webnovel

Shasha Gadis Pendorong Gerobak

Novel ini bercerita tentang seorang gadis yang bernama Shasha yang berseteru dengan ibu kandungnya, Maya Agustin. Shasha seorang gadis sederhana yang tinggal di daerah kumuh dekat tempat pembuangan sampah. Di tempat itu dia kost sambil bekerja menjadi guru taman kanak-kanak dan sekolah alam. Shasha juga seorang aktivis lingkungan. Sementara Maya Agustin adalah seorang mantan artis terkenal dan seorang anggota legislatif.  Ibu dan anak itu bersaing mendapatkan perhatian tuan Isaac Ibrahim, seorang konglomerat yang kesepian,  terpisah dengan anak istrinya selama 30 tahun. Masalahnya Tuan Isaac Ibrahim tidak menyukai Ryan, suami Maya Agustin. Sementara Shasha bersaing pula dengan adik tirinya, Regina memperebutkan cinta Edoardo Callahan. Pria ganteng seorang seniman anak advokat terkenal dan kaya raya, Ben dan Jane Callahan. Banyak yang konflik yang dihadapi Shasha. Dia bahkan hampir di lelang dan di jual teman satu kostnya. Bagaimana kelanjutan cerita ini. Selamat Membaca!

Meri_Sajja · 都市
レビュー数が足りません
507 Chs

Pelangi di Wajahmu

Edo menunggu Shasha di teras kost sambil membaca berita di Ponselnya. "Sha, gimana kabarmu?" Edo menunjukkan lesung pipit di kedua pipinya, senyumnya sangat manis, dia seperti bayi, tanpa dosa. Wajar kalau Edo banyak yang suka. Shasha tak menjawab. Dia mengambil tempat duduk di kursi teras depan kamar kostnya.

Hari ini mood Shasha pasti ga baik, terlihat dari wajahnya yang kusut. Biasanya kalau lagi gini, Shasha sulit di dekati. Ada apa dengan Shasha? Pikir Edo dalam hati. Ia sedikit was-was, cuma Edo dan nenek yang bisa ngerti dirinya. Shasha meski ramah dan suka membantu semua orang, tetapi aslinya dia tertutup. Itulah sebabnya dia sedikit punya teman akrab. Shasha tidak ingin orang banyak mengetahui jati dirinya.

Setelah beberapa hari yang lalu, orang banyak mengetahui rahasia dirinya putri walikota, sikap orang banyak yang berubah dengannya. Orang banyak yang berbisik-bisik setiap kali melihat Shasha. Mereka mulai banyak yang bertanya siapa ibunya. Lambat laun orang-orang bakal tahu siapa ibunya, kakeknya, Shasha merasa hal ini akan berpengaruh terhadap pergaulannya. Apalagi ibunya Maya Agustin datang ke taman Cerdas tempat Shasha mengajar membaca dan menulis bagi masyarakat secara sukarela. Shasha khawatir ibunya bakal memanfaatkan lingkungan itu untuk kepentingan politiknya. Shasha tak suka. Jauh di dalam hatinya Shasha menginginkan ibunya tidak lagi menjadi artis atau politisi. Shasha ingin ibunya normal, menjadi ibu rumah tangga biasa. Apalagi ibu adalah pewaris kakeknya. Dengan harta itu hidup ibunya sudah lebih dari cukup. Bahkan berlebih.

Shasha hanya ingin di kenal sebagai orang biasa, bukan karena ayahnya, ibunya, kakeknya yang orang terkenal dan punya pengaruh kekuasaan. Shasha bakal tidak nyaman lagi bergaul dengan orang-orang yang selama ini dekat dengannya. Termasuk Edo. Edo selama ini baik dengannya, suka menolong Shasha, dia seorang sahabat yang setia. Benarkah Edo hanya menganggap dirinya sahabat? Shasha menyimpan rasa khusus dengannya. Shasha akan berterus terang dengan Edo. Kalau akhirnya Edo menjauhinya karena hal itu. Shasha sudah siap menerima konsekuensi seandainya karena hal tersebut, Edo jadi berubah karenanya.

"Edo, bisakah kita jalan?" Edo terkejut. Shasha tidak pernah mengajaknya jalan, yang terjadi selama ini, Shasha selalu menolak kalau di ajak jalan bareng dengannya. Nah kalau hari ini Shasha yang mengajaknya jalan, ini luar biasa. "Do aku ingin bicara denganmu?" Kata Shasha setelah sampai di sebuah kafe es krim tempat mereka sering ngobrol ketika masih kuliah. "Sama! aku juga ingin bicara denganmu", jawab Edo sambil menyantap es krim vanilla miliknya. "Tentang apa?" Shasha melakukan hal yang sama, menyuap es krim coklat miliknya. "Ayahmu!" jawab Edo. "Ooh!" Shasha sudah bisa santai. "Jadi itu benar?" Shasha mengangguk. Edo menyandarkan tubuhnya ke kursi. "Aku ingin cerita tentang ibuku?" Shasha ingin tahu reaksi Edo selanjutnya. "Ibumu? Siapa ibumu?" Edo ga sabar nanya juga seperti orang-orang. "Kamu kenal dengannya", Shasha menyandarkan tubuhnya juga ke kursi. "Aku mengenalnya? Siapa?" Edo penasaran. "Maya Agustin", jawab Shasha pelan. Khawatir orang lain mendengarnya."Apa!" Edo hampir berteriak. Ia tak percaya dengan pengakuan Shasha. "Maya Agustin artis terkenal itu? dia ibumu?" Shasha mengangguk lesu. Edo terdiam. Begitu banyak hal yang tidak di ketahuinya tentang Shasha. Gadis itu demikian rapat menutupi jati dirinya. "Ada lagi yang harus kamu ketahui tentang diriku, yakni tentang kakekku, kakekku adalah Isaac Ibrahim", Edo membenturkan dahinya ke meja. Shasha gadis ini membuatnya terpukul. Begitu banyak rahasia Shasha yang tidak di ketahuinya. Shasha membuatnya tak berdaya. Dia begitu jauh darinya sekarang. Apakah Shasha semakin tidak bisa di dekatinya. "Do, kamu sudah tahu siapa aku, apa kamu akan menjauhiku karena itu?" Glek. Edo seperti menelan sendok. Tenggorokannya serasa tersedak. Pertanyaan itu harusnya berasal darinya. Edo meraih tangan Shasha di meja. "Shasha! Bolehkah aku menyukaimu dan menganggap tidak ada yang berbeda di antara kita!" Edo menatap Shasha penuh harap. Shasha tersenyum. Seketika mendung di wajahnya menghilang. Langitnya berubah cerah, penuh bunga yang indah di sekelilingnya. Edo sudah menjadi pelangi. Wajahnya terlihat lebih tampan dari biasanya. Shasha menyukainya. Tidak ada yang lebih indah selain mengatakan, YES! Shasha mengambil tasnya, "Antar aku ketemu kakekku!"