webnovel

Kita akhiri saja

"Kau tidak membuat pilihan yang bagus, tapi kau memaksa nya untuk memilih di antara pilihan yang tidak dia sukai"

Irene melingkarkan lengan nya di leher Hans, dan hans merangkul pinggang Irene, mereka berdua mulai bergerak mengikuti alunan music, semua orang menatap mereka berdua .. seorang anak pemilik hotel sedang berdansa…, siapa yang menjadi pendamping nya? Pikir semua orang penasaran.. seberapa pantas wanita itu berada di samping lelaki tersebut, mata mereka mulai meng- scanning dari atas sampai bawah tubuh Irene.. dan tidak menemukan kekurangan apapun.., tubuh Irene yang memang tinggi semampai, dengan tubuh yang atlentis, wajah yang cantik, tatapan yang tajam, aura yang sangat kuat di sekitar nya, bahkan aura kewibawaan papa menurun pada nya.

" Jangan senang dulu…, aku tidak pernah mengatakan ya " Irene sengaja menginjak kuat kaki Hans

Hans tersenyum sampai meringgis.., ia tersenyum karena Irene benar-benar menginjak kaki nya sesuai perkataan nya, " cepat atau lambat kau akan menganggukan kepala mu"

" Ah.. aku seharus nya menggunakan sepatu ku yang paling lancip" decak Irene

" Kau ingin menghancurkan kaki ku?"

" Bagaimana bisa sepatu ku yang tak seberapa itu dapat menghancurkan kaki mu yang berharga, aku curiga jika kaki mu pun berlapis emas…, tapi bukan kah itu pantas?" Irene menginjak sekali lagi kaki Hans

Kali ini wajah Hans berubah menjadi sangat kesakitan,ia menahan nya dan terus mengikuti tarian Irene " kenapa kau begitu membeci ku? Bahkan saat aku menjadi penyelamat mu"

" Kau yakin menjadi penyelamat ku? Atau kau hanya mengambil kesempatan?" Tidak ada yang salah dengan lelaki di depan nya, semua wanita pasti akan setuju.. jika Hans lelaki yang sempurna yang tidak dapat di tolak oleh siapapun, dia kaya.., tampan.., tinggi.. tubuh yang professional, pintar… dan bahkan prilaku nya hampir dikatakan nol persen dari tindakan criminal, ia tidak bermain wanita, dan hal aneh lain nya.. jadi tidak ada alasan untuk menolak nya. Satu-satu nya yang membuat Irene menolak nya dari dulu adalah.. lelaki di depan nya terlalu terobsesi dengan diri nya.., dari sekolah dasar.. lelaki ini terus saja mengikuti nya.., dan melakukan hal yang di sukai Irene.. membuat nya sedikit ngeri dengan diri nya.

" Kau tahu persis Irene.., aku selalu akan menjadi penolong mu..dan menjadi apapun untuk mu.., tapi perkataan mu yang kedua ada benar nya. Wanita cerdas dan sesempurna seperti mu.. pantas mendapatkan lebih"

"Maaf menganggu.., bisakah?" Paman Jx menepuk pundak Hanz , meminta izin untuk berganti pasangan. " Kau tahu.. aku sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama dengan keponakan kesayangan ku"

" Ah.. tentu saja" Hans menyerahkan tangan Irene ke paman Jx " Kita lanjutkan lagi nanti percakapan kita" Senyum Hans dan pergi meninggalkan mereka berdua

" Kau menyukai lelaki itu Irene?"

" Jangan bercanda paman…"

" Kau tahu paman selalu di pihak mu…"

" Aku tahu.."

" Kau sudah memikirkan nya? Kau hanya punya waktu sekarang…., jika kau ingin kabur.. katakan pada ku…, aku akan membawa mu lari sekarang juga… , kita akan berlari bersama… jangan pikirkan hal lain.., pikirkan diri mu sendiri.. sekali kau mengatakan iya…, kau akan terjebak dengan lelaki itu selama nya…bukan hanya pertunangan… tapi juga pernikahan"

" Apa aku punya pilihan paman?"

" Kau selalu punya pilihan sayang…., dan aku akan selalu menjadi terdepan untuk mu"

Irene menghentikan langkah kaki nya dan menatap wajah paman Jx , kata-kata tersebut sangat menyentuh diri nya.., dia memang memerlukan nya saat ini.. dia ingin sekali berlari dari semua dan berharap dia akan baik-baik saja besok pagi nya.. dan semua ini hanya mimpi. Tapi seperti perkataan nya .. ia hanya perlu mematikan semua rasa yang ia miliki.. dan semua akan selesai.

**************************************************************************

Tiga hari…, sudah tiga hari Irene meninggalkan mereka.. tanpa kabar apapun. Dan sampai sekarang belum ada tanda-tanda jika ia akan kembali. Beberapa hari juga Griss berusaha menghubungi Irene.., lelaki it uterus saja menelpon Irene tanpa henti dan juga terus saja bolak-balik di rumah Irene.., rasa nya dia sangat-sangat frustasi.., bagaiamana bisa anak itu hilang tanpa kabar?

Apa terjadi sesuatu dengannya? Pihak keluarga tidak ada yang melaporkan kehilangan diri nya, bisa di pastikan ini bukan hal yang mengerikan seperti yang ia pikirkan. tapi kenapa ia tidak menghubungi nya sama sekali.., setidak nya sebagai… teman.

Dua orang tersebut menatap Griss yang terlihat acak-acakan.. muka nya terlihat lebih tirus.. hanya perlu tiga hari untuk membuatnya terlihat seperti zombie.., ia sama sekali tidak tertarik terhadap apapun selain berita tentang keberadaan Irene

" Lakukan sesuatu dengan nya…" Edlert berbicara pada Lily

" Apa yang harus aku lakukan pada nya? Dia bahkan tidak menyadari keberadaan kita"

" Kalau terus begini.. dia yang akan mati lebih dulu" Edlert dan Lily berdiri di depan pintu menatap Griss yang duduk menatap layar ponsel nya.

"Aku sedang menunggu kabar informan .. semoga hari ini mereka mendapatkan kabar keberadaan Irene"

" Kenapa kau melakukan nya? Bukan kah sekarang adalah saat yang paling bagus untuk mengambil kesempatan mendekati nya kembali?"

Lily tersenyum pada Edlert " Ya.. seperti nya aku sadar..akan kata pepatah yang selama ini aku pikir berlebihan. ., bagaimana bisa kau melihat seseorang yang kau sayangi menderita? Lebih baik melihat nya bahagia dengan orang lain daripada melihat nya seperti ini…., aku sama sekali tidak ada di hati nya.. "

" Owh.. kau sudah menyerah?"

" Bagaimana dengan diri mu sendiri? Kenapa kau mencemaskan Griss.. bukankah kau seharus nya bahagia melihat nya?"

" Aku tidak tahan melihat bentuk nya sekarang…, seperti kerang kosong…, aku juga tidak mengerti kenapa hati ku tidak terlalu sakit kehilangan Irene"

" Kau menyukai wanita lain?" Lili memegang lengan Edlert sambil tersenyum, ia menggoda Edlert sambil menaikan alis nya naik turun

Edlert menatap Lily yang terlihat sangat manis, tiba-tiba saja jantung nya berdetak cepat , muka Edlert terasa sedikit panas, ia dengan cepat menutup setengah wajah nya dengan tangan nya sendiri dan menyisakan mata nya " Aku tidak tahu…"

Kring.. kring.. Kring…

Terdengar suara ponsel Lily berbunyi , sebuah tulisan terpampag di layar ponsel nya, dan dengan sangat cepat ia membuka nya..seperti nya itu dari orang yang ia tunggu-tunggu. Pesan itu menunjukan keberadaan Irene

" Ya.. aku berhasil mendapati keberadaan Irene" Hampir berteriak

" Apa lagi yang kau lakukan.. cepat beritahu dia"

" Tapi…., bagaimana ini? apa yang harus aku lakukan?" Lily menyerahkan ponsel nya pada Edlert, terpampang foto Irene yang sedang berdansa dengan Hans… dan juga rumor jika mereka berdua akan bertunangan.

Walaupun Irene terlihat sangat cantik di foto itu.., tapi ia sama sekali terlihat tidak bahagia.., dua insan ini sama-sama menderita satu sama lain. Apa takdir yang membuat mereka seperti ini? atau mereka hanya di permainkan oleh yang nama nya takdir? "Jangan beritahu soal foto ini.. cukup kasih tahu keberadaan Irene.., mungkin masih ada kesempatan untuk mereka berdua"

Lily dan Edlert berjalan mendekati Griss yang tak lelah nya menatap kearah ponsel nya. " Kau mau sampai kapan seperti ini?" Teriak Edlert sambil menarik ponsel nya

"Ya.. kembalikan ponsel ku…, siapa tau dia akan menelpon" Griss teriak kembali pada Edlert

" Griss.. kami tahu keberadaan Irene" Lily memotong teriakan mereka berdua

Griss langsung berhenti, diam menatap Lily, jantung nya berdetak sangat cepat ketika mendengarkan hal tersebut. " Di mana dia.. cepat beritahu aku" Griss mengocang kuat tubuh Lily

" Ya.. kau sudah gila" Edlert melepaskan tangan Griss dari Lily " Ku rasa sebelum kau menemukan nya.. kau akan mati duluan.. lihat lah diri mu sekarang. Kau pikir dia akan mau menemui mu yang .. berantakan seperti ini?"

"Maaf " Griss mengelengkan kepala nya " Pikiran ku tidak bisa berpikiran jernih, ku rasa karena aku terlalu lelah…"

" Tidak apa-apa Griss.. aku mengerti.." Lily menjawab Griss sambil memeluk tubuh nya karena masih merasakan syok dan takut.. Griss yang lembut bisa melakukan hal tersebut kepada nya.

" Kau tidak apa-apa?" Edlert memutarkan tubuh nya kearah Lily dan mengecek tubuh nya satu-satu. " Tidak ada yang sakit kan?"

" Tidak ada…yang sakit Ed. Jadi Irene sekarang berada di tempat asal nya… sebelum dia pindah ke sini"

"Tunggu apa lagi…, aku harus ke sana sekarang.. kirimkan aku alamat nya.." Griss mengambil jaket nya dan hendak melangkahkan kaki..,dan langkah itu terhenti..

" Jadi kalian bertiga di sini" Irene berdiri di depan pintu menatap tiga orang tersebut.

" Irene… " panggil Griss.., jantung nya kembali berdetak kencang karena bahagia, wajah nya tersenyum lepas, mata nya kembali bercahaya..,tak henti-henti nya ia tersenyum,ia terlihat seperti doggie yang bertemu dengan pemilik nya.. menggoyangkan ekor nya dengan kuat.

" Ya… kau tahu berapa kali aku menelpon mu… dan mencari mu" Teriak Griss sambil berlari ke Irene dengan cepat.

" Ah… karena di luar negeri… nomor ku tidak dapat di hubungi…" Griss langsung menghambur kepelukan Irene… ia memeluk nya dengan sangat erat.

" Kenapa kau tidak memberi kabar pada ku…, apa aku benar-benar tidak berarti untuk mu? sekalipun hanya sebagai teman?"

" Griss kapan terakhir kali kau mandi? Kau bau sekali.." Irene langsung menjolak tubuh Griss dengan kuat " jangan berani menyentuhku dengan bentuk mu yang seperti ini?" Irene baru menyadari jika Griss terlihat begitu sangat berantakan, rambut yang sama sekali tidak terurus, kumis dan jenggot yang mulai tumbuh, baju yang kusam, muka yang kusam dan terlihat tirus, tubuh nya terlihat lebih kurus dari terakhir kali ia lihat.

" Aku ke sini untuk memberikan kabar gembira.." Irene berhenti sebentar untuk mengendalikan diri nya.., hilangkan semua perasaan… ,matikan semua rasa yang di rasakan…, jangan di pikirkan.. " Kita mendapat investor yang sanggup untuk membayar setengah hutang perusahaan.."

" Wah.., benarkah?" Lily melompat kecil karena merasa sangat gembira

" Jadi untuk itu kau pergi?" Tanya Edlert yang tersenyum lebar sekali.. berita yang di dapatkan Lily berarti hanya omong kosong

" Oh.." Irene menganggukan kepala nya " Dan aku juga… ingin mengatakan satu hal lagi.." Irene menatap Griss " Bisakah kau membersihkan diri mu terlebih dahulu…, dan menemuiku lagi"

" Tentu.., tentu.. tentu bisa, aku akan kembali dengan keadaan terbaik ku" Griss menunjukan deretan gigi nya sambil berlari keluar ruangan.

Melihat Griss telah pergi , Irene mengeluarkan sebuah kertas bewarna pink muda dan memberikan kepada Lily dan Edlert. " Ku harap kalian datang"

Edlert dan Lily menatap kartu undangan pink tersebut dan langsung membuka nya.., mereka berdua langsung membuka mulut secara bersamaan dan saling menatap.

" Tunangan diri mu?" Lily bertanya kembali , memastikan apa yang ia lihat adalah bohong

" Tidak bisa.. kau adalah tunangan Griss.., semua orang mengetahui itu" Edlert melemparkan kartu itu kelantai

" Aku akan membatalkan pertunangan dengan Griss…, dan melanjutkan pertunangan ku dengan Hans"

" Irene.. kau gila? Kau lebih mengerikan dari pada yang ku bayangkan. Apa arti tunangan bagi mu? hanya sebuah permainan? Batu loncatan? Dari satu lelaki dari lelaki yang lain?" Teriak Edlert pada Irene

" Irene.. apa kau tahu.., kalau Griss.. selama 3 hari ini mencari mu kemana-mana? Ia bahkan tidak tidur dan juga makan dengan baik, ia terus saja menatap ponsel nya dan kembali kerumah mu berkali-kali. Apa yang terjadi di sana?"

" Owh.. seperti kata mu Edlert.., Tunangan hanya menjadi transaksi untuk ku .. mendapatkan yang harus nya aku dapatkan" jika di pikir-pikir itu memang benar.. dari awal aku bersama Griss.. itu hanya untuk menghindari Edlert.. dan kali ini pun.. kembali terulang.

" Wah… aku tidak bisa percaya ini.., kau bahkan mengatakan nya dengan santai" Edlert mengeleng-gelengkan kepala nya, melihat Irene yang sangat mengerikan

" Katakan … pasti sesuatu terjadi di sana" Lily mendekat, memegang tangan Irene " aku tahu jelas Hanstren..adalah orang terkaya.. dia bisa melakukan apapun yang ia mau… dan aku juga tahu.. jika dari dulu dia mengincar mu. dia mengancam mu?" gossip itu sudah sangat menyebar.., karena dalam satu sekolah semua mengetahui nya.. dan gossip itu berkeliaran di antar para bangsawan.

" Hanya sebuah transaksi…, dia akan berinvestasi..jika aku menyetujui nya menjadi pendamping nya"

" Dan kau menyetujui nya? Hanya karena takut bangkrut?" Edlert kembali memojokan Irene

" Apa aku memiliki pilihan Edlert? Apa kau lihat semua orang yang berada di perusahaan ini? apakah aku bisa egois?"

" Apa kau baik-baik saja?" Lily kembali menanyakan Irene

" Aku tidak pernah sebaik ini, lelaki tampan, kaya, pintar, dan baik…., di antara semua wanita yang mengejar diri nya.., aku lah yang menjadi pilihan nya"

" Takdir kalian berdua sangat buruk…."

***************************************************************************

Griss bergegas kembali dengan pakaian yang sangat rapi, rambut nya tertata rapi, bulu-bulu tercukur dengan bersih, wajah nya bersinar-sinar, mata nya pun ikut berbinar-binar, aroma parfum tercium saat pintu atap terbuka. Ia berpenampilan sangat baik hanya untuk mendengarkan kabar buruk untuk nya

" Kau sudah datang?" Irene mendekati Griss , sambil merapikan kerah kemeja Griss yang terangkat saat berlari tadi

" Seperti yang kau minta Irene"

" Griss.. kau sudah makan? Kau mau makan dulu?"

" Hal yang pertama ingin kau lakukan saat pulang adalah berkencan dengan ku?" tawa Griss

" Oh.." Irene hanya bisa mengangguk tanpa menatap Griss.., ia merasa sangat berat.., sangat sangat berat " aku sudah memesan makanan keatap"

" Tidak di luar? Banyak restoran yang bisa kita kunjungi"

" Tidak.., aku hanya ingin di sini.. menikmati nya berdua dengan mu" dan terakhir.. katanya dalam hati

" Wah…., ini kata-kata pertama pujian mu"

Mereka berdua duduk bersama di atap, dengan pemandangan langit yang luar biasa, suara sunyi tanpa ada suara apapun selain mereka berdua. Alunan music pelan di lantunkan dari ponsel Griss, Irene menatapi Griss yang memakan-makanan dengan sangat nikmat…, ia terlalu lama tidak makan senikmat ini.. tiga hari… , setelah Griss telah menyelesaikan semua makanan nya. Irene mengeluarkan kartu undangan mematikan tersebut

" Apa ini?" tanya Griss penasaran

" Griss…" Irene menarik nafas nya panjang , sambil melepaskan cincin yang berada di tangan nya " Kita akhiri saja pertunangan kita…, aku akan membayar jaminan yang kau bayar kan.. semua nya" Irene menyodorkan cincin itu kearah Griss

setelah perjuangan memperebutkan Wifi dengan saudara.. akhir nya dapat up juga. ya karena author kalau lagi nulis, mesti buka youtue dengarin lagu..., dan saudara main game. akhir nya gonjang-ganjing perang wifi deh.

kunyit_jahecreators' thoughts