webnovel

CERITA 19

"ma.. liburan nanti aku ingin ketemu dengan grandma dan grandpa, boleh ma?" tanya gilby pada ibunya ketika mereka sedang sarapan pagi, di hari terakhir dia ujian semester.

"kan mama pernah cerita grandma kamu udah meninggal, dan grandpamu menikah lagi, dan mungkin dia telah bercerai lagi, dan mama nggak tau dimana sekarang grandpamu tinggal gil.. dia biasanya hanya menelpon mama" kata bella tersenyum dengan lembut pada anaknya.

"bukan grandma dan grandpa dari mama, tapi dari papa ma.." gilby menatap lembut ibunya.

"ma..maksud gil.. ibu dan ayahnya papa kamu?" bella sedikit gugup mendengar permintaan gilby.

" iya ma, mereka masih hidupkan? Aku sejak kecil belum pernah bertemu dengan mereka. Bolehkan aku ketemu mereka?" gilby tersenyum menyakinkan ibunya. bella menatap anaknya agak takut

"iya grandma mu masih hidup, sedangkan grandpa telah meninggal dunia sebelum papamu kuliah,

gil mama takut sayang.."

"ma.. gilby sekarang bukan anak kecil lagi ma, mereka nggak bisa menyakiti aku, ataupun kalau mereka akan mencelakaiku aku sekarang bisa melawankan ma.."

"tapi nak.." bella masih ragu, gilby berdiri mendekati ibunya tersenyum meyakinkan dan kemudian memeluk ibunya.

" percayalah ma..nggak akan ada masalah.." bisik gilby lembut. Untuk sesaat Bella diam dalam pelukan anaknya seakan berpikir tapi kemudian dia melepas pelukan anaknya dan tersenyum.

"baiklah sayang..liburan nanti kita temui orang tua papamu.." kata bella kemudian.

Rumah orang tua ayahnya gilby terletak di daerah perkampungan, seperti rumah bangsawan

eropa dijaman dahulu, rumah mewah dikelilingi dengan perkebunan buah-buahan dan ladang jagung yang sangat luas, dan agak jauh dibelakang rumah terlihat hutan jati yang sangat lebat. Disepanjang jalan gilby melihat diperkebunan dan diladang banyak pekerja yang sedang bekerja. Gilby kagum dengan pemandangan menuju rumah orang tua ayahnya. Kedatangan mereka ternyata telah dinantikan oleh neneknya. Neneknya

telah menunggu mereka didepan rumahnya. nenek gilby walaupun telah berumur 70 tahun tapi masih terlihat sehat dan kuat. Dan saat melihat mobil anak dan cucunya datang perempuan tua itu telah berdiri didepan pintu menyambut cucunya yang telah 15 tahun lebih hanya bisa dia lihat dari foto yang selalu dikirim

oleh menantunya. Sebuah senyum bahagia terlihat diwajah perempuan tua itu.

"ibu.." kata bella setelah memarkirkan mobilnya setengah berlari menuju ibu mertuanya. Mereka berpelukan sambil menangis terharu.

"ini gilby bu.." kata bella sambil mendorong pelan gilby maju menemui neneknya. Perempuan tua

memandangi cucunya dengan pandangan sedih bercampur bahagia. Dan gilby hanya bisa tersenyum.

"kamu sangat tampan..sangat tampan.. terima kasih bella kamu menjaganya dengan baik.." kata

nenek gilby, kemudian menarik cucunya kedalam pelukannya. Gilby bisa merasakan kalau perempuan tua itu sedang menangis, dan untuk sesaat gilby hanya diam menunggu neneknya selesai menangis.

"maafkan nenek ya, nenek mengotori bajumu.." katanya nenek gilby sambil menghapus sisa airmatanya.

"tadi nenek teringat dengan ayah dan kakekmu..sudah ayo masuk.. nenek akan mengajak gilby

berkeliling.." dan dengan santai gilby bersama dengan ibu dan neneknya jalan-jalan dikeliling rumah mereka. Ternyata orang tua ayahnya sangatlah kaya, mereka punya tanah yang sangat luas, semuanya ada disana, peternakan, ladang padi, ladang jagung, perkebunan buah-buahan, hutan jati, bahkan mereka juga punya penggilingan padi, dan perkampungan yang dekat rumah itu ternyata tanahnya diberikan oleh keluarga gilby bagi para pekerja mereka secara cuma-cuma, dan gilby hanya bisa manggut-manggut kagum dengan keluarga ayahnya.

