Hans masih diruangan Jessica saat kepala HR datang dengan laporannya mengenai seleksi calon sekretaris yang baru.
Dalam waktu seminggu ada lebih dari seratus berkas yang masuk. Hans atau pun Jessica tidak terkejut dengan hasilnya. Mereka hanya butuh satu orang, jadi tidak perduli seberapa banyaknya itu, mereka dengan mudah dapat menyingkirkan sekelompok besar orang yang tidak memenuhi kualifikasi.
"Kami telah selesai meninjau mereka diatas kertas. Ada sekitar 60 orang yang akan mengikuti tes tertulis lusa nanti." Kepala HR itu memberikan laporanya.
Jessica sendiri telah meminta agar proses seleksi ini dilakukan dengan cepat. Dalam waktu kurang dari 2 minggu mereka akan segera mendapatkan sekretaris baru yang cukup andal untuk menggantikan Hans.
Kepala HR itu masih belum selesai dengan laporannya, "ada beberapa pelamar yang mengejutkan kami dan saya membutuhkan konfirmasi Anda untuk menindak lanjutinya."
Kepala HR itu meletakan empat buah dokumen di atas meja kerja Jessica. Tidak seperti surat lamaran biasa, mereka dibungkus dengan map kulit berkualitas yang bisa membuat orang berpikir isinya adalah sebuah kontrak penting.
Itu adalah berkas lamaran diatas rata-rata.
"Mereka bukan orang biasa dan tidak seharusnya melakukan ini." Kepala HR itu mengatakan pendapatnya. "Perlukah kami menerima lamaran mereka atau … mengabaikannya?"
Jessica mengulurkan tanganya membuka berkas-berkas tersebut, ia hanya membacanya sedikit dan langsung melempar berkas yang pertama dibuka itu ke tempat sampah.
Reaksi itu membuat Hans dan kepala HR terkejut.
Berkas kedua pun bernasib sama, tidak butuh waktu bahkan sampai semenit untuk mempertimbangkannya.
Pada saat melirik berkas ketiga senyuman wanita itu menyudut naik dan ia menggelengkan kepalanya. Rupanya berkas ketiga itu berhasil selamat, Jessica menaruhnya kembali ke atas mejanya.
Mungkinkan yang ketiga ini cukup baik dan layak sehingga ia menyimpannya?
Jessica meneruskan membaca berkas keempat dan tragisnya dia langsung melemparkan berkas itu ke tempat sampah pada detik ketiga.
"Kirimakan pemberitahuan kalau mereka tidak lolos seleksi administrasi, mereka terlalu berlebihan. Aku sedang mencari seorang asisten bukan direktur baru."
Kepala HR itu segera mengerti. Dia telah selesai dengan laporannya, namun tetap berdiri ditempatnya seperti menunggu sesuatu. "Bagaimana dengan berkas lamaran itu?" kepala HR itu menunjuk pada berkas yang masih ada dimeja.
"Dia juga tidak boleh lolos," Jessica menimbang berkas itu dengan tangannya. "Aku akan menyimpanya yang satu ini. Terima kasih untuk kerja keras Anda." Jessica tersenyum penuh arti dan menyimpan berkas itu kedalam laci mejanya.
Sang kepala HR itu pamit undur diri dari ruangan. Meninggalkan Hans yang penasaran tentang pemilik berkas-berkas itu, terutama berkas bersampul kulit biru navy yang Jessica simpan dilaci mejanya.
***
Hari ini Jessica makan siang diluar dengan salah satu koleganya. Tentu saja seorang pria, kali ini seorang pria yang lebih muda dari Jessica. Pria muda ini memimpin sebuah perusahaan teknologi yang baru-baru ini mengerjakan perangkat lunak untuk dipakai perusahaan.
Secara tidak terduga Hans membuat alasan untuk tidak ikut ke acara makan siang Jessica dengan koleganya. Hal yang biasanya tidak pernah Hans lewatkan atau absen, terkecuali makan siang terakhir bersama Tony.
Hans beralasan bahwa ia harus memeriksa paket yang dikirim dari tempat pelelangan Negara T. Ini tentang kalung yang di menangkan oleh Tuan William sabtu kemarin.
Jessica merasa buruk saat mengingat kalung itu. Seharusnya dia ikut membuat penawaran dan memenangkan kalung itu untuk dirinya. Jessica berusha menghibur dirinya, berusaha menikmati makan siang dengan pria muda yang tampan itu.
Sungguh kesempatan yang baik pula untuk pria muda itu karena kesempatan seperti itu cukup langka. Hal ajaib lainnya pria muda itu bahkan berhasil bertukar nomor ponsel dengan Jessica.
Sementara itu Hans tidak pulang ke rumahnya atau pergi kemana-mana. Setelah memastikan Jessica pergi dengan koleganya untuk makan siang. Hans kembali ke ruangan Jessica, pria itu dengan hati-hati mematikan CCTV di dalam ruangan itu.
Hans hampir mati juga dengan penasaran, ia dengan cepat meraih berkas-berkas yang ada di tempat sampah. Itu adalah berkas-berkas lamaran yang Jessica buang sebelumnya.
Hans membaca mereka semua, tidak cukup terkejut karena ia mengenal orang-orang itu. Hans mengingat setiap wajah itu. Mereka setidaknya punya pangkat eksekutif saat ini, benar-benar gila untuk melepaskan pekerjaan mereka itu demi pekerjaan seorang asisten.
Hans meletakan ketiga berkas itu diatas meja saat matanya melirik penuh penasaran pada laci meja.
Laci meja itu terkunci. Hans mencari kunci laci cadangan namun ia tidak berhasil menemukannya bersama dengan tumpukan kunci cadangan lainnya. Apa Jessica membawa cadanganya juga? Pikir Hans, betapa antipatinya wanita itu.
Pemikiran itu membuat Hans semakin bersemangat untuk bisa membuka laci.
Usaha Hans masih belum membuahkan hasil saat pintu ruangan terbuka dan Jessica melangkah masuk kedalam. Wanita itu pulang lebih awal dan mendapati Hans keluar dari kolong mejanya.
"Apa yang sedang kau lakukan disini?" Jessica bersidekap tak sabar menunggu jawaban dari Hans.
Hans menjauh dari meja. "Aku… aku sedang," pria itu tergugup tak tau harus menjawab.
Jessica mendapati berkas yang telah dia buang sebelumya ada diatas mejanya lagi dan segera tahu bahwa Hans mencoba melihat pada berkas-bekas lamaran itu.
"Rasa ingin tahumu sungguh berbahaya. Bukankah sudah kukatakan kalau kau tidak perlu ambil pusing tentang hal ini."
Sungguh sial, Hans telah tertangkap basah. "Aku tidak punya pilihan saat kau bahkan tidak memberikanku hak untuk melihat data-data yang masuk."
"Jika kukatakan tidak, maka sebaiknya tidak kau lakukan. Keluar!" Jessica segera mengeluarkan Hans dari ruanganya.
Hans mengalah, membawa berkas-berkas pelamar diatas meja bersamanya dan membuangnya diluar. Dia bahkan belum sampai pada tujuannya – melihat berkas didalam laci – lagi pula ini adalah orang-orang yang berada pada daftar hitam jadi ia merasa kekesalan wanita itu tidak cukup beralasan.
Setelah kejadian itu Jessica membuat sebuah pengaturan untuk Hans. Wanita itu membuat Hans sibuk dengan berbagai hal sepanjang hari dan sepanjang minggu itu. Dia bahkan mengirim Hans keluar kota mendampingi wakil direktur mengurus hal-hal yang bukan tugasnya.
Minggu telah berganti lagi dan Hans merasa tidak tenang karena ia bahkan tidak diberi kesempatan untuk melihat kandidat-kandidat yang akan mengantikannya. Hans tidak punya pengetahuan sedikitpun tentang siapa saja yang berhasil masuk tahap wawancara akhir.
Hans selesai dengan tugasnya di kota M, meninggalkan wakil diretur dia segera kembali ke kota B untuk bisa menghadiri sesi wawancara tahap akhir itu.
Sayangnya Hans tidak dapat sampai tepat waktu. Dia sampai ke perusahaan disore hari saat sesi wawancara telah berakhir.
Jadi setelah memutar otaknya, Hans pergi ke bagian pengawasan dan keamanan untuk melihat CCTV dari tempat wawancara diadakan.
Hans membawa video-video dari sesi wawancara itu pulang untuk diperikasa. Ada 12 kandidat tersisa, Hans masih tidak mempunyai infomasi apapun dari rekaman CCTV yang didapatnya.
Dengan keadaan lelahnya, Hans memutar kembali salah satu video dari CCTV. Awalnya ia merasa tidak yakin, tapi setelah memutarnya kembali ia mengenali salah satu pelamar yang diwawancari.
"Apakah pria ini mencoba membuat masalah baru?" Hans mengumpat untuk pria dalam video.
Keesokan harinya Hans datang menemui kepala HR diruanganya dengan membawa rekaman CCTV si pria 'pembuat masalah' itu. Hans meletakan rekaman itu diatas meja kepala HR dan dengan tegas berkata, "Anda tidak boleh membiarkan pria ini lolos!"
Aku menemukan diriku dengan sebuah ide untuk mengubah kembali cover dan judul cerita ini.
Merasa cukup puas dengan pria tampan di cover depan. Aku berharap bisa terus terinspirasi untuk melahirkan setidaknya 1 Chapter perharinya.
Terima kasih untuk pembaca sekalian. Harapanku sangat besar pada kalian.
16 September 2019