webnovel

Sang Diva : Terlahir kembali untuk balas dendam

Sebuah kecelakaan mengenaskan membuat Yura terluka parah dan membuat temannya Dion meninggal. Pada titik paling rendah itu, Marissa justru mengungkapkan segala kebusukan yang sudah diperbuat Tara, kekasih Yura. Tak puas melihat Yura menderita, Marissa juga membongkar kebenciannya pada Yura karena cinta bertepuk sebelah tangannya dengan Dion. Terbutakan oleh dendam, dia pun menghabisi Yura! Namun walau hidupnya diakhiri, ternyata takdir berkata lain! Dengan segala dendam dan penyesalan yang Ia bawa, kini Yura kembali terbangun di tahun 2013. Tahun dimana semua masalah hidupnya dimulai! Lalu bagaimana Yura akan menjalankan kesempatan keduanya ini? Apakah semuanya akan terulang lagi seperti rekaman rusak? Atau apakah Yura dapat menulis ending baru untuk cerita sang Diva!?

Pena_Fiona · 若者
レビュー数が足りません
420 Chs

Pengkhianatan dari Orang-Orang Terdekat

"Aku tidak tahu bagaimana karir ayahmu setelah studi lebih lanjut saat itu. Aku akan berkunjung ketika aku punya waktu dan memberikannya sedikit hadiah," Yura berdiri, jelas tidak ingin berbicara dengan Marissa lagi.

Marissa mengangkat kepalanya dan menarik napas dalam-dalam, "Aku akan memberimu uang, aku akan memberimu uang sebanyak-banyaknya! Jadi, tolong dengarkan aku sekali ini saja."

"Aku tidak kekurangan uang sama sekali. Aku punya cukup banyak uang untuk menyambung hidupku," Yura menepuk bahu Marissa dan mencibir.

"Kenapa kamu begitu serius?" Marissa melepaskan tangannya, "Walaupun saat itu ayahku berhasil melakukan operasi pada ibumu, tapi penyakit ibumu sudah sangat parah, dia akan meninggal cepat atau lambat! Jadi itu semua bukan salah ayahku!"

Tamparan keras mendarat sempurna di pipi kanan Marissa dan sukses meninggalkan bekas tangan berwarna merah. Marissa memandang Yura dengan tidak percaya, hanya untuk melihatnya menyipitkan matanya, dan dia sepertinya ingin menampar lagi.

Yura meraih dagu Marissa dengan kasar, tatapannya dingin, matanya penuh dengan kemarahan dan kebencian. Semua itu membuat Marissa merasa tercekik tanpa bisa dijelaskan.

Yura hanya menatapnya seperti ini, tetapi Marissa bisa merasakan tatapan ingin membunuh di matanya. Baru kali ini Marissa merasa takut, dan itu disebabkan oleh seorang wanita yang tidak pernah dia pikirkan.

Cahaya di mata Yura seperti pedang tajam, membuat Marissa merasa seolah tubuhnya penuh dengan hujaman pedang tiada ampun. Dia lebih suka Yura memarahinya dengan beberapa kata daripada menatapnya seperti ini.

"Aku akan lebih tegas padamu mulai sekarang. Aku bukan Yura yang dulu lagi." Yura melepaskan Marissa dan menjabat tangannya dengan guncangan keras, "Kamu tidak pantas untuk berbicara denganku sekarang, tahu?"

Mata Marissa sedikit gugup, dan Yura tidak mengatakan apa-apa. Marissa tiba-tiba menyadari betapa sulitnya lawan yang telah dia provokasi ini. Dulu dia melihat Yura sebagai gadis yang lugu dan gampang dibohongi, namun sekarang semuanya tampak berbeda.

Yura berjalan ke pintu dan melihat bahwa seorang paparazzi baru saja merekam semuanya dari luar. Dia memegang paparazzi itu dengan satu tangan, lalu mengambil kartu memori di kameranya, dengan cepat dia menghempaskannya ke tanah dan menghancurkannya, menghapus semua rekaman yang ada di dalamnya. Sebelum pergi, Yura menoleh dan berkata, "Biar bosmu yang datang untuk meminta ganti rugi padaku."

Bagaimana aku bisa menjadi seorang reporter hiburan yang ternyata sama berbahayanya dengan reporter perang? Batin reporter itu masih heran dengan yang baru saja terjadi kepadanya.

Berita hiburan seperti ini bisa menjadi berita besar dalam beberapa jam saja karena akan membuat publik penasaran. Sebelumnya, penampilan Yura yang menakjubkan saat dia debut di konferensi pers pertamanya dan berita itu berhasil dimuat di berbagai headline media massa maupun media sosial. Tapi, ada juga beberapa orang yang juga mencatut tentang hubungan Dion dan Yura yang tampak ditutup-tutupi.

Untuk sementara waktu, pencarian berita di media sosial saat ini menjadi agak aneh. Semuanya tiba-tiba berkutat pada hubungan misterius antara Yura dan Dion.