"bella.. boleh mama memintamu kepasar berbelanja bahan makanan untuk makan siang kita, mama kurang tau  apa makanan kesukaan cucuku ini..nanti kamu akan ditemani oleh bu tina dan anto" kata nenek gilby

pada bella ibunya

"boleh ma.. gil jaga nenek ya.." kata bella

"iya ma.." jawab gilby dia juga menganggukkan kepala. Setelah mengusap kepala anaknya dengan lembut bella kemudian dia kedapur memeriksa apa yang akan dibeli.

"gil..kita pindah ke teras samping yang diatas ya..ada yang ingin nenek bicarakan denganmu" kata nenek gilby sambil mendahului berjalan didepan gilby. Dan gilby dengan patuh mengikuti neneknya, sebenarnya dia pun memang ingin bertanya pada neneknya.

"duduklah sayang.. maaf nenek terpaksa membuat ibunya menjauh, nenek tak mau kalau ibumu

mendengar cerita kita, dia akan jadi kwatir" kata nenek gilby dan dia duduk dengan santai memandang kedepan seakan melihat sesuatu. Dan gilby dengan patuh duduk disamping neneknya.

"bertahun-tahun nenek selalu merindukanmu.. tapi nenek selalu menahannya karena nenek tak mau

kamu akan dalam masalah.." kata nenek memulai pembicaraan mereka.

"tapi saat ibumu mengatakan kalau kamu ingin bertemu dengan nenek, dan katanya kamu sangat

yakin kalau kamu akan baik-baik saja, nenek jadi curiga pasti telah terjadi sesuatu denganmu, kamu telah bertemu dengan mahluk itu gil?" pada kalimat akhir nenek menoleh kearah gilby tatapannya menyelidiki. Gilby terdiam sesaat tak berani menatap neneknya.

"maafkan gilby nek.. gilby tidak sengaja kehutan dan ketemu dengan mahluk itu.." kata gilby dengan gugup.

"gilby pasti bertanya kenapa nenek melarang gilby kehutan padahal dengan kehutan gilby akan ketemu dengan mahluk itu..kamu"

"gilby mengerti nek kalau nenek melarang aku kehutan, nenek tak menyukai aku bertemu mahluk itu,

karena mereka telah membuat papa kecelakaan kan"

"apa maksudmu nak.. papamu kecelakaan karena mereka? Dari mana kau tau?" nenek kaget dengan

perkataan gilby dia agak mencengkram lengan gilby.

"nenek nggak tau? Papa sangat ketakutan saat bertemu dengan mahluk itu pertama kali, dia lari dan masuk kemobilnya kemudian mengendarainya dengan ketakutan dan terjadilah kecelakaan itu" gilby merasakan cengkraman neneknya ditangannya agak menguat, tapi dia tersenyum melepaskan tangannya dan memeluk pundak neneknya membiarkan neneknya menangis didadanya lagi.

"sudahlah nek itu kecelakaan dan terjadinya sudah lama sekali, gilby juga sakit hati tapi mau gimana lagi, kata mahluk yang menjagaku setidaknya kejadian yang menimpa papa jadi pelajaran buat dia agar tidak berpenampilan menakutkan saat bertemu dengan aku." Hibur gilby dia masih menepuk-nepuk pundak neneknya.

"bukankah itu alasan nenek melarang gilby kehutan karena tau gilby pasti ketakutan dengan mahluk itu?" tanya gilby, nenek gilby melepaskan pelukannya dan menatap cucunya.

"bukan.. bukan itu alasannya nak, alasannya karena nenek takut kamu jadi serakah dan sombong jika bertemu mahluk itu, kakekmu banyak cerita tentang mahluk itu dan perjanjian mereka sama nenek, nenek sama sekali tidak setuju dengan perjanjian itu, nenek pikir kalau hanya harta kita punya banyak, tak perlu harta dari kakek buyutmu kamu pasti bisa hidup dan bahagia, selain itu juga nenek mau kamu hidup normal,

nggak jadi kayak orang gila karena sering ngobrol dengan mahluk itu," gilby tertawa mendengar perkataan neneknya yang terakhir. Neneknya ikut tersenyum melihat cucunya tertawa.

