"Saat itu aku berpikir," kata Angela pelan, "apakah sebaiknya aku bertindak bodoh, seperti pura-pura tidak mengenal Ryan, atau mungkin sebaiknya aku menyangkalnya," ia menyunggingkan senyumannya, "tapi, aku tidak bisa seperti itu. Ryan adalah adikku yang paling kusayangi, aku akan sangat berdosa jika mengacuhkannya."
Angela telah duduk di sofa seberang Sean, ia meremas cangkir teh yang dipegangnya, matanya terlihat kosong, suaranya mengalun pelan, Sean bisa memastikan, Angela saat ini sedang berusaha untuk bercerita.
"Lalu kau memilih mengacuhkannya?" tanya Sean sedikit memancing emosi Angela, ia tidak bisa membaca pikiran jika wanita itu hanya mengeluarkannya setengah-setengah seperti ini.
Angela menggelengkan kepalanya, "aku memilih untuk mengacuhkannya, tapi, dilarang oleh Lucas."
"Mengapa Lucas melarangmu?" tanya Sean.
"Alasannya cukup masuk akal, bagaimanapun dia adalah adikku dan aku yang memohon kepada Lucas untuk mempekerjakannya," Angela menghela nafasnya.
"Tapi, kau tidak berkehedak untuk menjadikan Ryan sebagai anak buah Lucas secara langsung, bukan?"
"Oh, dokter. Pekerjaan itu terlalu berbahaya baginya, terlepas dari rasa maluku yang merayu seorang pria, aku tidak tega membiarkan adikku bekerja kotor seperti itu!" kata Angela mulai mengeluarkan emosinya.
Sementara Sean, ia masih terus menulis pada kertas, "jadi, apa yang kau lakukan?"
"Jelas aku memohon kepada Lucas." Angela menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa. Ia mengurut keningnya dengan kedua ibu jarinya, "tapi, dia tidak menghiraukan ucapanku dan malah memberi Ryan upah yang sangat besar. Pekerjaan yang mudah dengan upah yang besar, adikku jelas tidak ingin meninggalkannya."
Kini Angela mulai menutup wajahnya dengan kedua tangannya, mencoba untuk mengumpulkan keberaniannya, sejak kejadian kemarin, ia selalu mendapatkan mimpi buruk dari rasa bersalahnya kepada Ryan. Angela tidak tahu harus berbicara seperti apa kepada nenek Elena nantinya.
"Lalu?" kata Sean lagi.
"Yaah, setelah dari kantor Umut, Lucas mengajakku makan siang bersama, pria itu.. astaga.." Angela meniup poninya, "aku selalu tidak bisa menebak pikirannya yang acak. Pria itu terlalu licik."
*
Siang itu Angela, Ryan dan Marcus tiba di lantai satu gedung 'S Group. Ketiganya tidak sengaja bertemu dengan Lucas yang sedang berbincang dengan para eksekutif 'S Group. Angela dan Ryan masih tidak mengucapkan apapun, keduanya tetap diam membisu. Angela sengaja berdiri paling depan karena ia terlalu malu untuk menatap wajah Ryan.
Lucas menoleh ke arah ketiganya, ia melambaikan tangannya dengan senyuman merekah layaknya pria yang paling berbahagia di dunia ini. Ryan dan Marcus memberikan salam untuk kedatangan Lucas, sementara Angela melemparkan tatapan tajamnya kepada Lucas. Pria itu berjalan mendekati Angela, tersenyum lembut ke arahnya.
"Kau sudah kembali?" sapa Lucas lembut.
Angela tertegun, tidak biasanya Lucas menunjukan sifat setengah malu-malunya di hadapannya, Lucas terlihat seperti seorang pria baik sekarang, ia berdiri cukup jauh dari Angela, tidak sedekat ketika mereka hanya berdua saja. Mata rubynya terlihat meredup dan penuh dengan cahaya kebaikan, pria itu menggosok leher bagian belakangnya.
Apakah dia sedang berakting sekarang? – pikir Angela.
"Aku kira perbincangan kami tidak akan lama, maafkan aku yang membuatmu menunggu, Angela." Kata Lucas penuh perhatian.
Angela benar-benar tidak bisa berkata apapun! Pria itu tengah berakting dihadapan Ryan! Ataukah mungkin ia tidak ingin terlihat bengis dan dingin di hadapan para karyawannya di sini? Hmm.. bisa jadi, bukan? Ia harus terlihat profesional dan gentleman jika di muka umum, tapi tidak dengan sifat malu-malunya seperti ini! Angela tidak bisa menerimanya.
"Aku baru saja datang." Jawab Angela setengah menghela nafasnya.
"Marcus, Ryan," panggil Lucas. Angela bergidik ngeri mendengarkannya, "kerja bagus, kalian bisa istirahat sekarang, jangan lupa setor datanya ke atas ya." Senyumnya.
"Baik, tuan." Jawab Marcus dan Ryan bersamaan.
Lucas kemudian menyelipkan tangannya ke pinggang Angela, menarik Angela untuk mendekat kepadanya. Ia kemudian memegang pundak Angela dan mengusapnya pelan. Yang tentunya, Ryan melihatnya secara jelas dari kedua matanya sendiri. Tingkah Lucas yang sangat intim kepada Angela, yang notabennya adalah wanita yang akan menikah. Angela masih terlihat bingung, diliriknya Ryan yang mencoba untuk mengacuhkannya. Keduanya benar-benar bingung harus melakukan apa. Rasa canggung diantara keduanya sangat menyakitkan.
"Selagi mereka sedang beristirahat, Angela, aku rasa kita masih memiliki banyak waktu siang ini," kata Lucas pelan.
Angela mencoba untuk menjauh dari Lucas, "aku rasa aku harus kembali ke kantorku, Lucas, ini sudah terlalu siang."
"Mengapa? Kau 'kan tidak memiliki jadwal mengajar hari ini."
Angela mengutuk Lucas dari dalam hatinya, bagaimana mungkin Lucas mengetahui jadwal kerjanya di Silver Oak? Ahh.. Angela lupa, pria ini memang setengah stalker.
Lucas kembali menarik Angela menempel kepadanya, lalu berbisik pelan ke telinga Angela, "sebaiknya kau menurutiku, Angela. Sudah terlambat untuk berpura-pura membuat jarak diantara kita, Ryan sudah mengetahui semuanya."
"Aku tidak bisa melakukannya lebih dari ini, Lucas. Mari kita berhenti saja, Ryan adalah adikku, jangan memelukku seperti ini, rasanya sangat canggung." Pinta Angela yang ikut berbisik ke telinga Lucas. "Apalagi ini di lingkungan kantormu, orang mengira kita adalah pasangan."
"Kalau begitu rileks saja, kita bahkan pernah lebih dekat dari pada ini. Biarkan mereka yang menilai sendiri." Jawab Lucas berbisik lagi, kini ia mengakhiri ucapannya dengan mengecup pelan bibir Angela.
Lucas melakukannya tepat di depan Ryan.
Angela membeku seketika, ia tidak menyangka Lucas akan bertindak sejauh ini. Ryan yang melihat hal itu seketika membuang wajahnya karena malu. Setelah memberikan kecupan sekilas pada bibir merah muda Angela, ia kemudian menggiring Angela keluar dari kantor. Tangannya memeluk erat pinggang Angela, ia tidak membiarkan Angela menjauh darinya.
Lucas kemudian membukakan pintu untuk Angela, memaksanya untuk masuk ke dalam mobil. Mobil maserati itu kemudian pergi meninggalkan gedung 'S Group.
Angela menutup wajahnya dengan kedua tangannya, ia masih belum mengerti dengan maksud Lucas yang bertindak seperti itu kepadanya. Hatinya sangat hancur, rasa malunya sudah terlalu menumpuk, ia takut rasa canggung antara dirinya dengan Ryan semakin membesar, atau mungkin mereka akan membuat tembok sehingga tidak ada celah komunikasi diantara keduanya. Yang parahnya lagi, bisa saja Ryan memberitahu Noel masalah ini.
"Lucas, hentikan mobilnya." Pinta Angela, ia melihat halte bus yang ada di depan sana, ia ingin turun dari mobil ini. Tidak sanggup rasanya berlama-lama dengan Lucas, bisa gila rasanya.
Namun, Lucas tidak menghiraukannya. Pria itu malah mempercepat laju mobilnya, menerobos lampu merah, membuat Angela ketakutan.
"Lucas, apa yang kau lakukan? Hentikan mobilnya!" teriak Angela, ia berpegangan pada sabuk pengaman. "Kau ingin kita mati?"
Lucas dengan santainya memegang kemudi dengan satu tangan kirinya, sementara tangan kanannya terlihat santai memegang gear mobil.
"Aku tau kau sedang memikirkan hal lain, kau sedang merisaukan hal lain, pikiranmu tidak sedang ada di sini. Mungkin dengan menambah kecepatan mobil ini, kau jadi bisa berfokus kepada kita berdua."
"Jangan seperti ini, terlalu berbahaya, Lucas! Hentikan mobilnya!" teriak Angela setengah menahan nafasnya.
"Kalau begitu fokuslah kepadaku. Jangan berpikir hal yang lain."
"Tidak bisa! Aku terlalu banyak beban karenamu!"
"Oke, kalau begitu kita mati bersama." Lanjut Lucas dengan nada tidak kalah dingin.
Angela terus terfokus ke arah depan, Lucas menyetir ugal-ugalan tanpa memedulikan sekitarnya, mengebut hingga kecepatan 100. Dengan santainya, Lucas memotong lajur mobil, membuat mobil di belakangnya hampir saja bertabrakan. Mata Angela membulat saat ia melihat truk besar pengaduk semen sedang berjalan berlawanan arah dengan mobil mereka.
"Lucas awas!" teriak Angela.
Tidak ingin melihat kematiannya sendiri, Angela langsung memeluk tangan Lucas dengan erat, matanya tertutup ketakutan, wanita itu mulai menangis. Melihat tingkah Angela, bukannya malah luluh, Lucas malah tersenyum puas melihatnya. Ia kemudian menghindari truk itu dengan cepat, kemudian, ia menghentikan mobilnya di sebuah taman kota yang sepi.
Meskipun mobil telah berhenti, Angela masih saja memeluk tangannya dengan erat, matanya masih saja terpejam, tangannya gemetaran. Dia nampak seperti anak kucing yang ketakutan.
Meh, bukannya kasihan, selain merasa puas, Lucas malah merasa gairahnya tersulut. Ia kemudian melepas sabuk pengaman mereka berdua, setelah itu ia menangkap wajah Angela, mengangkatnya perlahan dan kemudian menciumnya.
Awalnya Lucas menciumnya dengan lembut, hanya menempelkan bibir keduanya. Namun setelah melihat tidak ada penolakan dari Angela, Lucas mulai memaksa bibir Angela untuk terbuka. Lucas menjulurkan lidahnya, mengobrak-abrik mulut Angela, memaksa lidah manis itu bermain-main bersama-sama.
"Lucas, tolong hentikan.." pinta Angela di sela-sela ciuman mereka.
"Aku bilang fokus kepadaku." Perintah Lucas kesal. "Jangan berpikiran apapun jika kau bersamaku, fokus saja kepadaku."
Bibir mereka kembali bertautan, ciuman mereka berubah menjadi sangat sensual. Suara decakan seksi terus terdengar tatkala mereka membuka mulut untuk saling bermain lidah, bahkan suara desahan lembut Angela meluncur dari mulutnya, begitu Lucas menghisap lidahnya.
Lucas membuka kemeja Angela dengan paksa, menangkap payudara Angela dengan kedua tangannya sementara bibirnya masih terus melahap rakus bibir Angela. Wanita itu memeluk kepala Lucas, mengusap rambutnya perlahan seiringan dengan remasan kedua tangan Lucas kepada payudaranya.
Lantas ciuman Lucas turun menuju dagu Angela, dengan sengaja ia menarik keluar bagian bawah kemeja Angela dari roknya, kemudian ia memasukan kedua tangannya ke dalam kemeja. Ia masih terus memberikan serangan ciuman panas ke leher Angela, mengigitnya pelan bila perlu. Ia sangat senang mendengar desahan dan erangan merdu dari mulut Angela.
Tidak puas dengan posisi mereka yang di batasi oleh gear mobil, Lucas kemudian mengangkat tubuh Angela dan mendudukannya dia tas tubuhnya. Lucas membuka semua kancing kemeja Angela dengan tidak sabaran. Angela semakin merasa melayang, dipegangnya kepada Lucas, ia mencari-cari bibir pria itu. Setelah menemukannya, Angela kembali menciumnya.
Tangan Lucas kini melepas bra Angela dengan mudahnya, kemudian ia menyelipkan kedua tangannya dan menangkup payudara bulat itu, memainkannya dengan gemas.
"Umut.." ujar Lucas terengah-engah. "Dibagian mana pria itu menikmati dirimu?" desisnya dengan kesal, ia meremas payudara Angela, yang ada bukannya Angela menjawabnya, Angela malah menahan rasa pusing pada kepalanya. "Hm? Dimana dia menodaimu? Jawab aku, Angela."
Lucas kemudian menjilati leher Angela layaknya hewan yang kelaparan, membuat Angela semakin bergairah dan semakin sering mendesah.
"Disini?" tanya Lucas dengan terus menjilati dada Angela.
"Aahh.." Angela mengigit bibirnya.
"Disini?" tanya Lucas lagi yang sekarang mulai turun ke payudara bagian atas Angela. "Dimana, Angela? Jawab aku?"
Angela mengejap-ngejapkan matanya, berusaha untuk mengumpulkan kembali kesadarannya, namun sentuhan-sentuhan panas Lucas benar-benar menggoda, Angela tidak memiliki logika yang kuat untuk membalas ucapan Lucas. Tiba-tiba saja ia merasakan kupu-kupu yang beterbangan di dalam perutnya.
