Gu Xi Jiu pun tersenyum sembari memutar gelang itu di ujung jarinya dan bertanya, "Oh ya! Mengapa kamu tidak bersinar lagi? Apakah kamu rusak? Ataukah warnamu memudar karena kamu jatuh ke air?"
Gelang itu diam seribu bahasa.
Lalu, Gelang itu menjawab dengan nada kesal, "Hai, dasar Gadis, bukannya kamu ingin agar aku bersikap lebih rendah hati? Apa maksudmu rusak? Pikirmu aku ini giok palsu di abadmu?"
Gu Xi Jiu memutar gelang itu lagi dan berkata, "Setidaknya sekarang aku tahu rupamu seperti apa ketika kamu bersikap rendah hati. Aku kira kamu bisa melakukan sihir dan mengubah bentukmu menjadi sesuatu yang lain."
Gelang itu menggambar tanda "..." di benak Gu Xi Jiu.
Gu Xi Jiu tidak mengganggunya lagi dan kemudian menyimpan gelang itu di lengan bajunya.
"Pendekar muda, kamu sudah mendapatkan apa yang kamu mau ... dan bagaimana dengan penyakit Pangeran kami?" Rubah Hitam bersuara.
Gu Xi Jiu memandang Rong Jia Luo dan berkata, "Sulit!"
Rubah Hitam tetap diam sembari mengepalkan kedua tangannya erat-erat dan berkata, "Kamu tidak tahu soal ini? Kalau begitu kamu pasti main-main dengan Putra Mahkota!"
Gu Xi Jiu menyela omongannya dan berkata, "Maksudku penyakit Putra Mahkotamu itu sulit, tetapi tidak kubilang kalau aku tidak punya solusinya. Penyakit ini telah beberapa lama mengganggu Anda, saya kira kurang lebih hampir dua tahun. Karena itu, mungkin Anda akan butuh perawatan yang lebih lama."
"Apakah ini berarti kamu dapat menolong Pangeran?" Rubah Hitam bertanya karena dia senang mendengar apa yang baru saja Gu Xi Jiu katakan.
Gu Xi Jiu mengalihkan pandangannya ke Rong Jia Luo dan berkata, "Yang Mulia, apakah orang ini akan terus bertanya mewakili Anda?"
Rong Jia Luo menarik napas dalam-dalam dan menahan kegembiraannya, "Tolong keluar, Rubah Hitam."
"Yang Mulia …." Rubah Hitam masih khawatir, karena bagaimanapun juga Gu Xi Jiu adalah orang asing yang misterius. Dia khawatir orang asing ini akan melukai sang Putra Mahkota ….
"Aku baik-baik saja, pergi saja." Rong Jia Luo menjawab.
Akhirnya, Rubah Hitam setuju dan meninggalkan ruangan. Dia bahkan menutup pintu di belakangnya.
Akhirnya ada harapan untuk penyakit yang membuat Rong Jia Luo hampir putus asa dalam hidupnya. Dia biasanya pendiam dan hampir tidak menunjukkan emosi di wajahnya. Sekarang, dengan jari-jari gemetar, dia berkata, "Tuan, bagaimana kamu ingin memulai perawatan? Apakah perlu kusiapkan sesuatu? Beri tahu saja apa yang kamu butuhkan dan akan kusiapkan semuanya …." Dia mengubah cara dia menunjukkan dirinya Rong Jia Luo.
Gu Xi Jiu memandangnya dari ujung kepala ke kaki dan tiba-tiba bergegas ke arahnya.
Awalnya dia berdiri satu meter dari Rogn Jia Luo, tetapi sekarang Gu Xi Jiu berdiri bahkan kurang dari setengah meter di depannya.
Rong Jia Luo selalu berhati-hati dengan semua orang. Tidak ada orang yang berani berdiri begitu dekat dengannya sebelumnya, kecuali orang-orang terdekatnya. Karena itu, tanpa sadar dia melangkah mundur.
Gu Xi Jiu tiba-tiba mengunci lengannya dan berkata, "Jangan bergerak!"
Rong Jia Luo adalah seorang putra mahkota yang dingin. Orang lain takut padanya dan akan berlutut lebih dahulu.
Karena dia gagah dan jangkung, Gu Xi Jiu tampak kecil di sampingnya.
Namun, Gu Xi Jiu berdiri di depannya dengan tangan terkunci bersama lengannya. Orang ini mengabaikan martabatnya.
Sang Putra Mahkota pun menyadari bahwa mata orang di hadapannya ini sangat hitam dan berkilau seperti bintang-bintang di langit. Ketika pemuda ini menatap seseorang, orang itu merasa seperti sedang diserap oleh bola matanya.
Jantung Rong Jia Luo berdetak dengan kencang. "Kamu …." Itulah pertama kalinya dia memperlihatkan kelemahannya di depan orang asing.