webnovel

Secret Love for Secret Admirer

Tak pernah terpikirkan, apa yang menjadi kesukaanmu aku juga menyukainya. Tanpa sadar, aku selalu menuruti nasihat dan perintahmu. Lama-lama, aku tahu artinya bahwa itu semua hanyalah sebuah keinginan agar diakui untuk menjadi lebih dari seorang sahabatmu. Aku, sebagai pengagum rahasia, yang menyukaimu secara diam-diam. (Nadia Naraya) Rasa simpati dan sebuah ketertarikan biasa. Itulah yang aku rasakan saat pertama kali melihatmu. Aku tak tahu sejak kapan rasa itu sedikit demi sedikit berubah menjadi rasa penasaran dan selalu ingin tahu tentangmu. Katakan saja, kalau ini adalah sebuah cinta rahasia untuk seorang pengagum rahasia. Lupakan perasaanmu darinya dan berbaliklah menyukaiku. (Fauzan Narendra) Nadia memendam perasaan pada sahabatnya - Agra - hampir selama enam semester terakhir sejak mereka bersahabat. Sayangnya, saat Nadia ingin mengungkapkan perasaannya, bertepatan dengan itu, Agra bercerita bahwa ia sudah memiliki kekasih. Nadia tidak bisa menghindar begitu mudah, karena ia terjebak di dalam satu proyek dengan Agra cukup lama. Inilah yang bisa dilakukan Nadia, mengagumi dalam diam. Saat Nadia sudah mencapai puncak kegalauannya, seorang laki-laki bernama Fauzan datang ke dalam hidupnya. Nadia pikir, ia baru pertama kali bertemu laki-laki ini. Namun, ternyata Fauzan sudah mengenalnya sejak dua tahun lalu. Fauzan muncul begitu saja saat Agra menghilang menangani proyek dosen selama beberapa bulan. Fauzan bilang bahwa ia menyukai Nadia. Lantas, apa yang akan Nadia lakukan selanjutnya? Cover by : Diarra_design Follow me on Instagram : @NurulAyuHapsary

N_Ayu_Hapsary · 都市
レビュー数が足りません
372 Chs

149. I Believe in Fauzan

Nadia memasukkan barangnya ke dalam tasnya. Mulai dari pakaian, semua buku-bukunya dan beberapa perlengkapan yang harus ia bawa. Begitu juga, dengan laptop yang masih sangat penting untukmu. Nadia memberesi semua perlengkapannya dengan teliti.

"Apa, ada yang bisa aku bantu untukmu?" tanya Mika pada Nadia.

Nadia menoleh keluar kamarnya. Mencari asal suara Mika. Mika sudah berdiri di ambang pintu Nadia. Nadia tersenyum ke arahnya. Melihat Mika yang berdiri dengan tersenyum, lalu Nadia melambaikan tangannya menyuruh mika masuk.

"Kenapa kamu berdiri di sana? Ati, masuklah," pinta Nadia pada Mika. Miak tersenyum mendengar. Ia kemudian mulai melangkah dan masuk ke kamar Nadia. Mika melihat barang bawaan dari Nadia.

"Barang bawaan kamu banyak sekali, Nad?" tanya Mika.

"Iya." Nadia mengangguk pelan. "Aku kan lumayan lama pulang," ujar Nadia. Mika mengkerutkan keningnya mendengar ungkapan Nadia itu.

"Maksudnya, kamu akan lama berada di rumahmu?" tanya Mika lagi untuk memperjelas.