webnovel

Sakitnya Mencintaimu

Menceritakan kisah cinta segitiga, Titah, Kamil dan Belinda adalah sahabat dan satu kampus. Kamil mencintai Belinda dari pertama kali Kamil bertemu dengan Belinda, begitu juga dengan Titah yang juga mencintai Kamil dari kecil. Ketika di saat Titah ingin menyatakan cintanya pada Kamil, Kamil berta aku mencintaimu, lalu Titah mengira Kamil juga mencintainya. Kemudian Kamil bilang pada Titah bahwa Kamil sangat mencintai Belinda, Kamil berharap Belinda menerima cintanya. Titah baru menyadarinya ternyata selama ini cintanya bertepuk sebelah tangan, di kos-kosan Titah bersedih yang membuat ibu kos merasa kasihan padanya. Tak beberapa lama kemudian Titah mendapatkan kabar bahwa ayahnya masuk rumah sakit, Titah pun memutuskan kembali ke rumahnya dan pindah kuliah. Setelah lulus Kuliah Titah menetap dan bekerja di Belanda, sedangkan Kamil masih berada di Indonesia, dia telah menjadi pengusaha yang sukses di sana. Belinda dan Kamil di karunia satu orang puntri cantik yang diberi nama Titah juga, sesuai dengan permintaan Belinda sebelum Belinda meninggal dunia. Titah anak Kamil sudah berusia sepuluh tahun dan tepat di usianya yang ke sepuluh tahun Titah membaca surat terakhir dari ibunya, yang berisi amanah dari ibunya, ibunya menginginkan bahwa Titah mempersatukan kembali Kamil dan Titah, ibunya juga menginginkan Titah menjadi ibu sambung Titah. Lalu bagaimanakah kisah selajutnya, akan kah Titah kecil bisa memenuhi permintaan dari mendiang ibunya?. Jangan lupa di simak ya kak, terimakasih.

