webnovel

Jangan!

"Hai," sapa seseorang atau lebih tepatnya roh kepada Azga.

Seolah tidak peduli, pria bermata biru itu terus saja berjalan.

"Hei!" roh itu mulai marah, dia tau betul bahwa Azga dapat mendengarnya.

"Apa kau tau? Hari ini aku akan pergi," ucap roh itu, Azga hanya tersenyum kecil mendengar ucapan dari roh yang sudah beberapa hari ini mengikutinya.

"Sampai nanti, pria dingin."

Sejurus kemudian, rasa dingin yang menyelimuti Azga pun hilang. Pria itu kembali mengencangkan headsetnya.

***

Azga berlari kecil menuju halte agar bisa tepat waktu untuk pergi ke sekolah.

"Bruk!"

Azga tidak sengaja menabrak seorang gadis yang seumuran dengannya, terlihat jelas nama yang melekat di seragam SMA gadis mungil itu, 'Fanya Rantika".

"Maafkan saya," ucap Azga sedikit menunduk.

"Ah iya, tidak apa-apa," jawab Fanya sedikit membungkukkan tubuhnya.

Melihat bis sudah berhenti tepat di depan halte, Azga pun langsung berjalan menuju halte yang jaraknya tidak begitu jauh dari dirinya.

"Tep!"

Tangan gadis yang bernama Fanya itu dengan kuat memegang pergelangan tangan Azga. Tentu saja pria bermata biru itu menatap bingung ke arah Fanya.

"Jangan naik," gadis itu melihat Azga dengan tatapan sendu.

"He? Apa maksudmu?"

"Jangan, aku mohon," ucap Fanya semakin memelas ke arah Azga.

"Kamu gadis aneh," ujar Azga kemudian berusaha keras melepaskan genggaman Fanya.

Sejurus kemudian pemuda itu pun pergi dari sana. Azga dengan sesegera mungkin berlari ke arah halte, namun sangat disayangkan bis sudah melaju lebih dulu. Tentu saja Azga merasa ini semua adalah kesalahan dari gadis yang tidak sengaja ditabraknya tadi.

"Haaah... Dasar gadis aneh, ini semua salahnya," gumam Azga, di palingkannya wajah untuk melihat ke arah Fanya berdiri beberapa detik lalu. Namun, tidak ditemukannya sosok mungil itu.

"Sudah pergi ya?" ucap Azga pelan.

***

"Ini uangnya," ucap Azga kepada seorang kasir minimarket.

"Terimakasih."

"Telah terjadi kecelakaan lalu lintas, sebuah bis sekolah menabrak mobil yang tengah menyebrang. Banyak yang mengatakan pada pagi itu, sang supir kurang memperhatikan jalanan, korban kece-"

"Tep!"

Kasir minimarket tersebut mematikan televisi, mengingat petir di sore itu begitu keras.

"Kecelakaan ya?" gumam Azga.

"Beberapa hari ini sangat sering terjadi kecelakaan lalu lintas di kawasan wilayah ini," ucap kasir itu.

"Iya."

Sejurus kemudian, Azga pun keluar dari minimarket, tentu saja dengan headset yang melekat ditelinganya.

Jadi, maksud gadis itu jangan naik. Karena dia tau bahwa kecelakaan itu akan terjadi? Sebenarnya siapa gadis itu, batin Azga.

Sejurus kemudian, pemuda bermata biru itu pergi menjauh dari minimarket tersebut.

Sesampainya di halte, Azga memilih duduk dan sibuk dengan ponsel pintarnya.

"Aduh!"

Meski Azga menutup telinganya dengan headset, dia tetap dapat mendengar suara tersebut. Pemuda bermata biru itu menoleh ke arah kirinya. Tentu saja dengan tangan yang masih mengenggam erat benda pipih pintarnya.

"Lain kali lebih hati-hati lagi, lihat akibat tingkah cerobohmu, semua bajuku kotor tertumpah kopi," ucap seorang wanita kepada gadis yang tidak menabraknya.

"Maafkan saya nyonya."

Azga melihat apa yang terjadi, dia sedikit terkejut. Bukan tanpa sebab, melainkan orang yang baru saja menabrak seorang wanita tersebut, adalah gadis yang tidak sengaja menabraknya di pagi sebelum dirinya berangkat ke sekolah.

"Gadis aneh itu, kenapa dia selalu ceroboh," gumam Azga pelan dan tidak memalingkan wajahnya dari Fanya.

"Haaahhh sana minggir, aku mau lewat," ucap wanita paruh baya yang tidak sengaja ditabrak oleh Fanya beberapa detik lalu itu.

"Jangan ke sana," Fanya menarik tangan wanita tersebut dengan kuat.

Sikap Fanya tentu saja membuat orang yang dipegangnya itu merasa bingung, dengan sedikit keras wanita itu mencoba melepas genggaman tangan Fanya. Setelah terlepas wanita itu pun berjalan menjauh dari gadis bertubuh mungil tersebut di sana.

"Nyonya jangan pergi dari sini, tunggulah beberapa menit lagi," ucap Fanya dengan wajah yang penuh dengan kepanikan.

Beberapa menit lagi, aku mohon tunggulah beberapa menit saja, batin Fanya dan melihat ke kiri dan kanan jalanan.

Wanita itu seolah tidak perduli dengan apa yang diperingatkan oleh Fanya.

"Dasar gadis aneh," gumam wanita itu dan berjalan cepat untuk menyebrang jalan.

"Tiiin!"

Suara klakson mobil memekakkan telinga terdengar sangat jelas. Sejurus kemudian wanita yang bajunya tertumpah kopi akibat Fanya itu pun tertabrak mobil dengan sangat kuat.

Darah segar terlihat mengalir memenuhi jalanan. Orang-orang mulai datang menghampiri jasad sang wanita yang baru saja ditabrak oleh mobil itu.

Gagal, aku gagal, batin Fanya panik.

Fanya terlihat sangat frustasi. Kakinya terasa lemas untuk berdiri, lain hal dengan Fanya, Azga yang sedari tadi melihat perbincangan dan menyaksikan apa yang baru saja terjadi saat itu, hanya menatap tajam ke arah Fanya.

Gadis aneh itu, siapa dia sebenarnya? Batin Azga.