Lan Qianyu menatap Ye Yan dengan sorot mata linglung. Benar, pria di depan matanya ini telah mendorongnya jatuh dari surga ke neraka, merusak kesuciannya, serta menghancurkan kepercayaannya akan cinta. Dia juga menghinanya lagi dan lagi, dan juga menghamilinya. Seluruh kebahagiaannya telah dihancurkan oleh pria ini.
Dia sangat membencinya, bahkan dalam mimpi pun dia ingin membunuhnya. Saat ini akhirnya kesempatan itu pun tiba.
Di sini adalah jalan tol, di sekitar mereka tidak terlihat ada kendaraan. Hawa di sana sangat dingin. Leher Ye Yan yang tertusuk kaca terus mengucurkan darah. Asal Lan Qianyu tidak menolongnya, Ye Yan pun akan mati kehabisan darah.
Dia akan bisa balas dendam tanpa harus mempertanggung jawabkan perbuatannya di depan hukum.
Ini adalah cara yang paling baik untuk balas dendam.
Lan Qianyu mengepalkan tangannya. Dia sudah berkeinginan untuk pergi dari sana, namun peristiwa saat tadi Ye Yan melemparkan tubuhnya tanpa memedulikan dirinya sendiri untuk melindungi Lan Qianyu muncul di kepalanya dan membuatnya goyah. Lan Qianyu tidak mengerti, Ye Yan begitu membencinya, dia pun telah menyakitinya dengan sangat kejam, tetapi mengapa tadi dia melindunginya?
"Keluar dari mobil!" Ye Yan memejamkan matanya, suaranya terdengar lemah.
"Kalau aku pergi, kau pasti mati." Lan Qianyu mengerutkan kening dan melihatnya. Ada apa sebenarnya dengan laki-laki ini? Bukankah saat ini dia seharusnya memohon untuk diselamatkan?
"Bukankah ini…hasil… yang kau inginkan?" Wajah Ye Yan mulai pucat, bibirnya pun berubah menjadi ungu.
"Tadi, mengapa kau menyelamatkanku??" Lan Qianyu menatapnya dalam-dalam.
"Aku tidak… menyelamatkanmu, aku hanya… menyelamatkan… anakku…" Kelopak mata Ye Yan semakin berat, suaranya semakin pelan, "Walaupun besok… dia akan digugurkan, tapi saat ini… dia masih tetap… darah dagingku, melindunginya… adalah tanggung jawabku!"
Lan Qianyu menundukkan kepalanya dan tidak mengatakan apa-apa. Saat ini kekacauan di hatinya tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Dia tidak tahu bagaimana harus memandang pria di depannya itu, dia begitu jahat bagaikan iblis, namun dia juga memiliki prinsip dan dasar yang diyakininya sendiri. Kejahatan yang dilakukannya sangat banyak, namun hanya karena satu hal ini, hati Lan Qianyu jadi tergerak.
Hal ini membuat Lan Qianyu tidak tega membiarkannya mati.
Lan Qianyu menarik nafas dalam-dalam. Dia lalu melepaskan jaketnya dan memakainya untuk menyumbat darah pada luka di leher Ye Yan. Kemudian dia mencari ponsel di dalam mobil untuk meminta pertolongan, namun sayangnya semua ponsel telah hancur karena kecelakaan tadi.
"Pergi!" Ye Yan tiba-tiba mendorongnya.
"Apa yang kau lakukan?" Lan Qianyu memelototinya sambil mengerutkan kening, "Kau kira aku sangat ingin menolongmu? Aku sangat menginginkanmu mati."
Walaupun mulutnya berkata seperti itu, namun tangannya malah menyeka wajah Ye Yan yang berdarah.
"Bahan bakar… bocor… mobilnya akan meledak!" Ye Yan mengerahkan tenaga untuk mengangkat tangannya dan menekan tombol untuk membuka kunci pintu.
Lan Qianyu sangat terkejut. Dia menjulurkan kepala keluar jendela untuk memeriksa, ternyata benar jika bahan bakar mobil telah bocor. Kalau tidak segera keluar dari sini, mereka berdua akan mati terkena ledakan.
Lan Qianyu segera keluar dari mobil lalu menoleh menatap Ye Yan. Pria itu bersandar lemah pada kursi. Mungkin karena telah kehilangan banyak darah, tubuhnya sedikit gemetaran. Matanya terpejam, tangannya terkulai lemah. Insting bertahan hidupnya berkata agar dia cepat pergi dari sini, namun dia sudah tidak punya tenaga lagi, bahkan untuk membuka sabuk pengamannya saja dia tidak sanggup lagi…
Lan Qianyu melihat bahan bakar yang tidak berhenti menetes dari selangnya. Jantungnya terus berdegup kencang. Sesaat dia ragu, namun akhirnya dia menerobos masuk ke mobil dan melepaskan sabuk pengaman yang membelit tubuh Ye Yan lalu menariknya keluar dari mobil.
Ye Yan terlalu berat, lagi pula salah satu kakinya terjepit di bawah kursi dan tidak bisa ditarik keluar. Lan Qianyu semakin lama semakin panik, namun dia tidak melepaskan pegangannya. Dia lalu merayap di atas tubuh Ye Yan dan menarik kakinya. Karena gerakannya itu, Ye Yan pun tersadar, dia lalu bergumam dengan tidak jelas, "Jangan pedulikan aku, pergi, cepat pergi…"