"Mengangguklah jika memang benar." Perintah Lucas setelah mencium bibir Angela.
Angela mengangguk pelan.
"Disini?" tanya Lucas. Pria itu kemudian mengecup payudara kanan Angela, memberikan tekanan pada permukaan kulit itu, mengigitnya perlahan karena tidak mendapatkan jawaban apapun dari Angela.
"Aahh aahh.. Lucas..."
Lucas suka Angela memanggil namanya dengan suara itu. Ia tersenyum saat Angela memanggil namanya. Hal itu menandakan hanya Lucas yang ada di pikiran Angela saat ini.
"Kalau begitu di mana?" tanya Lucas lagi.
Kini kecupannya turun ke bagian puting Angela, memainkannya dengan lidahnya hingga membuatnya tegang menantang Lucas untuk di hisap sekali lagi. Lucas mengisapnya dengan lembut, memainkan putingnya dari dalam mulutnya dengan lidahnya. Membuat Angela menengang dan geli di saat bersamaan.
Nafas keduanya mulai terengah-engah, Lucas puas melihat payudara kanan Angela penuh dengan air liurnya.
"Dia pasti bermain-main di sini, iya bukan?" tanya Lucas.
Angela melirik ke arah Lucas, menutupi mulutnya dengan punggung tangannya agar tidak berteriak keenakan.
"Kanan atau kiri?" tanya Lucas, ia kembali memainkan kedua puting Angela. Wanita itu terdiam dan bahkan menutup matanya menikmati sentuhannya. "Keduanya?" tanya Lucas lagi.
Angela mengangguk pelan.
"Cih! Dasar si tua bangka itu!" hardik Lucas yang kemudian memasukan payudara Angela sebelah kiri ke mulutnya. Ia menghisapnya dengan gemas, sementara tangan kanannya masih bermain-main dengan payudara Angela bagian kanan.
"Ahh ahh, Lucas.."
Lucas semakin bersemangat dengan suara Angela, tangan kananya kini turun mengusap pelan perut Angela, membuat Angela semakin menggeliat resah. Kemudian, ia menaikan rok Angela hingga setinggi pinggang, mengusap pelan paha mulus itu dengan terus bermain-main payudara sital di hadapannya.
Angela mendekatkan wajahnya ke wajah Lucas, nafas mereka saling beradu, tubuh mereka sudah cukup panas. Namun Lucas tidak puas, ia kesal dengan tindakan Umut, tapi ia tahu tindakan itu harus dilakukan karena itu perlu untuk 'S Group kedepannya.
Bibir keduanya kembali bertautan, kini tangan tangan Lucas masuk ke menerobos celana dalam Angela, ia mengusap-usap pelan bagian bawah wanita itu.
"L-Lucas, jika kau hanya bermain-main-"
"Diam." Perintah Lucas cepat. "Aku sedang 'membersihkan' dirimu dari si tua itu."
"Dia hanya bermain-main dengan payudaraku, kami tidak sempat melakukan seks." Kata Angela pelan setengah berbisik di telinga Lucas. Ia mulai melayang akibat jemari Lucas.
Lucas kemudian memasukan satu jarinya, membuat Angela terkejut dan mulai membuka kakinya lebih lebar. Angela bersandar pada setir mobil, desahannya terus keluar tanpa malu. Ia tidak bisa berpikir yang lain selain sentuhan dari Lucas. Jemarinya mulai mencakar jendela mobil saat Lucas memasukan satu lagi jarinya.
Sementara Lucas, ia masih terus memaikan payudara Angela dengan mulutnya, tangan kanannya terus mencari-cari titik sensitif Angela yang ada di dalam sana. Serangannya menjadi-jadi saat Angela menjambak rambutnya. Suara becek pada vagina Angela semakin terdengar jelas di telinga keduanya.
"Jangan keluar, Angela. Kau harus mengganti pakaianku jika sampai kotor." Kata Lucas dengan menyeringai, ia menggoda Angela yang terlihat menahan nikmat.
Angela menggelengkan kepalanya, "kalau begitu hentikan tanganmu di sana." Pinta Angela.
"Bercanda." Jawab Lucas dengan menekan jarinya di titik sensitif Angela.
"Tidak! Tidak!" teriak Angela. "Jangan di sana!"
Tangan Lucas semakin bergerak cepat, ia tidak memedulikan permintaan Angela untuk berhenti. Lcuas senang melihat Angela seperti ini, ia juga senang mendapati Angela yang semakin fokus kepadanya.
Saat tubuh Angela mulai menegang, ia bisa merasakan Angela akan mencapai klimaksnya. Sebelum itu terjadi, Lucas kemudian menarik tangannya keluar.
"Eh?"
-Bersambung ke Chapter #27-