Ting..
Ting..
[Acara Utama akan segera dimulai!]
Pengumuman dari salah satu kepala pelayan membuatku mau tidak mau berjalan ke dekat air mancur pavilium. karena di sanalah jamuan pesta Teh ini akan di adakan, Terbentang meja yang sangat lebar dan para pelayan sudah menyajikan banyak makanan dan juga teh hijau yang asli di buat serta di petik di taman kerajaan Centaurus.
Kerajaan kami ini memang terkenal sebagai tempat penghasil teh terbaik, aroma Teh yang khas dan Manfaat yang di berikan. Membuat kerajaan Centaurus selalu di puji oleh kerajaan lainnya.
Kami memiliki cuaca yang bagus dan tanah yang subur, pohon teh terbentang luas dari Ujung Timur sampai ujung barat kerajaan. Seluruh penduduk rata-rata adalah Pemetik Teh, sebagian bekerja di gudang untuk mengolah teh dan menjemurnya. Sebagian lagi menyortir teh-teh terbaik untuk di jual di kerajaan lain..
Aku duduk di salah satu bangku dekat ibuku, Di sampingku ada panglima yang juga sudah duduk. Aku melihat Raja Drakon menduduki bangku yang seharusnya milik Kakekku, tapi karena sekarang dia adalah Raja Kerajaan ini. Maka di berhak atas bangku tersebut. tapi entah kenapa, naluriku dan hati kecilku tidak suka tempat itu di duduki oleh orang asing.
hatiku seakan memberontak dan ingin sekali mengusirnya dari sana, Tapi kenapa? Kenapa perasaan ini membuatku kesal setengah mati?
Aku tanpa sadar Menggenggam erat tangan panglima dari bawah meja, aku menggenggam begitu erat dan menumpahkan segala kekesalan itu padanya. tapi aku tidak tau apakah Panglima merasakan kesakitan atau tidak saat ini, dia hanya diam saja dan duduk dengan tenang.
"Terimakasih atas kunjungan saudara-saudara kami dari beberapa kerjasama. aku sebagai Raja baru di kerajaan Centaurus menyambut dengan senang dan penuh kehormatan atas kedatangan kalian. Aku mengadakan pesta Teh ini hanya untuk merayakan keberhasilan aku dan istriku. Karena kamu sudah menjadi Raja dan Ratu kerajaan Centaurus." Ucapan Raja Drakon membuatku tertawa pelan, Tawa pelan itu lama-lama menjadi Kencang dan membuat semua orang terdiam dan menatapku dengan bingung.
"Hahahahahah... Maaf maaf.. Aku hanya lucu saja mendengar apa yang di katakan ayahku. Maaf." Aku menutup mulutku dengan satu tangan, tangan lainnya masih menggenggam tangan Panglima.
"Apa ada yang lucu Puteriku?." Tanya Ayah padaku, sebut saja dia ayahku. karena memang dia adalah ayahku saat ini.
"Ya, Bagaimana bisa ayah katakan bahwa pesta Teh ini untuk merayakan keberhasilan Ayah dan Ibu karena Mendapatkan tahta? Jangan pernah lupa, bahwa kalian adalah Raja dan Ratu sementara. jadi sederhanakan saja pesta ini, sebagai penyambutan sesama keluarga. Itu lebih baik ayahanda." Aku Berkata dengan sangat lembut, masih dengan memberikan senyum semanis mungkin.
menatap satu persatu Tamu yang hadir, mereka terlihat merasa bingung dan tidak nyaman. aku juga melihat wajah ibu, ibu seperti menahan amarah, aku menghela nafas pelan. apa yang sebenarnya sudah aku katakan tadi? kenapa aku mengatakan hal seburuk itu?
Ibu pasti sangat marah, Aku tidak sengaja Ibu.. aku tidak sengaja. bagaimana sekarang? pikiranku merasa gelisah, tapi kenapa hatiku? hatiku malah senang dan bangga? ada apa denganku sebenarnya? Kenapa aku bertindak aneh?.
