webnovel

School of Persona

Bagaimana rasanya hidup sebagai remaja di tahun 2042-2043? Ditengah perkembangan zaman yang semakin pesat dan kompetitif? Mereka itulah yang disebut sebagai ‘Generasi Emas Indonesia 2045’. Berdirilah School of Persona (SP). Sebuah asrama yang dibangun sebagai tempat pembinaan kompetensi dan kepribadian para remaja SMA penerima Haikal Scholarship in Leadership (HSL). Penghuni asrama elit itu sangat heterogen, mereka dituntut untuk memahami berbagai perbedaan persona di dalamnya. Mereka memiliki sisi yang membanggakan, normal, hingga 'liar' secara bersamaan. Bukan kamuflase, itu hanya ukum tiga wajah; pribadi; keluarga; publik. Banyak persoalan, rahasia dan masalah muncul diantara mereka, lama kelamaan membesar, lalu meledak sebagai bom waktu. Lalu, mampukah mereka membangun diri sekaligus menghadapi tantangan besar generasi mereka itu? Unlock the answer by reading this story! ------ Halo, Readers! Selamat datang di novel keempat Aleyshia Wein. Konsep novel ini adalah Fiksi Realistik dengan sentuhan Literary Fiction. Meskipun demikian, sisi romantis akan tetap ada tipis-tipis, baik diantara para penghuni School of Persona, atau Adriana dan Haikal. Author menyarankan untuk terlebih dahulu membaca karya kedua Author yang berjudul 'Laboratory Doctor and Activist' untuk lebih dekat dengan karakter dan kisah Adriana Gerrie dan M. Faqih Haikal yang terbilang cukup filosofis mendasari berdirinya The School of Persona. Seperti biasa gaya bahasa akan cenderung teknis, dan beberapa istilah advanced akan dijelaskan dalam notes Author. Happy reading! Regards, Aleyshia Wein.

aleyshiawein · 若者
レビュー数が足りません
268 Chs

Hantu, Tamu, Anggaran

Masih pagi, sarapan bahkan belum terhidang di meja, namun Leon sudah bersemangat menyeberang ke asrama putra lantai dua, hendak menemui Nalesha. Leon sudah berjanji untuk berdiskusi dengan Presiden SP itu terkait program divisinya; Bisnis dan Manajemen. Namun sepertinya Leon terlalu bersemangat, alias terlalu pagi, lantaran Nalesha yang belum kunjung merespon usai Leon mengetuk pintu kamarnya beberapa kali.

"Naleeeshaaa, main yuuuk!" panggilnya menirukan nada paling popular khas anak kecil. Iseng saja Leon mengintip dari celah sempit jendela kamar berwarna gelap transparan. Sayangnya tetap saja tak terlihat karena gorden tipis yang dipasang Nalesha untuk memperketat privasi kamar dari pengintipan.

"Lagi ngapain sih Yon? Pagi-pagi udah rusuh aja," tegur Noer yang baru saja kembali dari kamar mandi. Lihat saja ember kecil berlubang berbentuk 'love' berisi sabun dan shampoo di tangannya.

ロックされた章

webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください