webnovel

Jaminan

Griss menyelesaikan semua pekerjaan Irene tadi malam dan merapikan semua nya, tentu saja hal tersebut membuat Irene diam-diam bertepuk tangan dalam hati. Yang di kerjakan oleh Griss sama sekali tidak ada kesalahan dan sangat rapi…, lelaki itu telah belajar banyak rupa nya…

Pagi itu mereka semua sangat sibuk di karenakan meeting dengan beberapa perusahaan sekaligus, mereka membagi tim mereka menjadi dua tim, dan akan berganti pasangan. Irene, Griss dan Victoria telah tiba lebih dulu.. sedangkan tim 2

"Bagaimana bisa kita menjadi terlambat dari seharus nya…, ya si kacamata.. lari lah lebih cepat..dan duluan.. kau harus sampai di sana duluan untuk mempersiapkan semua nya" Edlert berteriak kepada Kriss yang berada di belakang nya..

" Owh baiklah…" Kriss berusaha berlari dengan kecepatan yang ia miliki

" Jika aku bisa menangkap mu dari belakang… kau akan ku buat sengsara.. jadi lari lah lebih cepat" Teriak Edlert menakuti Kriss

" Dan kau…" Edlert memandang Lily " Ayo cepat.." Edlert menarik tangan Lily dan mengurangi kecepatan lari nya.. mengimbangi kecepatan Lily

" Ini sangat menyenangkan…" Lily tersenyum sepanjang perlarian nya

" Hah?" Edlert menatap kearah belakang.. menatap Lily yang di belakang nya " menyenangkan?"

" Benar-benar menyenangkan.., selama ini aku tidak pernah berlari.., Griss selalu menjaga ku dengan hati-hati seperti kaca yang akan pecah sewaktu-waktu.., bisa lari sebebas ini sangat menyenangkan"

" Maksud mu Griss lebih baik dari diri ku?"

" Bukan itu…, aku suka kebebasan ini.." Lily mengangkat jempol kanan nya kepada Edlert sambil tertawa lepas, sementara tangan kiri nya menyatu erat dengan tangan Edlert

Pip..

Terdengar suara dari tangan kanan Lily.., terdengar sangat jelas untuk mereka berdua, dan mata mereka berdua menuju kearah yang sama..

Pip Pip

" Kenapa suara itu berulang lagi?" Suara itu terdengar lebih kuat dari yang pertama.. membuat Edlert kembali menatap kearah suara.., dan mereka berdua baru menyadari tangan mereka bergandengan dengan sangat erat. Jari jemari Edlert bergerak kaku di sana.., dan untuk pertama kali nya.. Edlert bertindak kikuk.. ia menggaruk tekuk nya yang tidak gatal.., dia salah tingkah

" bunyi pertama untuk mengingatkan kalau jantung ku berdetak lebih kencang.., bunyi kedua bertanda hati-hati.. ini peringatan untuk segera mengatur nafas ku… dan bunyi terakhir.. tanda nya aku sudah tidak bisa mengendalikan semua nya… dan aku akan tergeletak di tanah" Lily menjelaskan sambil mengerakkan jari nya membentuk angka satu, dua dan tiga sambil tersenyum tipis

Tunggu.. bukan kah tadi sudah bunyi yang kedua? Bagaimana bisa anak ini menjelaskan nya dengan wajah tanpa beban seperti itu? Ini sudah sangat berbahaya " Ah.. sungguh.. kau merepotkan. Aku tidak mau mengambil resiko" Edlert berjongkok di depan Lily " Cepatlah naik.." Ia menepuk pundak nya

" Untuk apa aku…?"

" Aku tidak mau mengambil resiko jika terjadi apa-apa dengan mu saat bersama dengan ku.., kau pikir ayah mu dan ayah ku akan diam saja jika itu terjadi pada mu? kepala ku bisa hilang kapan saja" Ah… jadi ini rasa nya menjadi Griss.. karena itu Griss sangat berhati-hati bersama nya.. karena kepala nya juga menjadi taruhan

" Owh…, maaf aku merepotkan mu" Lily melingkarkan tangan nya di leher Edlert dan menaiki tubuh Edlert.., Edlert berdiri dengan cepat sambil memegang belakang lutut Lily..

Pluk…, sesuatu keluar dari saku celana Lily dan terjatuh di dalam lubang pembuangan air

" Tungggu Edlert…, inhaler ku jatuh.."

" Lagi? " Edlert menurunkan Lily dengan kesal karena perjalanan mereka kembali terhambat. " Biar aku saja yang ambil"

Lily turun dari pangkuan Edlert, dan berjongkok sempurna di depan lubang kecil tersebut, ia menundukan kepala nya untuk melihat di mana letak inhaler itu terjatuh.

" Kau yakin ingin mengambil nya? " menunjuk lubang pembuangan yang pasti nya benda itu sudah sangat kotor terkena air pembuangan. " Kau bahkan bisa membeli lebih banyak?"

" Aku bisa membeli semua inhaler yang ada.. tapi aku tidak bisa membeli wadah inhaler yang di rancang khusus untuk ku.., bahkan jika aku memasan nya lagi pada perancang yang sama. Itu sangat berharga..dan lagi itu pemberian Griss"

Mendengar kata-kata Griss kembali terdengar dari kedua mulut wanita di dekat nya membuat nya kesal " Aku tidak akan mengambil nya.. ambil sendiri" Lily mendengar perkataan itu menatap Edlert dan menurunkan tangan nya kedalam lubang tersebut

Edlert langsung menarik tangan Lily keluar dari lubang tersebut, dan mengulung lengan baju nya, dan memasukan tangan nya kedalam sana.. ia meraba-raba di sekitaran lubang, untung saja ini masih di musim panas, hingga lubang tersebut tidak di penuhi oleh air.

" Dapat" Edlert menarik tangan nya keluar sambil mendongkak-kan kepala nya yang dari tadi tertunduk untuk menatap kelubang kecil tersebut. Lily yang sembari tadi berada di samping Edlert sambil berjongkok ikut menatap kearah lubang untuk melihat posisi benda tersebut, pada saat bersamaan mereka berdua mendongkak-kan kepala.. dan tanpa sengaja bibir Edlert mendarat tepat di samping bibir Lily.. karena jarak antara mereka berdua terlalu dekat.

Mereka masih belum menyadari apa yang terjadi.. benda kenyal dan sedikit lembab yang mendarat di pipi Lily, sedikit lagi… jika saja.. pendaratan tersebut meleset kekanan sedikit.. bisa di pastikan.. target mendarat sempurna. Mereka berdua saling menatap satu sama lain… mencerna apa yang terjadi .., semua orang yang berada di sana ikut berhenti bergerak dan memperhatikan mereka berdua.., sedang syuting drama apakah mereka berdua? Pikir orang-orang yang menatap mereka.

" Akhhhhhh….." teriak mereka berdua saling menjolak satu sama lain, Lily langsung memegang pipi nya , sementara Edlert langsung memegang bibir nya..

" A.. apa yang kau lakukan Lily? Ke .. ke.. kenapa.. kau melakukan nya" Tanya Edlert tergagap, ia berpikir jika Lily lah yang melakukan itu pada nya

Lily menutup wajah nya dengan kedua tangan nya, ia sangat malu… untuk melihat Edlert. Ini pertama kali nya ada yang berani mencium nya di depan khalayak ramai "Kau yang melakukan nya…" Lily menunjuk tangan Edlert yang menyentuh bibir nya sendiri sambil menunduk malu.

Edlert menatap tangan nya yang menutupi bibir nya sendiri dan mata nya melotot sempurna sambil menahan nafas ia menatap tangan nya. Jantung nya berdebar-debar sempurna mengetahui bibir nya yang kurang ajar itu menyosor sembarangan…, apa yang dia perbuat? Ia kembali menatap Lily yang muka nya tersipu malu dan memerah sempurna

" Ke.. kenapa dengan wajah mu itu?"

" Aku malu.. Ed.., di depan banyak orang… dan ini yang pertama.."

Pip.. kali ini di karenakan kelakuan Ed…

Edlert menelan ludah ketika mendengar suara detak jantung Lily.. ia mengetahui dengan jelas jika detak jantung itu bukan karena gerakan fisik dari wanita tersebut.. itu karena…, muka Edlert ikut memerah. " Ya.. hentikan suara tersebut.. ,kau mau duduk di sana sampai kapan?"

" Ah…" Lily langsung tersadarkan.. jika dari tadi ia duduk di jalanan sambil menutup muka malu.., ia segera berdiri dan membersihkan pakaian nya, ia menatap Edlert dan kemudian sadar akan sesuatu " Ed.. bukan waktu nya tersipu malu… , cepat.."

" Kita benar-benar akan terlambat" Edlert langsung mengendong Lily di pundak nya dan berlari.

***********************************************************************

Irene mempresentasikan nya dengan sempurna.. di bantu oleh Victoria untuk produk makanan dan juga slide yang akan dipresentasikan. Tiba saat nya Irene memamerkan busana rancangan perusahaan mereka. Irene berjalan menuju bilik kecil bersama Griss di dalam sana

Mereka berdua di dalam bilik yang bisa di katakan sempit untuk satu orang . Irene menatap Griss dan meletakkan tangan nya di atas kerah baju Griss, ia membuka kancing pertama pakaian Griss.

" Irene.." Griss menangkap tangan Irene, ia menelan ludah

" Kenapa?"

" Haruskah diri mu?"

" Jadi kau ingin wanita lain yang menelanjangi diri mu? wah.. tidak bisa di percaya? baiklah" Irene menuruni tangan nya dan memutarkan badan untuk keluar dari bilik, sebelah kaki Irene telah keluar dari bilik dan di perhatikan oleh Victoria dan para peserta di sana

" Tunggu.." Edlert menarik pelan " Bukan itu maksud ku, aku bisa melakukan nya sendiri.. " membuat Irene kembali masuk sempurna kebilik, kaki Irene yang keluar tiba-tiba lenyap, membuat semua orang mengeryitkan dahi

" Kau tidak bisa melakukan nya sendiri, pakaian ini di buat khusus.. dan kau tidak tahu cara memakai nya.. aku tidak ingin kau keluar dengan bentuk absurd untuk memperlihatkan pada calon investor kita, diam... dan ikuti saja" Tangan Irene sudah berada kembali di atas dada Griss. Ia bisa merasakan detak jantung Griss yang memburu di sana.., membuat tangan nya ikut gugup dan berkeringat ketika menyadari detak jantung Griss.

Tangan Irene sedikit gemetar saat membuka kan kancing Griss perlahan-lahan.. hingga dada Griss terekspos, ia menahan nafas.., jantung nya perlahan bergerak tidak sesuai irama.

"Kau gugup Irene.."

" Tidak.." Bantah Irene sambil menggigit kecil bibir bawah nya

"Kau sudah melakukan hal yang hebat.. mereka pasti akan mendatangani kontrak tersebut" Griss menatap wajah Irene yang sangat focus untuk membuka kancing baju nya.. atau.. tubuh nya

Semua kancing pakaian itu terbuka sempurna.. menampilkan dada Griss yang memang berotot.., yang membuat Irene tidak nyaman… adalah jarak mereka berdua yang sangat dekat.. , tepat di depan wajah nya.. dada itu terlihat dengan jarak hanya 5cm saja dari wajah nya. Ia bisa melihat jelas pori-pori tubuh Griss.., panas tubuh nya.., dan lekukan nya.. , ia harus tetap focus, dengan cepat Irene menarik baju itu turun menanggalkan pemilik nya

" Kita harus cepat, kita tidak bisa membiarkan mereka menunggu.. aku sudah merancang nya agar cepat untuk di gunakan, angkat tangan mu " Irene menaikan kedua tangan Griss…, dan langsung menyentuh bahu serta dada Griss

" ya.. ya.. ya.. itu geli..jangan pegang ketiak ku.." Tawa Griss sambil mengeliat-geliat, tangan nya berkali-kali menghepas tangan Irene karena kegelian.

" Ya!!! Bisakah kau diam sebentar"

Yang terlihat dari luar, dibalik bilik kecil tersebut, terdengar bisik-bisik aneh dan kain bilik tersebut bergoyang-goyang dengan kuat, membuat semua yang melihat nya mengeryitkan alis dengan sempurna, dan mereka harus beberapa kali menyadarkan pikiran mereka untuk tidak berpikir kearah yang lain.. terutama ketika mereka mendengar tawa bahagia dari bilik tersebut, dengan gerakan bilik ke kiri dan ke kanan.

" Sebenar nya.. apa yang mereka berdua lakukan di dalam sana? " Victoria terus menatap bilik tersebut

Griss terus mengeliat layak nya cacing kepanasan.. hingga membuat ruangan di sana semakin sempit dan panas, hingga Irene harus berkali-kali menempel kan wajah nya di bahu Griss, berkali-kali Griss menjolak Irene.., karena rasa geli yang tak tertahan, wajah Irene sudah sangat kesal , di tambah rambut nya sangat berantakan akibat tangan Griss yang terus saja bergerak tidak karuan

" Ya!!! Jika kau masih tidak berhenti bergerak.., akan ku pastikan rambut mu tidak berada lagi di kepala mu" Bentak Irene yang membuat Griss langsung berhenti bergerak

Irene semakin mendekat kepada Griss.. hingga membuat mereka berdua tidak berjarak sama sekali, Irene melingkarkan kedua tangan nya di pinggang dan pundak Griss untuk mengikatkan tali di belakang nya.

Griss langsung menarik Irene lebih dalam, menekankan semua tubuh Irene ketubuh nya " Kau membuat ku jadi bergairah " Senyum Griss menggoda Irene

" Jangan mengambil kesempatan… turunkan tangan mu"

" kau merasakan nya kan? Jantung ku…. Berdetak"

Irene memukul wajah Griss pelan " Sadarlah.. semua orang hidup akan berdetak, sudah selesai.."

" Cepat sekali…" Griss melepaskan pelukkan nya ketika Irene melepaskan kedua tangan nya…, ia harus bergerak cepat, sebelum tangan bebas Irene bisa saja berterbangan ketempat lain dan mengecap bekas di sana

" Kau membuat nya lambat 3 menit, aku akan memperhitungkan nya nanti" Irene mengandeng Griss keluar, memamerkan kualitas bahan serta rancangan milik perusahaan nya.

Semua langsung terdiam antara kagum dengan mahakarya tersebut, dan juga penampilan Irene.. yang luar biasa berantakan, kancing kemeja atas Irene terbuka, rambut yang acak-acakan.., serta ia keluar dengan wajah ngos-ngosan.., ia masuk dengan keadaan rapi dan keluar dengan bentuk seperti itu.. sebenar nya apa yang terjadi di dalam bilik tersebut.. ?

Irene melirik keluar, dan mendapati Edlert telah berada di luar bersama Lily,menandakan meeting mereka berdua sudah selesai.. saat nya mereka berganti pasangan kembali. Irene dan Griss segera keluar ketika meeting pertama mereka selesai.

" Apa yang kalian lakukan di bilik? Hingga kancing baju Irene pun terbuka" Tanya Edlert

" Bukan urusan mu.. apa yang kami lakukan di dalam" Griss langsung mendekati Irene dan menutupi bagian dada Irene dengan tangan nya, mencengah Edlert mencuri kesempatan melihat yang bukan milik nya

" Lepaskan tangan mu dari ku" Irene langsun membanting Griss dengan kuat " aku belum membuat perhitungan dengan mu terhadap apa yang kau lakukan di bilik"

Griss terjatuh di lantai kesakitan sambil menatap Edlert yang menjulurkan lidah pada Griss, dan Griss menatap Lily yang langsung berjongkok didepan Griss, arah mata Griss tertujuh pada tangan Lily

" Kau tak apa Griss?" Lily menyodorkan tangan nya untuk memberi bantuan pada Griss

" Aku serahkan dia pada mu" Lanjut Irene , yang langsung mengerakkan jari telunjuk nya kedepan kebelakang memanggil Edlert untuk mengikuti nya ke meeting selanjut nya, mereka berdua bertukar patner.

" Tunggu…" Griss menarik tangan Lily pelan " kenapa tangan mu biru begini.. siapa yang melakukan nya?"