Daoistovzdb · 都市
レビュー数が足りません
10 Chs

Bab 01

<p>Indonesia <br/><br/>Di Rumah Sakit..<br/>"Permisi pak Kamil." kata dokter. <br/><br/>"Iya dokter, ada apa?" tanya Kamil. <br/><br/>"Ada yang ingin saya bicarakan dengan pak Kamil mengenai istri bapak." jawab dokter. <br/><br/>"Baik dok.." kata Kamil yang ikut ke ruangan dokter. <br/><br/>Di Ruangan Dokter..<br/>"Jadi seperti ini pak Kamil, saya ingin memberitahu anda beberapa hal yaitu mengenai istri anda yang telah meninggal dunia karena pendarahan setelah melahirkan putri anda." kata dokter yang menjelaskan pada Kamil bahwa istrinya telah tiada. <br/><br/>"Apa dok, istri saya meninggal dunia?" tanya Kamil yang kaget mendengar kabar dari istrinya. <br/><br/>"Ya beliau telah meninggal dunia dan sebelum meninggal almarhumah istri anda menitipkan surat ini pada saya untuk anda dan surat yang berjumlah sepuluh ini untuk anak anda." jawab dokter lagi yang menyerahkan surat dari istri Kamil. <br/><br/>"Ini surat dari istri saya sebelum beliau meninggal dunia dok?" <br/><br/>"Iya pak Kamil.." <br/><br/>Setelah Kamil memakamkan istrinya, Kamil menitipkan anaknya dan surat-surat untuk anaknya pada kakak laki-lakinya, sementara itu Kamil bekerja di luar kota dan menjadi pengusaha yang sukses. <br/><br/>Dan sepuluh tahun kemudian Titah teman masa kecil Kamil dan perempuan yang sangat mencintai Kamil, juga sudah menjadi perempuan yang sukses setelah lulus S3 di Belanda. <br/><br/>Sepuluh Tahun Kemudian..<br/><br/>Belanda <br/><br/>DI RUMAH TITAH<br/>Di Meja Makan..<br/>"Ngek.." <br/><br/>"Muhun geulis, aya naon?" tanya Cengek. <br/><br/>"Dinten ieu sarapan janari sareng naon?" tanya Titah juga. <br/><br/>"Sareng roti bakar den geulis." jawab Cengek. <br/><br/>"Ngaleuet na?" <br/><br/>"Susu coklat kesukaan na den geulis." <br/><br/>"Oh ya ngek, Paijo sudah siap belum, tolong lihat di luar dong." pinta Titah. <br/><br/>"Laksanakan den geulis." kata Cengek patuh. <br/><br/>"Oke.." seru Titah. <br/><br/>Di Garasi Mobil..<br/>"Jo.." <br/><br/>"Inggih ngek, enten menapa?" tanya Paijo. <br/><br/>"Sudah selesai belum, den cantik lagi sarapan dan sebentar lagi selesai, jadi.." jawab Cengek yang di potong oleh Paijo. <br/><br/>"Kula kedah sampun rampung wisuh mobile ta?" <br/><br/>"Heueuh jo.." <br/><br/>"Bilang dhateng cah ayu sekedhap iseh kula rampung wisuh mobile uga sekedhap iseh ugi kula terna cah ayu dhateng kantore." kata Paijo yang menitip pesan pada Cengek. <br/><br/>"Oke jo.." seru Cengek. <br/><br/>Di Meja Makan Lagi..<br/>"Punten den geulis." kata Cengek. <br/><br/>"Muhun ngek, aya naon?" tanya Titah. <br/><br/>"Kata Paijo sakeudeung deui pekerjaan na anggeus jeung sakeudeung deui oge bade mengantar den geulis." jawab Cengek. <br/><br/>"Oke, atos anggeus sarapan na, ayeuna tulung bereskan nya." pinta Titah. <br/><br/>"Laksanakan den geulis." kata Cengek patuh. <br/><br/>Di Depan Rumah Titah..<br/>"Lik jo.." <br/><br/>"Inggih cah ayu.." jawab Paijo. <br/><br/>"Sampun rampung durung?" tanya Titah. <br/><br/>"Sampun cah ayu." jawab Paijo lagi. <br/><br/>"Yuk antar ke kantor ya." pinta Titah. <br/><br/>"Jagi cah ayu." kata Paijo patuh. <br/><br/>Indonesia <br/><br/>DI RUMAH FITRA<br/>Di Ruang Tengah..<br/>"Aku lupa hari ini kan ada janji dengan papa, semoga saja tidak telat." kata Titah yang ingin menemui ayahnya. <br/><br/>"Titah atos?" tanya Fitra. <br/><br/>"Atos om.." jawab Titah. <br/><br/>"Nya atos, hate-hate nya." kata Fitra. <br/><br/>"Heueuh om, assalamu'alaikum." Titah memberikan salam pada Fitra. <br/><br/>"Wa'alaikumussalam." Fitra menjawab salam dari Titah. <br/><br/>"Titah mau kemana pah?" tanya Arya. <br/><br/>"Mau menemui om Kamil, om Kamil hari ini pulang ke Jakarta." jawab Fitra. <br/><br/>"Oh, ya sudah kalau begitu Arya pamit sekolah juga ya pah, mah.., assalamu'alaikum." Arya memberikan salam pada ayah dan ibu nya. <br/><br/>"Wa'alaikumussalam." Fitra dan Ningrum menjawab salam dari Arya. <br/><br/>DI TAMAN MINI..<br/>" Duh semoga saja papa belum datang dan kalau papa sudah datang semoga tidak menungguku terlalu lama. " kata Titah di dalam hati. <br/><br/>Dua Jam Kemudian..