webnovel

Sayap Hitam

Di hari ulang tahunnya, Ravi Lazy Arsenio meminta permohonan secara asal sambil meniup lilin pada kue ulang tahun untuk menurunkan seorang bidadari dalam hidupnya. Ketika Ravi menuju kamarnya di hari yang sama dia dikejutkan dengan seorang pria asing berada di dalam kamarnya hanya mengenakan celana panjang kulit. Pria itu bernama Raymond mengatakan bahwa kehidupan serta dirinya adalah milik Ravi yang tujuan kedatangannya adalah untuk menjaga Ravi dan mendampinginya dalam banyak hal, dibuktikan dengan tato alami besar bertuliskan nama Ravi di dadanya. Ditambah kelakuan Raymond seperti anak-anak di bawah lima tahun yang mudah menangis dan tidak akan melakukan apapun tanpa perintah Ravi. Kemudian ada rahasia besar yang harus mereka tutupi tentang Raymond yang muncul entah dari mana adalah dia mempunyai sayap besar, berwarna hitam dan lembut, keluar dari punggungnya. Tidak hanya itu, Raymond selalu menembakkan aroma-aroma yang hampir membuat Ravi kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Dengan kedatangan Raymond juga membuat kehidupan Ravi berubah menjadi lebih rumit dari sebelumnya yang justru mengantarkan dirinya ke dalam masalah besar yang tak pernah Ravi bayangkan. Yaitu bertemu dengan Adrian bersayap putih yang menginginkan kematian Ravi di tangannya. Siapakah sebenarnya Raymond? Apa tujuan sebenarnya? Masa lalu kelam apa yang coba Raymond dan keluarganya sembunyikan dari Ravi selama ini?

White_Black033 · LGBT+
レビュー数が足りません
47 Chs

10. Sesuatu Yang Ditutupi

Ravi bernapas sepelan mungkin di larut malam ini, dia bersandar di dinding untuk mendengar pergerakkan apapun di kamar sebelah. Namun di sana tetap hening hanya suara angin musim semi yang berderak di luar sana, menciptakan dedaunan menari mengikuti alunan angin. Apa yang salah dengan Daniel? Dia mengurung diri sejak dua hari yang lalu, Ravi yakin itu. Walaupun ibunya mengatakan Daniel sedang pergi ke luar kota dan tidak tahu kapan akan pulang.

Jika pun memang benar Daniel sedang pergi, kakaknya pasti akan berpamitan padanya. Ravi kadang sesekali mendengar pergerakkan di ujung kamar Daniel, benda jatuh, sesuatu yang pecah mungkin saja itu sebuah gelas kaca. Namun, secepat suara itu muncul, hal itu akan tenggelam kembali di balik keheningan seperti tidak pernah terjadi sebelumnya.

Ayah, ibu bahkan Raymond seperti menutupi hal ini dari Ravi. Mereka kadang berpura-pura seolah tidak mendengar Ravi bertanya ketika dirinya membawa percakapan tentang kehadiran Daniel saat mereka sedang berbincang-bincang bersama.

"Ada apa sebenarnya?" tanya Ravi pada dirinya sendiri. Dia semakin merapatkan kakinya ke dada.

Ravi tersentak mendengar suara seperti geraman teredam dari luar jendelanya. Dia bangkit berdiri mengabaikan pening yang muncul di kepalanya ketika dia bergerak terlalu cepat. Ravi mengintip terlebih dahulu untuk melihat asal suara. Namun, pandangannya terbatas, suara itu datang jauh di sebelah kiri tak terjangkau penglihatan Ravi.

Ravi membuka sedikit jendela, hingga apa yang dia pandang di sana membuat napasnya tercekat. Bagaimana tidak, di sana seorang pria berambut perak dengan telinga runcing, melayang menggunakan sayap putih mengepak di belakang punggungnya. Dia mengenakan baju aneh yang menempel di tubuhnya, sekilas itu seperti baju besi kokoh yang melekat di sana. Pria itu tampak sebangsa dengan Raymond. Ravi tidak tahu mengapa dia ada di sekitar balkon Daniel dan kehadirannya membawa perasaan tidak menyenangkan bagi Ravi.