" Ah…" Edlert langsung melirik kearah Lily dan menatap lengan nya yang membiru "tidak apa-apa.. , ini tidak sengaja"

" Edlert yang melakukan nya?" Griss langsung berdiri.. berjalan menuju Edlert

" Tunggu Griss.. benar.. ini hanya karena ia tidak mengetahui nya.., bukan seperti yang kau pikirkan"

" Kau melakukan kekerasan Edlert?" Tanya Irene tidak percaya.., Edlert memang bukan lelaki baik-baik.. tapi dia tidak akan memukul wanita

" Tidak… aku tidak melakukan apapun pada nya… aku hanya menarik tangan nya"

"Kau tidak boleh melakukan itu pada nya.. kau tidak tahu itu sangat menyakitkan untuk nya…, karena itu aku tidak pernah mempercayai mu dari awal untuk menjaga Lily"

"Apa yang sebenar nya terjadi…? aku bahkan tidak melakukan apapun pada nya"

" Tunggu sebentar" Irene menghentikan dua lelaki yang kembali bertikai " Edlert kau bernafsu..? dan melakukan kekerasan ketika Lily menolak?"

" Ya!!! Apa aku terlihat seperti lelaki begitu?" bentak Edlert dan di anggukan oleh ke empat orang di sana.

" Bukan itu yang terjadi… dia hanya menarik tangan ku dengan biasa, karena penyakit ku ini… darah tidak mengalir baik di tubuh ku.. hingga aku gampang memar.. "

"Kenapa kau tidak memberitahuku dari awal? Semua mengira aku menganiayaiin mu…." Mata Edlert dan Lily saling menatap.. dan mereka tiba-tiba mengingat kembali kejadian tadi dan saling membuang muka, Lily langsung bersembunyi di belakang Griss, sementara Edlert langsung menarik Irene ke tempat meeting selanjut nya

" Buka baju mu…" Perintah Irene kepada Edlert

" Oh.." Edlert dengan gampang nya membuka semua pakaian nya di depan Irene tanpa ada rasa malu, Irene langsung menatap Edlert agak terkejut mendapati reaksi berbeda dari Edlert yang terlalu bersemangat.

" Stop…, apa yang kau lakukan?" Irene menangkap tangan Edlert tepat di depan celana nya

" Kau kan menyuruh ku untuk membuka nya "

" Aku hanya menyuruh mu membuka baju… , bukan menyuruh mu bertelanjang" Irene tertawa geli.. kenapa mereka berdua bertolak belakang? Edlert bahkan dengan suka rela melepaskan pakaian nya namun Griss tersipu malu saat ia menyuruh nya. Sebenar nya siapa yang tunangan ku?

" Kenapa kau tertawa?"

" Tidak.. aku hanya teringat Griss.."

" Boleh aku menanyakan sesuatu? Kenapa harus Griss? Dia tidak lebih baik dari ku" Edlert mendekati Irene

Irene langsung menahan tubuh Edlert yang mendekat, ia mengambil baju ganti Edlert dan mengenakan nya " Aku juga tidak tahu…, orang seperti kau dan aku tidak dapat mengerti…, dengan orang bodoh seperti nya"

***************************************************************************

" Kau Irene yang melakukan presentasi tadi kan?" Seorang lelaki menyapa Irene yang sedang berdiri di loby sendirian sambil meminum kopi, dan Irene hanya menatap nya

" Yang kau lakukan sangat bagus…, kau masih terlalu muda untuk melakukan ini…apakah sulit untuk mu? kau tidak perlu melakukan hal sulit ini lagi.. bagaimana kalau kau bersama kakak saja.. semua kebutuhan mu akan terpenuhi dengan kakak.., pakaian mewah, tas mewah… semua nya akan terpenuhi.. bagaimana? Dan lagi kau sangat cantik.. kau akan rugi jika melewatkan ini.. tubuh cantik mu seharus nya menggunakan pakaian yang cantik juga"

Irene menatap lelaki itu,dari ujung rambut nya hingga ujung kaki nya.., kakak? Yang benar saja.. kau lebih pantas untuk di panggil om .. bukan kakak. Biar aku tebak.. dia sudah sering menggunakan uang nya untuk mengaet wanita yang tertarik dengan uang.. " Apa jabatan mu?"

" Manager di perusahaan ini.. dan lagi aku masih memiliki hubungan saudara dengan owner"

Irene tersenyum lebar, manager? Jangan bercanda… bahkan anak pemilik perusahaan pun masih aku pertimbangkan.. , baiklah.. bagaimana kalau kita bermain sebentar untuk menghilangkan penat. Irene mendekati lelaki tersebut..