<br/><br/>"Assalamu'alaikum." Kamil memberikan salam pada Titah. <br/><br/>"Wa'alaikumussalam." Titah menjawab salam dari Kamil. <br/><br/>"Ini.." Kamil memberikan hadiah untuk Titah. <br/><br/>"Hmm.." Titah marah karena Kamil datang terlambat. <br/><br/>"Eh Titah, Titah, Titah.. Dengarkan papa ya, maafkan papa ya, papa telat dua jam." Kamil meminta maaf pada anaknya. <br/><br/>"Iya dua jam papa.." kata Titah yang masih marah pada Kamil. <br/><br/>"Tadi itu.." Kamil mencoba menjelaskannya pada anaknya dan di potong oleh anaknya. <br/><br/>"Dua jam itu bukan waktu yang sebentar ya papa, tapi lama, tahu tidak gara-gara papa telat datang aku jadi tidak bisa menonton acara kesukaanku, dan ada yang harus papa tahu aku ini anak papa bukan istri papa.." kata Titah dengan kesal tanpa dia sadar telah membuat hati ayahnya sedih. <br/><br/>"Iya saya tahu kamu anak saya, bukan istri saya, lalu kenapa kalau saya bisa jadi kedua-dua nya dalam hidupmu yaitu ayah sekaligus ibu untukmu." kata Kamil dengan kecewa saat mendengar perkataan anaknya. <br/><br/>"Papa, tolong jangan marah, aku mohon papa, maafkan aku, papa.." Titah pun meminta maaf pada Kamil. <br/><br/>"Hmm.." Kamil pun pura-pura marah pada anaknya <br/><br/>"Papa, ku mohon, maafkan aku, papa.." Titah meminta maaf lagi pada Kamil dengan menangis. <br/><br/>"Baiklah anakku, papa memaafkan." Kamil pun memaafkan anaknya. <br/><br/>Kamil dan Titah pun pulang ke rumah kakak laki-laki nya Kamil dan sesampainya di sana Titah pun mengatakan sesuatu pada pamannya (Fitra) dan meminta surat yang terakhir di tulis oleh almarhumah ibunya. <br/><br/>DI RUMAH FITRA<br/>Di Meja Makan..<br/>"Pah kita tunggu Titah dan om Kamil sekalian tidak?" tanya Arya. <br/><br/>"Boleh, tapi tanya kan saja pada mamamu." jawab Fitra <br/><br/>"Mah bagaimana?" tanya Arya lagi. <br/><br/>"Boleh sayang." jawab Ningrum. <br/><br/>"Assalamu'alaikum." Titah dan Kamil memberikan salam pada Fitra, Ningrum dan Arya. <br/><br/>"Wa'alaikumussalam." Fitra, Ningrum, dan Arya menjawab salam dari Titah dan Kamil. <br/><br/>"Nah itu dia mereka sudah pulang.." kata Ningrum. <br/><br/>"Hai kasep.." kata Titah yang di dengar oleh Ningrum dan juga Arya. <br/><br/>"Siapa yang mengajarimu?" tanya Fitra. <br/><br/>"Papa.." jawab Titah yang menunjuk ke arah Kamil. <br/><br/>"Hu.. Hu.. Hu.., keatas, ya keatas.." Kamil pura-pura tidak tahu apa-apa saat Titah menjawab pertanyaan Fitra. <br/><br/>"Hmm.. Kamil, ya sudah mandi sana, setelah itu baru makan siang bersama." pinta Fitra. <br/><br/>"Om suratku." Titah meminta surat dari almarhumah ibunya. <br/><br/>"Kapan ulang tahun mu?" <br/><br/>"Besok.." <br/><br/>"Jadi?" <br/><br/>"Baiklah om.." <br/><br/>----<br/><br/>Di Kamar Titah.. <br/>"Em sudah pagi, hari ini adalah my birthday, happy birthday for me." kata Titah. <br/><br/>Titah pun turun kebawah untuk membaca surat dari almarhumah ibunya yang terakhir di ulang tahunnya yang ke sepuluh tahun. Hari ini ibunya akan menceritakan tentang ayahnya, ibunya, dan Titah, teman masa kecil ayahnya. <br/><br/>Di Ruang Keluarga..<br/>"Happy birthday dear.." kata Ningrum yang mengucapkan selamat ulang tahun pada keponakannya. <br/><br/>"Happy birthday my niece.." kata Fitra yang mengucapkan selamat ulang tahun pada keponakannya. <br/><br/>"Happy birthday, my cousin sister, this is a gift for you." kata Arya yang mengucapkan selamat ulang tahun pada adik sepupunya dan memberikan kado juga. <br/><br/>"Thank you uncle, aunt, and my cousin's brother, oh yes as usual before I open the gift, uncle.." Titah mengucapkan terimakasih pada paman, tante, dan kakak sepupunya dan meminta suratnya pada pamannya. <br/><br/>"Yes What's Uncle's niece?" tanya Fitra. <br/><br/>"My letter." jawab Titah yang meminta surat dari almarhumah ibunya. <br/><br/>"Like my niece usually." Fitra memberikan kode pada Titah. <br/><br/>"Okay I understand uncle." kata Titah yang akan membaca surat dari almarhumah ibunya. <br/><br/>"Mas, Kamil mana?" tanya Ningrum. <br/><br/>"Itu di sana." jawab Fitra yang menunjuk ke arah Kamil. <br/><br/>"Oh.." seru Ningrum <br/><br/>"Ya.." sambung Fitra. <br/><br/>"Mas Fitra gak ke sana?" <br/><br/>"Ini baru mau ke sana, sayang titip Titah ya."</p>