webnovel

8

Dan ternyata benar dugaanku, setelah ada orang lain yang masuk, Danil telah ditemukan tewas di sini. Penglihatanku kembali gelap, tubuhku kembali seperti batu, entah aku sekarang akan kembali ke masaku atau masih akan berada di masa lalu Danil.

"Lepaskan dia !! Keluar dari tubuh gadis ini !!"

Aku tersentak dan penglihatanku kembali terang saat mendengar suara itu, dan ternyata aku sudah berada di masaku, dan sekarang temanku yang sedang dirasuki Danil sedang ditarik dan ditahan kembali oleh beberapa orang di sini, namun wajahnya tetap menatap tajam ke arahku. Sepertinya dia masih ingin berkomunikasi denganku, aku bisa merasakan itu.

"Lepaskan saja dia" Ucapku yang membuat orang di sini tampak heran

"Tak apa, lepaskan saja dia, dia masih ingin menyampaikan sesuatu kepadaku" Sambungku

Lalu orang-orang yang memeganginya melonggarkan pegangannya. Danil yang sedang merasuki tubuh temanku pun langsung berlari kembali ke arahku. Kali ini aku berusaha menatapnya, wajahnya sangat dekat saat ini denganku, aku berusaha memikirkan apa yang ingin dia sampaikan.

"Kau Danil ? Apa kau seperti ini karena ingin menyampaikan atau meluruskan sesuatu ? Bila iya, apa yang harus aku bantu ?" Ucapku walau jujur saja aku sangat takut saat ini karena melihat matanya yang menatap tajam.

Dan saat aku berbicara seperti itu, dia mengambil jarak. Dia memundurkan langkahnya lalu tiba-tiba menangis, sungguh tangisannya sangat pilu dan terasa mengerikan sampai bulu kudukku berdiri. Aku tak tahu harus berbuat apa, apakah sulit untuk makhluk halus berbicara kepada manusia ? Kenapa dia hanya bisa menangis seperti itu tanpa berkata sesuatu ?

Aku terus memikirkan apa lagi yang harus aku katakan, jangan sampai benar-benar IQku rendah bila aku tak bisa memikirkan apa yang harus aku lakukan selanjutnya.

Dan aku mengingat saat aku berada di masa lalu Danil, aku teringat orang tua Danil saat itu, aku mengingat kembali apa yang terjadi saat itu.

"Danil, apa kau ingin meminta maaf pada orangtuamu ? Katakan Danil .. agar aku bisa membantumu" Tanyaku

Danil yang sedari tadi menunduk dan menangis, perlahan mengangkat wajahnya, lalu menatap ke arahku dan mengangguk, dan akhirnya aku mengerti, bahwa benar Danil ingin meminta maaf kepada orangtuanya, karena sebelum dia meninggal, dia pergi dari rumah dengan membuat ibunya menangis dan membuat ayahnya emosi sampai berbicara tak akan memaafkan dia, dan mungkin itu alasan mengapa dia menjadi hantu gentayangan seperti ini, hmmm rupanya IQku memang tinggi.

"Aku akan membantumu Danil. Sekarang keluarlah dari tubuh gadis itu. Aku akan kembali nanti dan membawa orang tuamu" Ucapku pada Danil

Setelah aku mengatakan itu aku bisa melihat saat hantu Danil keluar dari tubuh temanku itu. Dia membelakangiku, berjalan menjauh dari orang-orang dan tiba-tiba menghilang.

Tubuh temanku dibawa ke UKS karena saat ini dia tidak sadarkan diri. Setelah itu aku memasuki kelasku kembali, kami pun melanjutkan kegiatan belajar mengajar.

Sampai waktu istirahat tiba, seperti hari sebelumnya aku memutuskan untuk diam saja di kelas, sambil memikirkan segala apa yang sudah terjadi kepadaku. Bagaimana bisa aku menjadi seperti ini dan melakukan ini sendirian, apa aku sanggup ?

Dan saat aku sedang melamunkan itu, aku melihat Yera yang lagi-lagi tampak menangis di luar kelas, di depannya terlihat beberapa orang yang sepertinya sedang menunjuk-nunjuk Yera. Hmm sudah kupastikan dia sedang dibully sekarang.

Aku tak tahan melihat kelakuan mereka, aku pun langsung menghampiri mereka lalu menarik tangan Yera dan menempatkan dia di belakang tubuhku.

"Apa yang kalian lakukan ??" Tanyaku datar

"Woahhh ada apa ini ? Ini pertama kalinya kau menyapa kami"

"Hmm sepertinya kalian itu berteman ya ? Sampai kau yang biasanya tak pernah mau berbicara pada orang lain, sekarang kau berbicara pada kami hanya untuk membelanya"

"Bintang, daripada kau berteman dengan adik dari seorang pembunuh, lebih baik kau berteman dengan kami yang lebih baik"

Bukannya menjawab pertanyaanku sebelumnya, orang-orang ini malah mengoceh tak karuan.

"Lebih baik aku berteman dengan hantu daripada aku berteman dengan kalian yang hanya bisa menghakimi orang lain yang tidak bersalah. Bukankah kalian dulu mendekati Yera hah ? Mengapa sekarang kalian menjauhi Yera setelah tahu tentang kakaknya ? Apa itu yang disebut lebih baik ? Bahkan kalian tidak jauh lebih baik dari seorang pembunuh !!" ucapku lalu meninggalkan mereka dan membawa Yera ke dalam kelas dengan memegang tangannya.

Setelah masuk kelas aku kembali duduk dan memasang handsfree pada telingaku tanpa berbicara apa-apa lagi pada Yera, seolah tadi tidak terjadi apa-apa.

Tak lama Yera duduk di bangku depan dengan posisi dia menatapku, dia terlihat berbicara padaku namun aku tak mendengar apa yang dia bicarakan karena aku sedang memakai handsfree yang disambungkan ke ponselku dengan volume tinggi.

Aku yang menyadari itu langsung membuka handsfree dan meminta Yera untuk mengulang apa yang dia bicarakan tadi, dan Yera terlihat menghelakan nafas.

"Terima kasih, aku ingin berterima kasih lagi kepadamu karena kau sudah membelaku" ucapnya tersenyum.

"Ahh oke" Jawabku singkat

"Hmm Bintang, kenapa kau baik kepadaku?" Tanyanya

"Aku tidak baik kepadamu" Singkatku

"Kau sangat baik kepadaku, ya walau kau tetap terlihat dingin, tapi kau sangat baik kepadaku" Sambungnya

"Hmm tapi aku merasa biasa saja" Jawabku

Yera pun tampak kikuk dan seperti bingung apa lagi yang akan dia bicarakan.

"Ah Bintang, kau suka musik ?" Tanyanya

"Suka" Jawabku

"Waktu istirahat masih cukup lama, bagaimana kalau kita melihat ke ruang musik, di sana selalu ada anak-anak yang sedang bermain musik" Ajak Yera padaku

"Kau sajalah" Aku sempat menolak

"Yahh .. temani aku saja sebentar, ya ya ya ??" Ajaknya lagi seperti anak kecil

Melihatnya seperti itu aku jadi teringat bahwa dia saat ini hidup sendirian. Mungkin biasanya dia selalu dimanja oleh kakaknya, tapi sekarang dia harus hidup sebatang kara. Aku pun mengangguk lalu pergi menemani dia.

Saat kami pergi ke ruang musik, di sana cukup ramai, ramai dengan anak-anak yang hanya melihat orang-orang yang sedang memainkan alat musik di sana, bahkan banyak dari mereka yang terdengar memanggil-manggil sebuah nama. Tidak hanya pria namun juga wanita memanggil nama itu, seperti melihat idola yang sedang tampil di panggung. Aku pun belum bisa melihat dengan jelas siapa saja yang sedang bermain alat musik karena aku masih tak terlalu dekat dengan tempatnya.

Aku memasang telingaku dengan baik untuk mendengar nama yang masih diteriakkan namun sedikit tak jelas di telingaku, sampai akhirnya aku tahu siapa yang mereka teriakkan dari tadi.

"Mentari !!!!"

"Mentariii kau cantik sekaliii"

"Mentari saranghaeeeee"

"Lihatlah kami Mentariii, kami menyukaimu"

"Mentariii follback instagramku"

Ahhh Mentari ..

Aku tak sengaja bergumam.

"Kenapa Bintang ? Kau ingin melihat Mentari ? Atau kau sudah tahu wajahnya ?" Tanya Yera saat mendengar aku menyebut nama Mentari

"Ah tidak, aku pun tidak tahu dia yang mana, aku tadi hanya mendengar orang-orang menyebut nama dia" Jawabku

"Memangnya kau tak tahu ya ? Mentari memang anak musik yang sedang dipuja saat ini. Dia sama dengan kita baru masuk tahun ajaran ini, namun baru saja dia masuk, sudah banyak sekali yang menyukai dia. Tak hanya pria, wanita pun banyak yang mengaguminya, selain kecantikan dan bakat bermusiknya, dia itu adalah anak dari kepala sekolah kita. Ayo Bintang kita ke depan, aku ingin melihat dia juga" Ucap Yera lalu menarik tanganku untuk ke depan namun aku menahannya

"Kau saja lah, aku tunggu di sini saja, lagipula tak akan terlihat bila ramai seperti ini" Ucapku

"Bintang kau ini tinggi, pasti kau bisa lebih mudah melihatnya, ayo ahh cepat" Ucap Yera lalu menarikku kembali ke depan

Aku pun mengikuti dia, Yera sempat menerobos dan melewati beberapa orang di sana, dan semakin lama, aku semakin bisa melihat wajah orang-orang yang sedang bermain musik ...

"Bintang, lihatlah yang sedang bermain biola itu !!! Itu Mentari !!! Ahhhh cantikkknyaaa" Ucap Yera yang ternyata sama saja dengan yang lainnya berteriak seperti seorang fans yang melihat idolanya

Dengan wajah malas aku pun mengikuti kemana jari Yera yang sedang menunjuk ke arah pemain biola, dan aku cukup terkejut saat melihat wajah pemain biola itu.

"Hah ?? Dia kan ?? Anak berwajah tembok itu, dia anak musik ?? Dan... jadi namanya Mentari ?? Yang dipuja-puja banyak orang ini ???"