"kamu juga sekarang seperti itu? dulu nenek kadang marah dan malu lihat kakekmu sering ngobrol

sendiri, memang sih dia tidak bicara sendiri tapi dengan mahluk itu, tapi tetap aja buat orang lain dia terlihat bicara sendirikan? Kakekmu mengganggap mahluk itu sebagai sahabatnya" kata nenek lagi.

"gilby nggak kayak kakek nek, memang sih mahluk itu banyak membantu gilby, tapi kami jarang bicara nek.. kita bicara hanya untuk sesuatu yang penting banget, kalaupun aku mau bicara dengan mahluk itu, sekarang ini bukan masalah nek.. kan bisa ditutupi dengan pura-pura sedang menelpon, jadi nggak akan memalukan apalagi dikatakan gila nek. lagi pula nek.. aku punya dua orang sahabat yang nggak pernah habis bahan buat ngobrol. Jadi soal mahluk itu nenek nggak usah kwatir.." kata gilby tersenyum pada neneknya dan kemudian melihat ke mahluk itu, mahluk aneh itu sedang mengawasi disekitar mereka. Kemudian dia teringat sesuatu.

"yang aku nggak suka itu soal cewek ini nek.." gilby mengambil hpnya dan menunjukkan wajah sandra ke neneknya.

"nenek kenal? Dia katanya saudara jauh gilby?" tanya gilby lagi

"iya dia memang cucu sepupu kakekmu, apakah dia mencelakaimu? Sepupu kakekmu itu orangnya serakah

dan sangat berambisi, dulu setelah kematian kakekmu dia beberapa kali berusaha mencelakai papamu, makanya nenek mengirim papamu sekolah diluar negeri, jadi sewaktu papamu kecelakaan nenek pikir itu ulah mereka, itu alasan nenek meminta ibumu untuk membawamu pergi dan tidak boleh memberitahukan identitasmu, jadi mereka berhasil melacakmu juga? Tapi mereka tak berhasil mencelakaimukan?" tanya nenek agak takut.

"nggak nek.. kan gilby sekarang punya penjaga.."

"nenek sebenarnya dilema, mahluk itu sebenarnya baik buat menjaga keluarga nenek, tapi nenek juga benci pada mahluk itu karena membuat kakekmu terlihat gila dan juga kadang membawa kakekmu menghilang dihutan sampai berbulan-bulan, nenek tidak suka dengan perjanjian itu dan ingin penjanjian itu putus. jadi papamu sejak kecil nenek larang kehutan walaupun kakekmu tak suka tapi dia tak bisa berbuat apa-apa,

dan akhirnya kakekmu meninggal akibat sering kehutan, makan tidak teratur menyebabkan dia sakit asam lambung dan meninggal dunia. Dan saat kakekmu meninggal dunia keluarga kakekmu yang serakah dan berambisi itu mengejar papamu dan ingin mencelakainya. Maafkan nenek " kata nenek sedih. Gilby menggenggam tangan neneknya dengan lembut dan tersenyum pada neneknya.

"nggak usah kwatir nek, aku nggak akan jadi seperti yang nenek bayangkan itu, aku janji.." gilby tersenyum meyakinkan neneknya dan melihat itu neneknya memeluk gilby dengan erat.

"kau lihat bukit-bukit disana itu? Disitu disimpan harta perjanjian itu?" kata nenek gilby kemudian. Gilby

kaget

"bukit yang itu nek, kelihatannya bukit itu dekat dan mudah diakses, kenapa mereka tidak bisa menemukan harta itu" tanya gilby heran

"karena perjanjian itu para mahluk itu menyembunyikan harta itu,  hanya pewaris ketujuh yang

bisa membuka harta itu. jadi sebelum pewaris itu datang dan membuka harta itu orang biasa tidak akan pernah bisa melihat apalagi mengambilnya." Kata nenek lagi, gilby memandang ke arah mahluk itu.

"hihihi bos belum saatnya ketempat itu.. aku belum boleh membawa bos ke sana.." kata mahluk itu, dia melihat rasa penasaran dimata gilby.

"nek.. boleh nggak nenek mengajak aku ke bukit itu?" tanya gilby pada neneknya. Mahluk itu tertawa kencang mendengar permintaan gilby pada neneknya.