"Masih hidup rupanya. Bisa jadi aku kurang memberimu racun." Dia tertawa dengan sinis, lalu bibirnya menyeringai ketika Daniel keluar dengan terseok-seok. Ravi menarik napas tajam, ketika pada akhirnya dia dapat kembali melihat Daniel walaupun dalam kondisi seperti ini.

Benar dugaan Ravi, Daniel ada di kamarnya, tidak dalam kondisi baik. Bagaimanapun hati Ravi terasa tercubit dengan kebohongan yang dia terima, tidak ada yang memberitahunya tentang hal ini. Tentang racun, tentang siapa pria ini, dan hubungannya dengan Daniel.

"Tidak ada tempat berbicara untukmu di sini. Jadi pergilah," desis Daniel tajam dan kasar. Bahkan dari kata dan nada yang Daniel lontarkan membuat Ravi menggigil di baliknya. Dia tidak pernah mendengar Daniel berbicara seperti ini sebelumnya, bahkan dengan Raymond.

"Santai, aku ingin menikmati setiap penderitaanmu. Jadi, aku akan kembali menciptakan hari-harimu dan bocah sialan itu seperti di neraka." Kebencian mengalir lancar dari kalimat yang dikeluarkan pria berambut silver itu, dia kembali menatap Daniel dengan matanya berkilat berbahaya, wajahnya mengeras di dalam rahang perseginya. "Aku tidak ingin mengakhirinya begitu cepat."

Daniel berdecih, dia kali ini melangkah mantap, jemarinya terkepal erat di sisi tubuhnya. "Berani kamu menyentuh keluargaku, aku akan membuat kejadian lima puluh tahun lalu terulang lagi."

Pria itu terkekeh dengan sinis. "Aku tidak sabar menunggunya."

Ravi tersentak dari tempatnya mengintip ketika mata pria asing itu bergulir bertatapan dengan Ravi untuk sepersekian detik dan pria itu menyeringai kemudian terbang menjauh.

Dia melihatku.

Ravi melesat kembali bersandar di dinding merasakan gemuruh hebat jantungnya yang berdetak. Dia tidak pernah membiarkan ketakutan menguasai dirinya, tetapi tentang tatapan itu, tatapan itu penuh dengan kebencian dan perhitungan yang dengan jelas menguar dari pria itu. Ravi bergidik ketika dia masih merasakan dan mendengar suara dari pria asing di dalam kepalanya.

Siapa dia? Apa yang di sembunyikan Daniel? Apa yang diketahui Daniel sementara Ravi tidak tahu? Kejadian apa yang terjadi lima puluh tahun lalu?

Kalimat tanya serupa terus berdengung bersahutan di pikiran Ravi membuatnya tak nyaman. Di dalam pergolakan batinnya, tanpa sadar air mata Ravi meleleh membasahi pipinya yang terasa dingin oleh angin musim semi. Dia merapatkan kakinya ke dada membuat dirinya senyaman mungkin. Dia adalah seoarang laki-laki, tidak seharusnya dirinya bertingkah begitu lemah seperti ini.

Ketukan pelan dari pintu membuyarkan lamunan Ravi, dia menghapus jejak air mata di pipinya. Melirik cermin sebentar yang menempel di dinding dan menghembuskan napas pelan. Dia berjalan ke sisi pintu tidak ingin membohongi siapa pun bahwa dia sebenarnya tidak tidur.

Ravi membuka pintu hanya untuk melihat Raymond berdiri di hadapannya sedang memeluk badannya sendiri. Ravi mengerutkan alisnya memandang Raymond dengan raut wajah pucat, dan kehilangan rona. Akhirnya Ravi membuka suara di tengah keheningan malam dan cahaya redup dari mata Raymond yang bersinar hampir mengalihkan fokusnya. "Ada apa?"

Raymond belum menjawabnya dia terus meneliti Ravi dengan pandangannya, Ravi sejujurnya sangat tidak nyaman diperhatikan seperti ini, tetaoi dia tidak menyerah bahkan untuk mengalihkan tatapannya.

"Kenapa Ravi tidak tidur?" Akhirnya Raymond sangat pelan membuka suaranya dengan berbisik.

Ravi berkedip dia mengalihkan pandangannya ke belakang kepala Raymond dan menjawab, "Aku belum mengantuk. Ada apa, Raymond? Butuh sesuatu?"

"Ravi jangan takut, ada aku di sini," katanya tiba-tiba. Ravi tercengang pada apa yang dikatakan Raymond barusan. Dia dapat merasakan pipinya yang menghangat, kecepatan detak jantungnya meningkat seiring Raymond yang melangkah mendekat perlahan pada ruang Ravi berpijak.

"Bagaimana kamu bisa berpikir aku ketakutan?" ucapnya menatap langsung mata berbeda warna Raymond.

"Aku tahu apa yang Ravi pikirkan, dan apa yang Ravi rasa."

"Tidak, kamu tidak tahu," sangkal Ravi. Dia tidak mengatakan bahwa dia tidak percaya pada Raymond, tapi Ravi merasakan privasinya merasa terganggu. Dia tidak pernah ingin berbagi apapun kecuali kebahagian pada orang lain.

"Aku tahu. Pria itu tidak akan pernah bisa menyakiti Ravi."

Mata Ravi melebar, dia terkejut dengan dengan perkataan Raymond. Perutnya terasa terpelintir ketika suara pria asing berambut silver itu kembali memasuki kepalanya. Dia entah mengapa merasakan kemarahan di benaknya, mengenai bagaimana kedua orangtuanya berbohong, dan Raymond bahkan tidak mengatakan apapun padanya. "Dia memang tidak menyakiti Aku. Tapi dia menyakiti Daniel, aku tahu itu. Aku percaya bahwa kamu memang tahu apa yang Aku pikirkan, tapi kamu tidak pernah tahu apa yang aku rasakan kemarin dan sekarang. Jika kamu tahu, kamu tidak akan diam saja seperti ini." Ravi menggeleng kepalanya, merasakan air mata yang dia coba bendung. "Kamu tidak tahu apapun. Ayah, ibu, Daniel bahkan kamu Raymond, aku tidak tahu apa yang kalian sembunyikan dariku. Aku tidak tahu lagi harus berbicara apa. Kembalilah ke kamarmu, aku ingin tidur."

Ravi tidak ingin melihat bagaimana reaksi Raymond, atau dia pasti akan menyesali setiap perkataannya. Ketika Ravi mundur untuk menutup pintu, pergelangan tangannya tiba-tiba di genggam oleh Raymond. Ravi melihat antara tangannya dan wajah Raymond. Dari mana keberanian Raymond muncul? Bukankah Ravi telah mengatakan untuk tidak menyentuhnya seperti ini?

Ravi menepisnya. "Jangan sentuh. Aku benar-benar kecewa."

"Ravi maaf, karena aku tidak bisa memberitahu yang sebenarnya."

Ravi tidak tahu apa yang dilakukannya. Dia sejujurnya tidak ingin marah pada Raymond. Itu adalah haknya, karena walaupun Raymond mengatakan dia adalah milik Ravi, tetapi bagi Ravi Raymond adalah milik Ramond sendiri. Namun, mengapa Ravi justru bertingkah seperti ini?

"Tidak ada kata maaf, untuk orang melakukan kesalahan dengan sengaja. Pergi dari hadapanku." Setelah mengatakan itu, mata Ravi melebar menatap Raymond yang bahunya terkulai. Ravi menutup mulutnya dan menggeleng tidak berdaya. Apa yang dia katakan?

Ravi kembali menggeleng, dia bukan ingin mengatakan itu. Kalimat itu keluar secara tiba-tiba dari bibirnya. Tanpa sadar air matanya turun, dia melihat ekspresi sedih timbul dari Raymond, tetapi tangan Ravi lebih dulu menutup pintu dengan keras.

Apa yang salah dari dirinya?