" Maaf dia sudah punya tunangan.. pemilik perusahaan.. NFC" Griss langsung merangkul Irene dan membawa nya pergi keruangan meeting selanjut nya

" Apa yang kau lakukan dengan om-om tersebut.. kau tergoda dengan nya? Selera mu menurun?"

" Aku bahkan belum mengatakan apapun pada nya…sampai kau tiba"

" kau seharus nya mengatakan nya.. kalau kau sudah memiliki tunangan.. dengan sangat lantang"

" Bagaimana bisa dia mempercayai nya.. jika di tangan ku saja tidak ada apapun" Irene menunjuk jari manis nya

Griss mendekat pada Irene yang menyender pada dinding sambil menikmati kopi nya yang sempat tertunda. Griss menarik tangan Irene dan memasang kan sesuatu yang terasa dingin di jemari nya. Mata Irene tertujuh pada benda itu..

" Sekarang kau sudah punya bukti nya"

" Ini…." Irene meletakkan kopi nya di meja " bagaimana bisa ada dengan mu?" Irene membelalakan mata nya

" Kau selalu meletakkan benda sembarangan.. aku mendapatkan nya di samping Victoria…, untung saja aku yang menemukan nya"

" Wah… ini kebetulan sekali… berapa aku bisa menjual nya.., 1juta.., 2 juta?" Irene mengangkat tangan nya kearah jendela yang menyilaukan…, pantulan cahaya matahari itu sangat indah ketika terpapar di cincin tunangan nya.

" 5 juta"

" 5 juta..? untuk pertunangan kita?" ia mengeluarkan uang sebesar itu hanya untuk tunangan palsu?

" Bagaimana pun semua orang akan membicarakan nya.. reputasi keluarga ku bisa jatuh kalau aku membeli harga murah"

Irene tersenyum lebar " Bagus.." Irene menjetikkan jari nya " aku bisa menjual nya dengan harga yang lebih mahal , kita memerlukan modal tambahan.. kebetulan sekali"

" Aku memberikan nya kepada mu bukan untuk di jual.., biarkan itu melingkar di tangan mu" Griss menekankan tangan kiri Irene kedinding " Aku bisa memberikan mu lebih..dari itu…, tapi aku memerlukan jaminan"

" Jaminan? Kau bercanda? Apa yang bisa aku jaminkan pada mu? aku miskin sekarang.. , rumah? Jangan harap.. aku tidak akan menjual nya sekalipun aku bangkrut" Karena itu kenangan peninggalan mama satu-satu nya

"Tidak… aku tidak memerlukan semua itu…, kekayaan ku bahkan lebih dari itu" Griss semakin dekat

" Jadi?"

" Hanya jaminan…, untuk memastikan cincin itu tetap berada di jari mu.. sampai aku yang memutuskan… sampai kapan.., untuk memastikan kau tidak kehilangan cincin itu kembali" Griss memiringkan kepala nya…, perlahan ia mulai mendekatkan wajah nya pada Irene.., semakin dekat.. hingga nafas mereka berdua begitu terasa di bibir atas masing-masing, jarak semakin dekat.. hingga tidak ada lagi jarak di antara mereka berdua ….

Cup… bibir mereka saling menyentuh. Jantung mereka berdua berdetak cepat.. aneh nya.. Irene sama sekali tidak melawan. Dia hanya diam sambil menahan nafas…, matanya terbuka besar.., Irene tidak tahu apa yang ia rasakan.., sebagian otak nya menolak untuk melakukan nya, namun sebagian nya lagi hanya memilih pasif…, merasa tidak ada penolakkan dari Irene.. Griss memberanikan diri untuk menekan kan bibir nya lebih kepada Irene…,bukan hanya sekedar menempelkan bibir seperti pertama yang mereka lakukan…, lebih berhasrat..

Griss merangkul pinggang Irene.., perlahan bibir nya bergerak di bibir Irene.., mulai menghisap pelan bibir bawah Irene.., mereka berdua merasakan sensasi lebih…, mendamba lebih dan menuntut lebih. Irene masih diam membatu.. ia tidak tahu harus bagaimana.. sebagian dari nya mulai menginginkan nya, dan sebagian nya lagi menolak, alis mulai berkerut.. bingung harus berbuat apa.., namun perlahan hormone mulai menuntun nya untuk memejamkan mata… ia merasa ada yang salah dengan hal ini…