sheila emang yang terbaik!"
Meskipun pujian itu terdengar begitu manis, namun Sheila tidak akan terhanyut apalagi terjerumus ke dalam kubangan rencana busuk Rebecca.
Ia yakin, dibalik pujan yang dilontarkan terdapat maksud terselebung yang tak lain dan tak buktikan adalah untuk mendekati kekasihnya.
"Ngomong-ngomong, kalian nggak mau liburan? Ini kan hari sabtu"
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください