webnovel

Segel Cinta Zayyan

Zayyan Daviandra Arjuna atau yang akrab dipanggil Zayyan adalah siswa tampan yang paling populer sekolahnya. Namun begitu, tidak berlaku bagi siswi cantik dengan sejuta prestasi bernama Anindhita Fazila (Dhita). Keduanya tidak pernah satu pemikiran dalam hal apapun baik akademis ataupun non akademis, ada saja bahan untuk saling menyerang satu sama lain dan hal itu sudah menjadi rahasia umum. Dan sialnya, mereka terjebak dalam satu hubungan yang tidak pernah di bayangkan sebelumnya di karenakan janjinya Dhita yang akan memacari lelaki tangguh yang menolong adiknya dari sekelompok preman kampung yang ingin memerasnya beberapa waktu lalu. “Gue terima,” jawab Zayyan dengan wajah tengilnya. Ternyata dia lah lelaki tangguh yang tanpa sengaja telah menolong adek kesayangannya Dhita. Seisi aula tempat pertemuan siswa siswi baru seketika menjadi riuh, mereka bersorak sorai dan bersiul girang. Nggak ada akhlak! Dhita tau lelaki tangguh itu satu sekolah dengannya karena penuturan sang adik yang menggebu-gebu. Dan karena itulah adiknya mau satu sekolah dengannya,itu karena adiknya terlalu mengidolakan sang penolong. Nggak di sangka lelaki itu musuh bebuyutannya. “Kapan gue nembak lo?!” kesal Dhita yang di abaikan Zayyan. Apa tujuan Zayyan pada Dhita sebenarnya? Bagaimana nasib hubungan mereka? Stop atau lanjut? Temukan kisah penuh canda tawa dan airmata dalam novel ‘Segel Cinta Zayyan’ Dijamin buat ngakak dan baper parah.

worldside_11 · 若者
レビュー数が足りません
426 Chs

Ada Liat Zayyan Gak Pagi Tadi?

Di sepanjang malam Zayyan terus memikirkan apa yang sebenarnya terjadi di antara Dhita dan Gilang, dan itu benar benar membuatnya sangat gelisah malam ini.

Ia bahkan hampir tidak bisa tidur karenanya, tapi untunglah ia bisa mengendalikan pikirannya dan akhirnya terlelap tidur meski waktu sudah sangat larut.

Alhasil Zayyan bangun kesiangan pagi ini!

"Kamu terlambat Zayyan?" tanya Buk Hanum yang hari ini bertugas untuk mengawasi anak anak yang terlambat.

"Sebenarnya tadi saya gak telat buk, tapi tadi ban motor saya ketancap paku jadinya telat deh!" jelas aja ini Cuma alasan, tapi setidaknya jawaban ini jauh lebih baik daripada mengaku kalau ia bangun kesiangan.

"Kenapa bisa ketancep paku motornya? bukannya kamu naik motor gede?" tanya buk Hanum bingung, setaunya anak ini motornya gede banget masa sih bannya bisa ketancep paku juga.

"Ya bisa dong buk! itu kan ban bukan besi," jawab Zayyan dengan sedikit tawa.

Beruntung hari ini buk Hanum yang piket di depan, jadi hukuman yang ia terima pasti tidak akan begitu berat.

Coba kalau buk Susi yang piket, ia pasti lebih memilih pulang daripada harus menerima hukuman dari Ibu susi.

"Coba mana ibu liat! kalau memang benar karena itu ibu akan meringankan hukuman untuk kamu!" Buk Hanum memberikan tawaran.

Jika benar Zayyan terlambat karena ban di motornya yang tertancap paku, ia akan meringankan hukuman untuk anak ini.

"Gapapa deh buk, kan udah saya benerin tadi." mana mungkin dia bisa menunjukkannya, kan itu Cuma alasan aja.

"Ya ibuk mau liat bekasnya, jadi hukuman kamu tidak akan terlalu berat!" tambah Buk Hanum. Ia memang berniat untuk meringankan hukuman Zayyan.

"Ban saya kan tubles buk, ya udah ilang dong bekasnya pas saya bawa jalan." didesak untuk memperlihatkan bekas tancapan pakunya, Zayyan sama sekali tidak panik.

Sebaliknya ia sangat tenang menjawab itu agar semuanya bisa terkendali. Untunglah sedang tidak ada orang di koridor, kalau nggak, yang mendengar percakapan ini pasti tau kalau dia sedang berbohong.

"Yasudahlah kalau kamu tidak mau," Buk Hanum mengedikkan bahu sebelum melanjutkan.

"perpus cukup berantakan hari ini, jadi tugas kamu adalah merapikannya kembali, itu hukuman keterlambatanmu. Saya akan buatkan surat untuk absen di kelasmu!"

Setelah mengucapkan itu tanpa basa basi buk Hanum langsung meninggalkan Zayyan sendirian di koridor.

"Perpustakaan? sejak kapan perpus jadi berantakan?" Zayyan termenung begitu buk Hanum mengatakan kalau hukumannya adalah merapikan perpustakaan.

Sebagai sekolah yang cukup elit, jangankan perpustakaan, kamar mandi dan gudang saja cukup bersih dan rapi. Makanya Zayyan bingung mengapa perpustakaan yang harus dirapikan.

"Ah mungkin buk Hanum memang lagi gak mau ngasih hukuman yang berat berat!" lagipula buk Hanum tidak pernah setegas buk Susi saat memberi hukuman.

*****

Baru saja melangkahkan kakinya kedalam perpustakaan, mau pingsan aja rasanya!

Gimana gak mau pingsan, keadaan perpustakaan yang ia lihat saat ini berbeda 180 derajat dari biasanya.

Buku buku yang biasanya tertata rapi di rak rak yang sudah diklasifikasikan saat ini bertebaran tidak beraturan di lantai, bahkan beberapa rak berdiri tidak rapi karena di geser ke tempat yang tidak seharusnya.

"Apa yang terjadi di sini?" gumamnya pelan saat melanjutkan langkahnya menyusuri ruang perpustakaan yang berdimensi cukup lebar ini.

Saat menyusuri lebih dalam, Zayyan menemukan kalau buku dan rak yang berserakan hanya di bagian depan dekat pintu masuk tadi saja, di bagian dalamnya semua masih rapi dan terjaga.

"Lantai dua?" Perpustakaan ini terdiri dari 3 lantai, jadi Zayyan harus memeriksanya terlebih dahulu apakah lantai 2 dan 3 berantakan juga atau tidak.

Setelah lebih dari 10 menit berkeliling di lantai dua dan lantai tiga Zayyan kembali ke lantai utama sambil bergumam pelan di sisa sisa anak tangga terakhir.

"Syukurlah mereka aman, itu artinya hanya bagian ini yang harus aku bereskan!" Zayyan menghela napas panjang.

Mengambil napas dalam dalam Zayyan memulai pekerjaannya dari merapikan buku buku yang berserakan di lantai.

Gak tau apakah klasifikasi susunan buku buku itu udah benar atau belum yang penting semuanya terlihat rapi aja dulu.

*****

Guru sedang menerangkan pelajaran, tapi Dhita sama sekali tidak memperhatikan apa yang sedang dijelaskan di papan tulis didepan kelas itu.

"Farrel! Farrel, denger dong!" ia sibuk memanggil Farrel berkali kali dengan suara bisikannya itu.

Tapi karena Farrel duduknya sedikit jauh darinya, Farrel gak denger kalau Dhita ada manggil dia.

"Kenapa sih Dhita?" tanya Dina yang dari tadi memperhatikan sahabatnya memanggil manggil Farrel.

"Eh Dina, lo tadi ada liat Zayyan apa nggak sebelum masuk?" alih alih menjawab Dhita malah nanyain Zayyan.

"Eh kok tiba tiba nanya pacar nih?" Anjani yang gak sengaja mendengar langsung menyambar.

Sebenarnya bukan gak sengaja dengar sih, tapi memang dia pasti dengar! kan dia duduk di sebelah Dina.

"Udah jawab dulu kalian berdua ada liat Zayyan gak pagi tadi?" wajah Dhita terlihat sedikit cemas, itu membuat kedua sahabatnya menautkan alis kebingungan.

"Emang ada apa sih sama Zayyan? kok lo kayak khawatir gitu?" tanya Dina dengan wajah penasarannya.

"Jawab dulu dong!" Dhita terus mendesak tanpa memperdulikan pertanyaan pertanyaan yang diajukan sahabatnya.

"Nggak ada sih, gue gak ada keluar sejak datang tadi jadi mana mungkin jumpa Zayyan." Dina mengedikkan bahu.

"Gue hampir aja telat, jadi gak sempat lihat kiri kanan sejak datang tadi, langsung gas aja otw ke kelas!" Anjani menambahkan.

Sebagai salah satu dari sahabat siswi paling berprestasi di sekolah ini gak mungkin Anjani rela kalau dirinya terlambat, jadi tadi dia buru buru banget biar gak terlambat masuk kelas.

"Oke kalau gitu gue tanya Farrel, dia pasti tau!" seketika Dhita langsung memalingkan wajahnya dari Dina dan Anjani ketika mereka mengatakan kalau mereka tidak melihat Zayyan hari ini.

"Farrel!" Dina dan Anjani beradu tatap seolah saling bertanya 'dia kenapa?' dan saling menjawab 'lah mana gue tau!'

Karena Farrel gak denger denger dhita melempar tutup pulpennya dan itu mengenai wajah Farrel, barulah Farrel yang tadi fokus sama pelajaran tersentak kaget dan melihat kearah Dhita.

"Farrel!" panggil Dhita saat Farrel menoleh ke arahnya.

Tanpa membalas sepatah katapun Farrel menjawab dengan mendongakkan kepala sambil menaikkan kedua alisnya.

"Lo ada ketemu Zayyan gak hari ini?" tanya Dhita bisik bisik, kalau nggak pasti di tegur sama pak Tio yang sedang asyik membahas pelajarannya.

"Zayyan? belum ada jumpa Zayyan gue!" jawab Farrel yang seketika menghentikan tangan dan mulut pak Tio yang sedang fokus menjelaskan.

"Farrel!" tegur pak Tio.

"Iya pak!" kena sial deh gue!

Dhita buru buru menghadap depan dan pura pura gak tau apa apa, cepat cepat ia buka buku paket biar Pak Tio gak curiga sama dia.

"Ngobrol sama siapa? gak dengar saya lagi jelasin pelajaran?" tanya pak Tio menyeramkan.