"Panglima." Bisikku pelan, namun dia berpura-pura seperti tidak mendengar. Sial!
"Baiklah, silahkan kita mulai jamuan Teh-nya." Kataku pada semua orang, aku tidak mengerti kenapa ayah dan ibu malah diam saja aku perlakukan seperti itu. seharusnya mereka memarahi diriku kan? Astaga..
"Silahkan di sajikan Teh-nya." Ibu sudah menyuruh para pelayan menyajikan teh yang ada di dalam teko ke gelas kami masing-masing.
aku diam saja saat mata ibu menatap mataku, aku ingin menunduk dan Bersembunyi saja. tapi entah kenapa mataku dan kepalaku malah menatap ibu dengan lekat. seperti menantang untuk saat ini..
Aku menggenggam tangan Panglima lagi, Saat ini Panglima sudah menepuk-nepuk punggung tanganku, dengan tangannya yang lain. "Tenanglah, itu naluri dirimu untuk bertahan. Jangan pernah turunkan pandanganmu pada siapapun, disini kau pemilik segalanya dan kau adalah Ratu yang sah." kata Panglima, lalu dia melepaskan tangannya dariku. kemudian mulai meminum teh dengan sangat anggun dan tenang.
aku mengikuti apa yang Panglima lakukan, entah kenapa aku tetap menatap kearah depan dan memandangi satu persatu Tamu yang hadir. seperti menunjukkan pada mereka bahwa aku adalah pemilik yang sah! aku adalah Ratu disini. ayah dan Ibuku Hanya menggantikan aku secara sementara, aku bahkan Merinding sendiri dengan aura yang aku keluarkan saat ini.
Aura mematikan yang membuat beberapa Saudaraku menatapku takut-takut, kenapa mereka setakut itu? bahkan mereka sekarang menundukkan kepala saat aku menatap mereka.
"bisakah kau diam saja saat ayahmu sedang berbicara, anakku?." bisikan suara ibu di samping telingaku, membuatku terkejut. aku menengok perlahan ke arah mata ibu, ada tatapan kebencian disana. tatapan yang selalu aku lihat selama ini, ibu masih membenci diriku? Bukankah dia berjanji untuk....?
"Ya Ibu." Kataku pelan, aku menatap arah lain dan berusaha untuk tidak terpengaruh dengan tatapan itu. tatapan Yang selalu mampu menghancurkan kepercayaan diriku. aku lemah dengan kebencian yang ibu berikan, dan aku langsung merasa lemas sekarang.
"Kau baik-baik saja? Kenapa tidak berselera begitu?." Tanya Panglima, karena dia memperhatikan aku minum teh tanpa minat.
Semua orang sudah saling mengobrol, entah apa yang mereka bicarakan. yang bisa aku tangkap adalah mereka sedang membicarakan sistem kerajaan dan Perdagangan.
Aku mengacuhkan semua obrolan itu dan melirik ke arah panglima. "Kurasa pembicaraan mereka terlalu hebat, untuk telingaku yang masih 16 tahun ini. aku jadi bingung, apa yang harus aku tanggapi dengan semua pembicaraan mereka." aku berbisik di telinga panglima, dan pangkuan hanya tersenyum saja.
"Kau akan tau dan mengerti pada saatnya tiba, sekarang kau hanya perlu mendengarkan dan mencatat di dalam otak kecilmu itu. buatlah ini sebagai pelajaran penting dalam hidupmu, Karena jika kau belajar dengan baik secara langsung. kau akan mendapatkan banyak keuntungan di kemudian hari." Aku menyenggol lengan Panglima sambil tertawa kecil, merasa senang dengan apa yang dia Katakan padaku sekarang.
Panglima selalu punya jawaban yang bagus untukku, semua pertanyaanku Akan dia jawab dengan caranya sendiri. dan bahkan jawaban itu selalu membuatku tenang.