Dion, yang berada jauh di luar negeri, melirik ke telepon dan melemparkannya ke depan Wawan. Wajahnya seperti cuaca Eropa yang kini sedang berkabut di luar jendela, dingin. Dia duduk dengan santai di kursi kantor hari ini, mengenakan setelan jas andalannya. Dia mendorong bingkai kacamata hitam di pangkal hidungnya dengan mata mengantuk, tapi matanya masih tajam dan dingin seolah bisa memecahkan apa pun yang ada di hadapannya.

Wawan melirik telepon, dan dia bergumam di dalam hatinya. Dia sepertinya tidak pernah melihat Dion santai, tetapi hanya di depan Yura dia terlihat seperti orang normal tanpa amarah yang bisa menikmati hidupnya layaknya orang biasa.

"Saya akan mengurus semua itu hari ini, tuan," Wawan berkata, jarinya mengetuk meja dengan tidak nyaman, membuat orang kesal. Menyadari bahwa tatapan orang di seberangnya agak suram, dia segera menarik tangannya dan meletakkannya di bawah meja.

Setelah cukup lama, Dion berkata, "Jika kamu bisa menarik berita-berita semacam itu segera, maka itu akan bagus. Aku tidak tahu siapa yang memulainya, tapi kurasa itu tidak akan baik untukku maupun Yura." Dion tidak tahu bagaimana perasaan Yura sekarang melihat layar penuh pencarian populer ini.

Hanya melihat interaksi antara grup penggemar Dion dan Yura, hampir membuat orang berpikir bahwa penggemar kedua belah pihak sudah menyetujui idola mereka untuk menjalin sebuah hubungan spesial. Namun, Dion dan Yura, dua pihak yang terlibat, belakangan ini malah lebih jarang terlihat bersama.

Dion sepertinya semakin sibuk sejak dia pergi ke luar negeri. Yura tahu bahwa Dion tidak suka membawa ponsel, tetapi dia mengabaikan itu saat mengirim pesan ke Wawan. Yura melirik ke luar jendela, dan setelah mempelajari naskah sepanjang hari, lalu perlahan-lahan mengenakan mantel hitam dan naik bus sendirian. Dia berniat turun gunung untuk mencari udara segar dan memberikan waktu bagi pikirannya untuk beristirahat sejenak.

Di sisi lain, Marissa memperkirakan Yura akan segera dapat mengambil alih posisinya sebagai pemimpin Tara's Entertainment. Marissa tiba-tiba merasa bahwa kedatangan Yura telah merusak semua kedamaian dan ketenangan perusahaan yang selama ini berusaha dia pertahankan untuk kepentingannya sendiri.

Meskipun Marissa sudah membayar beberapa penggemar dan reporter untuk membuat berita yang akan merusak reputasi Yura, tetapi ternyata semua itu malah sia-sia. Sepertinya ada sesuatu yang harus menjadi agendanya dalam waktu dekat.

Marissa mengangkat telepon di atas meja dan segera menelepon seseorang, "Halo?"

Yura masih berjalan menuruni gunung, dan langit masih suram. Dia teringat masa kecilnya dulu. Dia adalah siswa berprestasi di kelas. Di mata guru, dia adalah siswa yang membanggakan, dan di mata teman-teman sekelasnya, Yura adalah teman idaman. Mengapa dia menjadi seperti ini setelah dewasa?

Jika kita ingin menghancurkan seseorang, kita harus membiarkan dia mengalami rasa sakit karena pengkhianatan dan penipuan, dan kemudian mengambil hal-hal terpentingnya, menghancurkan rasa tenangnya. Yura pernah mengalaminya di kehidupan sebelumnya enam tahun setelah tahun ini. Tipu daya yang dilakukan Marissa, pengkhianatan yang dilakukan Tara pacarnya, dan kehilangan ibu terpenting dalam hidupnya.

Pengkhianatan yang terkuak satu demi satu dalam hubungannya dengan Tara menyebabkan Yura menanam benih kegelapan di dalam hatinya. Dia bersumpah tidak akan bisa memberi maaf pada bajingan itu. Meskipun di permukaan dia tampak bersemangat dan luar biasa, tetapi begitu emosi itu menumpuk, mereka akan menjadi lebih kuat seiring waktu, dan akhirnya menjadi racun bagi diri Yura.

Yura berjalan menuruni gunung selangkah demi selangkah, mengangkat kepalanya dan merasakan langit akan pecah. Tapi, mulutnya tiba-tiba ditutupi oleh seseorang dari belakang.

Rasa sesak menyebar ke seluruh tubuh, dan bau menyengat dari obat membuat sarafnya mati rasa. Siapa yang berani melakukan ini padanya di siang bolong? Apa yang orang ini mau dari gadis seperti Yura?

Yura berjuang untuk mempertahankan ketenangannya, dia menendang ke belakang dengan seluruh kekuatannya, dan orang itu teriak kesakitan. Dari suaranya, sepertinya dia adalah seorang pria.

Kemudian orang itu memarahi Yura sambil menahan sakit karena tendangan Yura, "Sial! Jangan melawanku atau aku akan menghabisimu di sini."

Yura kembali teringat beberapa adegan di masa depan. Tepat sebelum Yura mengalami koma enam tahun kemudian, sebuah suara yang dikenalnya datang dan berbisik tepat di sampingnya.

Apakah mungkin itu suara orang ini? Pikir Yura menahan takut.