Setelah menyembunyikan mayat Obong, Daru mendatangi curug Balasasangka dengan dipapah Bagya. Di sana, mereka disambut gemricik keras air terjun yang dikelilingi tumbuhan-tumbuhan hijau.
Udara sore yang sejuk seakan melemaskan sendi-sendi Daru yang tegang. Daru mendongak, menatap air terjun yang cukup tinggi itu. Tak ada waktu untuk menikmati keindahannya.
“Bersemedilah di sini.” Bagya membantu Daru untuk duduk di sebuah batu besar pinggir sungai. “Aku akan berjaga-jaga. Aku tak yakin dedemit-dedemit di sini akan senang dengan kematian pemimpinnya.”
Daru bersila dan mengatur napas, berusaha tak menghiraukan rasa nyeri yang masih hinggap di tubuhnya. Ia pun memelankan napasnya, memusatkan perhatian ke kerajaan bulan itu. Bukan hal sulit baginya. Selain keprajuritan sudah melatihnya tentang hal itu, rutinitas memusatkan perhatian ke energi kehidupan juga membuatnya lebih ahli.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください