webnovel

5

Setelah aku keluar dari toilet dan kembali masuk kelas aku mengingat orang tadi. Orang tadi siapa ya, aku tak akan melupakan wajahnya walau hanya terlihat dari samping. Bagaimana aku akan lupa, aku belum memberi pelajaran kepadanya karena beraninya mengataiku seperti itu.

Tapi .. aku jadi mengingat perkataannya, untuk meluruskan rumor dan mencari orang yang membuat rumor. Ada benarnya juga, tapi tetap saja bagaimana caranya aku meluruskan rumor itu ? Aku tidak mempunyai bukti apapun, kecuali .. yang membuat rumor itu sendiri

yang mengakui semuanya.

"Kalian tidak akan jadi ke rumahku ?"

"Iya Yera, sepertinya lain kali kita ke sana"

"Maaf Yera, gara-gara aku ada acara lain, kita tak jadi ke rumahmu hari ini"

"Iya .. tak apa, kita kan bisa pergi lain waktu"

"Padahal aku ingin sekali berkenalan dengan kakakmu Fany"

Fany .. hmm benar !! Hanya dia yang mampu meluruskan rumor ini. Aku berpikir itu sesaat setelah mendengar percakapan beberapa gadis di belakangku.

Tak terasa sudah waktunya pulang sekolah, namun kali ini ada hal yang akan aku urusi sebelum aku kembali ke rumah.

"Ayo Yer, kau ini lama sekali"

"Iya iya sebentar"

Untuk pertama kalinya, aku menatap orang itu. Dia bernama Yera, yang kutahu dia adalah adik tiri dari Fany. Dia melihatku saat aku melihatnya, wajahnya tampak heran dan seakan ingin bertanya, mungkin ini karena pertama kalinya aku menatap wajah dari teman kelasku sendiri. Ya .. aku memang sudah dikenal sangat cuek di kelas ini.

Namun saat dia melihatku, aku langsung memalingkan wajahku kembali.

"Yer, dia melihatmu .. apa dia mengagumimu ?" Bisik teman di sampingnya yang masih bisa aku dengar, ckk mengagumi apanya

Semua orang sudah keluar kelas, aku pun segera keluar, lalu .. aku mengikuti dia, ya .. aku mengikuti Yera sekarang untuk tahu di mana rumahnya, ah .. lebih tepatnya lagi untuk tahu di mana rumahnya Fany.

Tak terlalu sulit untuk membuntutinya, dia pulang dijemput dengan mobil, lalu aku mengikutinya dengan motorku.

Aku berhenti saat mobilnya terparkir di depan rumah yang tak terlalu besar namun tetap terlihat mewah, dan aku melihat Yera memasuki rumahnya. Aku hanya bersembunyi di balik pohon sambil memikirkan langkah apa lagi yang akan aku lakukan.

Sudah 15 menit aku hanya duduk di bawah pohon ini sambil sesekali menatap ke arah rumah itu, dan saat aku menoleh lagi ke arah rumah itu , aku melihat seorang wanita yang keluar dari rumah itu, nampaknya dia itu Fany. Dengan spontan aku langsung menghampirinya, awalnya dia hanya menatapku sambil memperhatikanku dari atas sampai bawah.

"Kau temannya Yera ya ? Biar aku panggilkan Yera" Ucapnya sangat ramah dengan tersenyum

Aku langsung berpikir bagaimana bisa seseorang yang sudah menyebabkan seseorang tewas namun terlihat dari luar dia begitu sangat baik seperti ini.

"Ah tidak .. aku hanya ingin bertemu denganmu" Ucapku datar

Dia mengerutkan dahinya sesaat lalu dia mempersilahkan aku untuk masuk ke dalam.

Aku melihat sekeliling dalam rumah terdapat beberapa fotonya dan foto Yera, lengkap dengan foto yang aku pastikan itu adalah orang tua mereka.

Aku pun dipersilahkan duduk, dan dia mulai menanyakan apa tujuanku. Aku menghelakan nafas terlebih dahulu sebelum mulai berbicara.

"Aku tidak akan berbasa-basi, aku kemari hanya ingin kau meluruskan rumor yang sudah lama kau buat" Ucapku

"Ru-Rumor apa maksudmu ?" Tanyanya heran

"Kau dan teman-temanmu yang sebenarnya membunuh Winda kan ? Lalu kau memanipulasi kejadian agar seakan-akan dia telah bunuh diri" Ucapku penuh penekanan di setiap katanya

"A-apa maksudmu, jangan sembarangan menuduh" Ucapnya memelankan suaranya, mungkin takut terdengar oleh adiknya

"Jangan menyangkal, aku tahu semua, hantu Winda yang memberitahuku, dan gara-gara itu, hidupku yang terganggu. Selain kau harus mempertanggungjawabkan ulahmu, kau pun harus bertanggungjawab karena hidupku jadi terganggu karena dosamu !!" Ucapku sedikit berteriak

"Cihh, walau kau tahu semua, kau tidak mempunyai bukti, jadi percuma saja, lebih baik kau pergi saja" Ucapnya dengan raut wajah yang berbeda dari pertama aku melihat

PRAKKK

Di belakangku terdengar suara pecahan, aku melihat ke belakang, dan ternyata itu Yera. Dia memecahkan gelas yang mungkin tadi sedang dia pegang.

"Y-Yera ??" Ucap Fany terkejut

Mungkin dia takut adiknya itu mendengar pembicaraan kita.

"A-apa benar yang aku dengar tadi ?"

Dan benar saja, dia sudah mendengar semuanya.

Dia pun nampak terkejut saat melihatku. Fany pun mencoba menghampiri adiknya. Keadaan ini membuat aku pun tak mau ikut lebih banyak dalam urusan mereka. Aku pun memutuskan untuk keluar dari sini saja.

"Terserah kau, bila masih saja mencoba menyangkal, aku pun mengakui bahwa aku memang tak punya bukti untuk memperlihatkan apa yang aku tahu, namun satu hal saja yang harus kau ingat, kau mempunyai adik perempuan saat ini, apa kau ingin karma menimpa adikmu ? Terlebih dia saat ini bersekolah bahkan belajar di kelas yang sama denganmu dulu. Tak menutup kemungkinan, hantu Winda yang masih gentayangan saat ini, akan mengganggu adikmu, bahkan .. akan mencelakai adikmu" ucapku sebelum keluar rumah.

Setelah aku keluar aku tak tahu apa yang terjadi dengan mereka setelahnya.

Saat aku sudah sampai rumah, aku masih saja terganggu pikiran tentang itu semua, dan sudah dipastikan aku tak bisa tidur dengan tenang untuk ke sekian kalinya malam ini.

Esok harinya aku kembali ke sekolah dengan wajah yang semakin kusut. Sungguh bagaimana kalau seperti ini terus ? Aku akan benar-benar gila sepertinya.

Saat aku memasuki kelas aku pun menyempatkan diri melihat bangku di belakangku, dan sampai bel masuk pun, aku tidak melihat adanya Yera. Apa karena kemarin dia jadi tidak masuk sekolah ?

Guru pun masuk kelas, namun tunggu ..

Guru yang lain termasuk kepala sekolah pun ikut masuk ? Ada apa ini ?

Pertanyaanku semakin besar saat aku melihat Fany dan Yera ikut masuk bersamaan. Fany pun melihatku.

"Apa Winda ada di sini ?" tiba-tiba saja dia menanyaiku di depan semua orang.

Aku terkejut saat semua orang menatapku.

"Be-belum, aku belum melihatnya" Jawabku sambil melihat sekeliling kelas

Lalu setelah itu Fany terlihat menarik nafasnya, lalu Yera terlihat menggenggam tangan kakaknya itu dengan wajah yang sedih.

"Perhatian semuanya, ada sesuatu yang akan aku sampaikan. Kalian pasti tahu tentang kejadian atau rumor yang beredar tentang kelas ini, tentang jendela yang tidak bisa ditutup ini, sampai rumor gadis yang bunuh diri lewat jendela ini. Namun di sini aku akan meluruskan semuanya, bahwaaa ..

Ucapannya terhenti sesaat saat Yera menangis. Fany pun terlihat merangkul dan seperti membisikkan sesuatu pada Yera dan diikuti dengan anggukan Yera.

"Rumor yang selama ini beredar tidak benar. Gadis jendela itu, tidak benar bunuh diri, dia .. dia sebenarnya terbunuh, dia terbunuh oleh teman-temannya sendiri , dan .. teman-temannya itu, salah satunya adalah .. aku"

Semua yang berada di dalam kelas seketika ricuh, aku pun sangat terkejut, aku tidak menyangka dia akan mengakui ini.

"Sudah tenang .. jangan ribut, kita dengarkan lagi penjelasannya" ucap salah satu guru.

"Sebenarnya aku tidak bermaksud untuk membunuhnya, namun entah apa yang merasukiku dan teman-temanku sampai menyiksanya dengan liar, sampai .. dia tewas. Dulu aku bingung apa yang harus aku lakukan dengan mayatnya, sampai ide itu pun begitu saja ada di otakku" sambung Fany.

"Kenapa kau kejam sekali !! Mengapa kau menyiksanya ??" Tanya salah satu murid di sini.

"Dia dulu murid pindahan. Semenjak ada dia, semua orang yang awalnya menyukaiku, jadi menyukainya. Banyak teman-teman yang menjadi jauh denganku gara-gara mereka mendekatinya, dan aku hanya mempunyai dua temanku yang menemaniku saat itu. Aku dulu seorang anak yang kesepian, karena papaku selalu sibuk, ibuku yang sudah meninggal, dan aku hanya seorang diri karena aku anak tunggal. Aku bahagia bila aku berada di sekolah, karena banyak sekali yang memperhatikanku. Namun setelah dia datang, aku merasa kesepian lagi, dan dua temanku itu juga tidak menyukainya, sampai mereka membantuku untuk melakukan semua itu padanya" Ucap Fany menjelaskan semua

"Lalu di mana kedua temanmu itu sekarang ? Mereka juga harus bertanggungjawab" Tanya salah satu murid lain di sini

"Mereka .. temanku yang bernama Ivanka sekarang di rumah sakit jiwa karena dia selalu diganggu oleh Winda, dan temanku Sherly dia mengalami kecelakaan 4 tahun lalu dan tidak selamat. Sebenarnya .. aku pun selalu diganggu oleh Winda, namun beberapa tahun lalu, aku menemui orang pintar agar aku tak bisa diganggu. Namun tetap saja, sebenarnya hidupku selalu tak tenang, sampai papaku menikah lagi, dan aku bertemu dengan Yera yang menjadi adik tiriku. Aku merasa hidupku lebih bahagia dan lengkap, Yera yang bisa menjadikanku seseorang yang lebih baik, walau akhirnya aku mengecewakannya sekarang karena dosa lamaku" Ucap Fany

"Kak .. jangan tinggalkan aku" Ucap Yera memeluk Fany erat

"Aku tidak meninggalkanmu adikku. Aku hanya akan mempertanggungjawabkan kejahatanku. Doakan saja hukumanku tidak terlalu lama, agar aku bisa menjagamu lagi"

Awalnya aku tak mengerti apa maksud Fany, namun akhirnya aku mengerti saat ada dua orang polisi yang menghampiri Fany lalu memborgolnya.

"Maafkan aku, setelah papa tiada, dan ibumu entah pergi ke mana, saat itu aku berjanji akan selalu menjagamu. Namun sekarang .. untuk sementara aku tidak bisa menjagamu. Maafkan aku, jaga dirimu baik-baik, belajarlah yang tekun, jadilah anak yang baik, jangan pernah seperti aku. Jenguklah aku di saat waktu senggang, aku akan merindukanmu" Ucap Fany

Dan sekarang aku tahu, bahwa mereka hanya hidup berdua, yang berarti sekarang Yera akan hidup sendirian.

"Tentu aku akan selalu menjengukmu setiap hari kak, jangan berbicara seperti itu. Kau tetap kakak terbaikku, kau tetap orang terbaik untukku yang selalu mengorbankan apapun untukku, aku berjanji akan membuatmu bangga kak. Aku akan bersekolah dengan sungguh-sungguh, aku berjanji" Ucap Yera menangis memeluk Fany.

Saat aku sedang melihat suasana haru itu, aku melihat gadis jendela itu, namun .. penampakannya kini berbeda, wajahya sekarang sangat cantik seperti saat dia masih hidup.

"Dia ada di sini" Ucapku sambil melihat ke arah dimana Winda berdiri.

Fany menatapku lalu dia spontan mengikuti kemana arah penglihatanku.

"Wi-Winda, aku minta maaf atas semua yang aku lakukan. Irene dan Seulgi sudah mendapatkan hukuman, dan kali ini aku akan mempertanggungjawabkan kesalahanku. Bisakah kau pergi dengan tenang sekarang ?" ucap Fany

Setelahnya, aku melihat sebuah cahaya menghampiri Winda. Wajah Winda saat ini menatapku dan tersenyum. Oh Tuhan .. ini pertama kalinya aku melihat hantu cantik tersenyum padaku, sayang sekali kau menjadi hantu huffff. Dan tak lama kemudian, dia menghilang bersamaan dengan hilangnya cahaya, dan mungkin hanya aku saja yang melihat ini semua.

"Dia sudah pergi" Ucapku

Setelah itu polisi membawa Fany keluar, semua guru, kepala sekolah termasuk Yera ikut keluar dari kelas ini.

Aku melihat saat mereka keluar, namun pandanganku langsung terfokus pada seseorang yang sepertinya daritadi melihat dari luar. Dia sepertinya tahu segala apa yang terjadi di dalam kelas barusan, dan sepertinya aku mengenalinya.

YA BENAR ! Orang itu ! Yang mengataiku di toilet itu kan ? Akan kukejar kau !!

Namun saat aku akan mengejar, aku merasakan semua orang di dalam kelas ini memperhatikanku. Aku menoleh satu per satu dari mereka, dan benar .. mereka seperti sedang membicarakan dan menatapku aneh.

Ada apa dengan mereka ? Ah tapi sekarang aku tak peduli. Aku akan mengejar orang itu terlebih dahulu, sebelum aku kehilangan jejaknya.

Dan ternyata dia belum terlalu jauh pergi, aku langsung berlari ke arahnya lalu menarik tangannya.

" Yak!! Mau ke mana kau !! Kau yang di toilet itu kan ? Kau yang mengataiku kan ? Kau yang meragukan IQku kan ? Siapa kau ? Asal kau tahu ya, aku murid terpintar saat masih SMP, aku selalu menang olimpiade. Ya walau memang baru sekali menang sih, sisanya aku kalah, tapi tetap saja kalau berbicara IQ, IQku tinggi kau tahu hah ? Kau tahu ??" Ucapku tanpa berhenti

Sebenarnya aku bingung apa yang aku lakukan sekarang. Image coolku seakan hilang karena berbicara dengan sangat cerewet kepadanya.

Namun saat aku berbicara dengan sangat cerewet, orang ini hanya menatap datar ke arahku, lalu dia melihat ke arah tanganku yang memegang tangannya, lalu dengan kasarnya dia menepis tanganku lalu menepuk-nepuk tangan yang tadi aku pegang dengan telapak tangan satunya lagi.

Apa ?? Memang nya dia pikir tanganku banyak debunya ya ? Sampai-sampai bekas genggamanku dia tepuk-tepuk seperti dia membersihkan debu di kasur saja, aisshhhhhhhh orang ini !!!!

Dan tanpa permisi dan tanpa sepatah katapun dia pergi dengan tetap memasang wajah datar seperti tembok itu.

Aish aku pikir aku orang terdingin di dunia, namun ternyata sepertinya ada orang yang jauh lebih dingin dan aneh dariku.