webnovel

Senandung Cinta Ayu

"Wanita bisa melupakan pria yang pernah dia cintai memang hebat, tapi apakah kamu tahu ada yang lebih hebat dari dia?" tanya Ayu pada Bella, wanita yang sedang menunduk lesu berselimutkan duka. Mendengar pertanyaan Ayu, Bella sontak menggelengkan kepalanya. "Dia adalah wanita yang masih mencintai pria dari masa lalunya tapi tak sedikit pun mempunyai niat merusak hubungan pria itu dengan wanita barunya, sekalipun dia tahu wanita itulah yang sudah merenggut kebahagiaanya," jawaban dari Ayu semakin membuat Bella tenggelam dalam larutan penyesalan.

ALWA1196 · 若者
レビュー数が足りません
245 Chs

Ayu Hamil?

Agasa hanya terbelalak keheranan melihat tingkah sahabatnya yang mungkin sedang kerasukan arwah roh halus.

"Sa, di mana dia?" tanya Papa Galih. Yang ditanya pun hanya diam membisu, bukan karena tak mempunyai jawaban tetapi karena dia  tidak tahu siapa yang dicari oleh sahabatnya itu. 

"Lih, kamu nyari siapa sih?" sentak Agasa.

"Penerima kuasa ini, dia di mana? Aku mau ketemu dia," pinta Papa Galih seraya menunjuk nama orang yang dia maksud dengan nada yang masih melengking.

"Dia itu asistenku," jelas Agasa.

Papa Galih nampak frustasi karena jawaban yang diberikan Agasa tidak selaras dengan pertanyaannya barusan. 

Agasa sadar kalau jawaban itu bukanlah yang diinginkan oleh sahabatnya.

"Dia sedang tertimpa masalah, jadi aku izinkan dia cuti," Papa Galih terperangah tak percaya akan penuturan Agasa.

Papa Galih tahu, hal ini pasti berat untuk dia lalui tapi, di satu sisi lagi dia juga bersyukur karena anaknya kuat, tak serapuh yang dia bayangkan.

Tapi tiba-tiba, Papa Galih terhenyak apakah ini restu dari semesta untuk mempersatukan mereka? Semoga mereka berdua memanglah berjodoh, bukan hanya ekspektasi semata.

"Kamu cepat catat alamat dia," titah Papa Galih.

Untuk permintaan Papa Galih kali ini, Agasa dengan tegas menolak. Setiap orang memiliki privasi dan kita berkewajiban menghargai hal tersebut.

"Dia punya privasi dan aku cuma atasannya, aku tidak mempunyai hak untuk mencampuri itu," tolak Agasa.

"Kamu itu, Galih Surya Atmadja. Presdir Angkasa Group dalam satu kedip pun kamu pasti bisa nemuin dia," tambah Agasa. Kali ini nada bicaranya seperti menantang  sahabatnya.

Tanpa salam perpisahan, Papa Galih meninggalkan Firma Hukum Agasa dan Rekan. Tujuannya kali ini tidak lain dan tidak bukan adalah Angkasa Group.

Agasa hanya bisa menggelengkan kepalanya ketika melihat tingkah Galih yang masih saja ambisius.

Papa Galih memerintahkan Ferdy untuk melajukan kereta besi yang mereka tumpangi dengan kecepatan tinggi agar dia bisa secepatnya dan bertemu dengan Bayu.

Setibanya di Angkasa Group, sang presdir itu melangkah dengan tergesa-gesa. Bahkan dia mengutuk kebodohannya ketika salah memasuki lift. Seharusnya ia masuk melalui  lift khusus presdir bukan lift karyawan. Untungnya lift itu dalam keadaan kosong. 

"Seharusnya, Bayu sudah menemukan anak itu," ujar Papa Galih seraya menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

Papa Galih tiba di lantai tertinggi Angkasa Group tetapi tidak ada siapa pun, kecuali Bianca Anindya, sang sekretaris.

"Selamat ....,"

"Bayu ke mana?" potong Papa Galih.

"Saya belum melihatnya, Pak," jawab Bianca. 

Papa Galih tak berkata-kata lagi, dia segera memasuki ruangannya dalam keadaan hati yang cemas.

Hatinya belumlah genap jika belum memenuhi keinginan putri semata wayangnya, Suci Indah Ayu. 

KREK~~~

Pintu ruangan Papa Galih terbuka menampilkan sosok berbalut jas hitam. Pria yang senyumnya sangat mahal atau memang dia tahu caranya tersenyum.

"Kamu sudah menemukan dia?" tanya Papa Galih tanpa basa-basi terlebih dahulu.

Bayu Rianto mengangguk mantap dan memberikan map coklat berisikan laporan pencarian tentang mantan tunangan Bella Qanesyah yang bernasib nahas seperti putrinya.

Yudi dan Bella memang telah memberikan luka perih pada dua orang yang tulus mencintai mereka. Luka yang hanya bisa disembuhkan seiring perjalanan waktu.

Hati itu ibarat sebuah papan dan paku adalah luka. Jika paku telah menancap pada papan meskipun dicabut, bekasnya takkan hilang.

"Valid, kan?" tak seharusnya Papa Galih meragukan kinerja Bayu, tapi berhubung ini adalah permintaan Ayu, jadi dia harus memastikan data ini beneran valid.

"Valid, Pak," jawab Bayu tanpa ragu.

Papa Galih sangat bersyukur mempunyai Bayu sebagai tangan kanannya, dia sangat bisa diandalkan dalam segala hal. Sempat terbersit dalam pikiran pria paru baya itu tentang adakah hal yang tak bisa Bayu kerjakan?

Tapi sudahlah, terlepas dari itu Papa Galih bisa kembali orang tersebut di tengah-tengah Ayu dan Akbar.

~~~

Sementara di tempat lain, Ayu nampak memutar keras otaknya. Rencana apa yang kali ini akan diberikan semesta padanya, kenapa ada harus ada orang lain yang dikecewakan dalam masalah ini? Mengapa pria berhati hello kitty itu harus ikut merasakan sakit yang dia rasakan.

Tiba-tiba, Ayu tersadar lamunannya ketika mendapatkan hentakkan yang tak terlalu kuat di bahunya.

"Lo itu, gue gaji untuk kerja bukan untuk ngelamun," decak sebal seorang Thareq Akbar Satria.

"Seharusnya lo kan masih di rumah, masih nangis meraung-raung," tambah orang nomor dua di Darma Corp.

"Makan tuh pakai uang, bukan pakai air mata," kelakar Ayu, lalu kembali duduk di kursi kebesarannya.

Terlalu pagi untuk menyimpulkan Ayu bukanlah anak yang berbakti. Pewaris tunggal Angkasa Group tapi memilih bekerja di Darma Corp, perusahaan yang bergerak di bidang property.

"Lo itu putri mahkota Angkasa Group kenapa coba minta kerjaan ke gue?" tanya Akbar setelah menghempaskan bokongnya di sofa dalam ruang kerja Ayu.

"Lo tahu, Bar."

"Gue ibarat bayi, Bar. Sebelum gue bisa berjalan, harus diajarin dulu caranya duduk, merangkak, berguling, dan berdiri, gue harus punya pengalaman sebelum mengambil alih estafet kepemimpinan, Papa," tambah Ayu.

Akbar tak menanggapi lagi ucapan Ayu, tapi Akbar seakan menangkap aura lain dalam raut wajah sahabatnya.

"Lo, kenapa?" tanya Akbar.

Tapi yang ditanya justru menutup rapat mulutnya, membuat Akbar semakin yakin bahwa ada yang Ayu sembunyikan darinya.

Sudah tiga kali Akbar mengulang pertanyaan yang sama, tapi Ayu tetap membisu.

"Kalau gitu gue kembali ke ruangan gue aja, Manda udah mau tiba soalnya," ucap Akbar, bangkit dari duduknya sambil merapikan jas yang membungkus dada bidangnya. 

Ayu dan Akbar kompak berdiri, niat untuk meninggalkan ruangan sahabatnya, Akbar urungkan.

Wanita berparas ayu seayu namanya itu berjalan ke arah jendela menatap gedung-gedung pencakar langit lainnya.

Sebelah tangan Ayu tampak mengelus perutnya yang datar, air mata menggenang di pelupuk matanya. Semua gerak gerik ibu dari Zaskia Azzahara Khuimarah tak luput dari indra penglihatan Akbar.

Apakah Ayu dijatuhkan talak ketika sedang mengandung?

"Ayu tidak mungkin hamil," batin Akbar. Kedua manik matanya masih saja terfokus pada wanita yang telah menjadi sahabatnya selama 11 tahun. 

Keduanya masih setia dalam keheningan.

"Ayu, lo kenapa? Cerita ke gue, jangan lo pendam sendiri," titah Akbar.

"Yudi ngak ceraiin lo dalam keadaan hamil ,kan? Nggak ada adik Zaskia dalam perut lo, kan?" Akbar semakin mendesak Ayu untuk berbicara. 

Lelaki yang merupakan orang nomor dua di Darma Corp ini mendekati Ayu, memegang erat pangkal bahu sang sahabat, "jawab pertanyaan gue, Yu!"

Tetesan air bening yang berasal dari sudut mata Ayu telah menganak sungai di pipi mulusnya. 

"Yu, talak dalam keadaan hamil memang dibolehkan bahkan ada haditsnya, tapi gue nggak akan rela kalau Yudi ninggalin lo dalam keadaan hamil," jelas Akbar dengan lantang. 

"Bar, gue ...."

Bersambung...