"Bintang ?? Yakk !! Mengapa kau melamun ?? Bintang !!"
Lamunanku pecah saat Yera berteriak padaku. Aku melamun bukan tanpa alasan. Aku hanya tak menyangka, ternyata orang aneh itu masuk menjadi anak musik di sini, dan dipuja oleh banyak orang.
"Kau terpesona dengan Mentari ya ? Sampai melongo seperti itu" ucap Yera.
"Hah ?? Terpesona ? Apa menariknya dia ?? Orang dingin dan datar seperti itu" ucapku malas.
"Ckk memangnya kau bagaimana ? Kau pun sama saja seperti dia, dingin dan datar" balas Yera.
Aku hanya diam karena memang aku mengakui bahwa aku pun tak jauh berbeda dengan anak aneh itu, tapi aku yakin aku lebih baik ckkk.
"Bintang lihatlah anak yang bermain gitar itu, tampan kan ? Menurut gosip yang beredar dia itu pacar Mentari, cocok kan ? Hahaha tapi anehnya para pemuja Mentari tetap saja berusaha mendekati Mentari" ucap Yera sambil menunjukkan kepadaku orang yang sedang bermain gitar.
"Hmm wajahnya biasa saja, dan lagipula untuk apa kau memberitahu itu semua ? Aku tak peduli" ucapku.
"Yehhh kau ini, ya sudah ah" ucap Yera yang tampaknya sedikit kesal.
"Waktu istirahat sebentar lagi berakhir, aku akan ke kelas" ucapku setelah melihat jam di ponselku lalu aku segera keluar dari tempat ini.
"Yak !! Tunggu aku !!" teriak Yera yang sepertinya berlari ke arahku.
Saat kami memasuki kelas, lagi-lagi tatapan dari teman-teman sekelasku merisihkan, sangat mengganggu, dan saat aku belum duduk di bangkuku, salah satu dari mereka berbicara.
"Yak Bintang, dari awal kau ini sudah banyak yang menyukai, tak sedikit juga yang mengharapkan kau menyapa mereka, namun kau selalu cuek kepada kami, tapi sekalinya kau berteman, mengapa kau berteman dengan orang itu" ucapnya.
Aku menarik nafasku, tadinya aku tak akan menjawabnya, namun saat melihat wajah Yera yang tertunduk di bangkunya, sepertinya aku harus mengakhiri bullyan mereka kepada Yera.
"Yang jelas aku tidak mau berteman dengan orang-orang yang tak mau menerima teman apa adanya, kepada Yera saja kalian seperti itu, apalagi nanti kepadaku ? Bisa saja kalian memperlakukan aku lebih buruk. Aku lebih baik tidak mempunyai teman daripada mempunyai teman yang palsu seperti kalian ini. Oh ya ... kalian tahu aku bisa berkomunikasi dengan hantu kan ? Bila kalian berani mengganggu atau membully Yera lagi, akan kupanggilkan hantu agar mereka mengganggu kalian semua, yaaaa kalian tahu kan ? Tidak ada hantu yang tidak menyeramkan" ucapku mengancam mereka.
"Apa kau bilang ?? Ja-Jangan macam-macam"
"Iya Bintang kau ini berbicara apa, jangan menakuti kami"
"Kau tidak akan melakukan itu Bintang"
"Jangan Bintang, aku tak bersalah, aku tak pernah mengganggunya, tak semua orang di kelas ini seperti itu"
Seketika kelas menjadi ricuh dan hampir semua dari mereka tampak ketakutan ckkk.
"Ya aku tak akan segan untuk memanggil hantu untuk kalian yang mempunyai sifat jahat" ucapku santai lalu duduk di kursiku.
Kalau melihat dari ekspresi mereka saat ini, aku sudah pastikan mereka tidak akan macam-macam lagi ckkk, padahal ancamanku itu tidak serius. Lagipula untuk apa aku memanggil hantu, aku juga takut hehe.
Lalu tiba-tiba Yera memegang bahuku dari belakang. Aku melihat ke belakang, lalu dia tersenyum, seperti isyarat dia berterima kasih. Aku pun membalas sedikit senyuman padanya.
Sekitar 4 jam aku belajar di kelas, sampai waktu pulang tiba. Aku teringat ada sesuatu yang harus aku lakukan, aku harus menemui orangtua Danil, tapi bagaimana caranya ? Sedangkan aku tak tahu alamat rumah mereka.
"Bintang, mengapa masih diam ? Ayo pulang" tanya Yera.
"Aku sedang bingung" jawabku.
"Bingung kenapa ?" tanya Yera.
"Hmm tadi aku berjanji akan membantu hantu di toilet itu. Aku berjanji untuk membawa orangtuanya, tapi aku tidak tahu alamatnya, jadi bagaimana aku bisa membawa mereka pada hantu itu" ucapku.
"Hmm, apa hantu itu murid di sekolah ini ?" tanyanya.
Setelah Yera bertanya itu, aku ingat bila Danil memang murid sekolah ini, lalu otakku langsung memberitahu apa yang harus aku lakukan. Aku pun langsung berdiri lalu berlari keluar.
Kali ini aku mencari ruang kepala sekolah. Ya .. aku akan menanyakan alamat Danil kepadanya. Sampai aku menemukan ruangannya, aku pun mengetuk pintu dan tak lama kemudian aku dipersilahkan masuk, lalu aku mulai menjelaskan maksudku, dan karena kepala sekolah sudah tahu tentangku karena kejadian Winda hari itu, kepala sekolah pun tak mempersulit menerima maksud tujuanku itu. Dia bersedia mencari alamat Danil, dan tak lama aku pun mendapatkannya.
Aku tak mau membuang waktu, aku akan segera mencari rumahnya hari ini juga. Tak lupa untuk berterima kasih aku pun pamit lalu membuka pintu ruangan ini.
Namun saat aku membuka pintu, secara bersamaan ada seseorang yang membuka pintu juga dari luar dan terlihat terburu-buru, dan saat ini kami berhadapan sangat dekat. Wajahku melihat sedikit ke bawah melihat wajahnya karena tinggi badan kami yang cukup berbeda, ya katakan saja orang ini pendek bila dibanding denganku.
Namun tak lama aku pun tersadar, orang yang berada di hadapanku ini adalah orang itu, orang aneh berwajah tembok itu. Sebelum aku memundurkan tubuhku, dia terlebih dahulu mendorong tubuhku dan berlalu begitu saja melewatiku, cihhh orang ini sombong sekali.
Kalau saja bukan di ruangan kepala sekolah, sudah kutarik orang itu dan mengomelinya. Ah tunggu .. untuk apa mengomelinya ? Hanya akan menjatuhkan image coolku saja.
Aku pun keluar saja dari ruangan ini. Aku sedikit berpikir bagaimana bisa tadi dia masuk ke ruangan kepala sekolah tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, namun pertanyaan itu langsung terjawab karena aku mengingat Yera memberitahuku tadi bahwa orang itu adalah anak dari kepala sekolah, haissshh pantas saja sombong.
"Bintang !! Kenapa kau tadi meninggalkanku di kelas ??!! Padahal tadi aku masih berbicara padamu, huffff"
Tiba-tiba Yera datang dari depanku dan mengomel. Ckk aku lupa tadi aku langsung pergi saat dia masih berbicara, dia terlihat kesal nampaknya.
"Yera aku duluan ya, aku sudah menemukan alamat Danil, aku akan segera ke sana" ucapku langsung bergegas pergi
"Bintang ta-tapi ..."
Entah apa yang Yera katakan tapi aku tak menggubrisnya, karena aku ingin cepat menyelesaikan ini semua.
Aku mulai mencari rumah Danil dengan menggunakan motorku. Sekitar dua jam lebih aku mencarinya, namun perjalananku itu tak sia-sia. Aku menemukan rumah Danil, dan sepertinya ini benar rumahnya, karena rumahnya terlihat tidak jauh berbeda dengan apa yang aku lihat di masa lalu Danil.
Aku menekan bel rumahnya. Tak lama wanita paruh baya membukakan pintu, aku tahu ini adalah ibu Danil. Tanpa basa basi aku perlahan menjelaskan maksudku kepadanya, namun sebelum aku menjelaskan lebih banyak, ibu Danil menyuruhku masuk terlebih dahulu. Setelah aku dipersilahkan duduk, ada seorang pria yang menghampiri kami berdua berjalan dengan tongkat di satu tangannya. Aku tahu itu ayahnya Danil, namun tampaknya dia tak sesehat seperti saat aku melihatnya di masa lalu Danil. Lalu ibu Danil menjelaskan kepadanya mengapa aku berada di sini.
"Apa benar arwah Danil belum bisa tenang dan berkeliaran di sana ?" tanya ayah Danil kepadaku.
"Iya, aku pun mengetahui apa yang terjadi dulu karena arwahnya yang memperlihatkannya kepadaku. Bila kalian tak percaya, aku melihat kau menamparnya sebelum dia keluar kan ? Kau pun sangat emosi saat itu sampai kau bicara kau tak akan memaafkannya" ucapku agar kehadiranku tak di ragukan.
"Tapi Danil sudah meninggal 9 tahun yang lalu, mengapa dia belum tenang ?" kali ini ibunya yang bertanya.
"Itulah mengapa aku kemari, untuk memberitahu kalian bahwa mungkin dia bisa tenang bila kalian bertemu dengannya, dia ingin meminta maaf kepada kalian" jawabku.
"Itu ulah dia sendiri, yang tidak mau mendengarkan orang tuanya, dan malah terjerumus di dunia gelap seperti itu" ucap ayah Danil yang tampaknya masih menyimpan kekecewaan kepada Danil.
"Bukannya aku bermaksud menasehati, namun... bagaimanapun dia, dia tetaplah anakmu. Mungkin ada alasan mengapa dia terjerumus kepada hal seperti itu, maafkanlah dia, hanya itu yang bisa membuatnya tenang" ucapku.
"Lalu apa yang harus kami lakukan sekarang ?" tanya ibu Danil yang matanya terlihat menahan air mata.
"Kita temui Danil sekarang di sekolah" ucapku.
Aku pun kembali ke sekolah dengan motorku, sedangkan orangtua Danil pergi dengan mobil diantar supirnya. Tak mau berlama-lama, sesampainya di sekolah aku mengajak orangtua Danil menuju toilet. Karena toilet itu berada di lantai 3, ayah Danil berjalan dengan sangat pelan dibantu oleh ibu Danil. Aku pun sesekali ikut membantu memapahnya. Keadaan di sekolah saat ini sudah tampak sepi karena waktu sudah menunjukan sore hari, mungkin hanya tersisa murid-murid yang sedang ekstrakulikuler saja.
Sesampainya di depan toilet aku menghelakan nafasku. Aku pun masuk terlebih dahulu dengan langkah yang cukup pelan. Jujur saja aku sebenarnya takut kemari, karena aku bukan pemburu hantu atau sejenisnya. Menghadapi hal seperti ini pun merupakan hal yang belum pernah aku hadapi sebelumnya. Aku melihat sekeliling penjuru toilet, namun Danil tidak juga menunjukkan dirinya.
"Danil ?? Kau di sini ?? Aku kembali menepati janjiku, dan aku sudah membawa orangtuamu , mereka di sini Danil" ucapku.
Sesaat setelah aku mengucapkan itu, hidungku menitikkan darah. Ada perasaan lega juga takut dalam waktu yang bersamaan, karena artinya ada makhluk halus yang sudah berada di sini, dan artinya Danil sudah datang.
Aku terus mencari di mana Danil akan menampakkan diri, dan betapa terkejutnya aku, saat aku melihat di toilet paling pojok pintunya terbuka perlahan dengan sendirinya, dan aku kini melihat dengan sangat jelas sosok yang begitu menyeramkan muncul di balik pintu itu. Pria yang wajahnya pucat dengan mata seluruhnya putih, dan mulutnya .. mulutnya mengeluarkan busa yang menetes ke lantai. Dia kini berjalan ke arahku, dengan sangat terasa berat aku memundurkan badanku.
"Ka-Kau Danil kan ? A-Aku aku membawa orangtuamu, y-ya aku membawa orang tuamu" ucapku sangat ketakutan karena melihat sosok nya yang menakutkan.
Mendengar aku yang berbicara itu dengan cukup keras, orangtua Danil masuk ke dalam. Hahhh untung saja mereka cepat masuk, lagipula mengapa semua hantu selalu menampakkan dirinya dengan menyeramkan sih ??
"Nak .. apa kau benar ada di sini ? Ini Ibu .. mengapa kau belum beristirahat ? Ibu kira kau sudah tenang nak, apa lagi yang kau pikirkan ? Apa yang kau tunggu ? Pulanglah" ucap ibu Danil dengan menahan tangisnya.
Aku lihat Danil masih saja berdiam diri dan sepertinya masih belum cukup membuat dia tenang setelah melihat kedua orangtuanya.
"Apa kau sedang menunggu maaf dari ayah ? Benarkah itu ?" tiba-tiba ayah Danil berbicara.
Daniel terlihat menghampiri ayahnya, namun aku yakin mereka berdua tidak bisa melihat arwah Danil saat ini.
"Ayah sudah memaafkanmu dari dulu Danil. Ayah hanya masih sedih dan menyesali mengapa kau meninggal dengan cara yang seperti itu. Kau anak kami satu-satunya yang selalu kami sayangi, banyak mimpi yang kami gantungkan kepadamu Danil, kami hanya tak menyangka, Danil yang selalu baik dan menurut pada orangtua, mengapa bisa terjerumus pada hal terlarang itu" sambung ayah Danil yang tampaknya sudah meneteskan air matanya.
Ibu Danil memeluk ayah Danil, mereka menangis bersamaan, dan saat aku melihat Danil, Danil menatap tajam ke arahku. Walau seluruh matanya putih, namun aku yakin saat ini dia sedang menatap ke arahku, dan kini .. kini dia menghampiriku dengan cepat, ada apa ini ? Apa yang akan dia lakukan ? Seketika mataku tak bisa melihat dengan jelas, pandangan mulai gelap, tubuhku pun kembali terasa kaku. Apa aku akan melihat masa lalu lagi ? Apa yang akan Danil tunjukkan lagi kepadaku ??