Rosa masih setia menjaga Kakeknya yang belum sadarkan diri, Sejak tadi tangan Rosa tidak henti-hentinya mengusap kedua telapak tangan kakeknya. Rosa tidak mau sampai hal buruk terjadi, Rosa hanya ingin terus berada di sisi Kakeknya..
Ibunya Madeleine, Hanya mondar-mandir tak karuan. beberapa Kali dia berdecak kesal lalu kemudian menghela nafas kasar. Rosa tidak tau apa yang sedang di pikirkan ibunya, mungkin ibunya kesal karena kejadian ini.
"Ibu? Ada apa?." tanya Rosa, Rosa cukup prihatin melihat keresahan ibunya.
"Ck! Tidak usah ikut campur! aku tidak ada urusan denganmu, apa kata Tabib? apakah Tabib belum menemukan penawar racunnya? Ini sudah berjam-jam yang lalu, Ayah belum juga bangun! padahal aku harus pergi ke kerajaan Hibrida sekarang juga.." Madeleine berkata dengan nada tinggi, kesal karena kepergiaannya harus tertunda karena kejadian yang memuakkan.
Seharusnya Madeleine sedang dalam perjalanan, menatap ke arah pepohonan yang menjulang tinggi dan belajar untuk menampilkan senyum manis. Mempersiapkan diri untuk disambut oleh para masyarakat di kerajaan Hibrida dan menjadi Ratu yang disegani..
Tidak seperti ini, Dirinya harus berdiri di dalam satu ruangan bersama ayahnya yang tidak berguna dan anaknya yang bodoh! Menyebalkan! kenapa Hidup Madeleine harus selalu Sial!
"Belum Ibu, Tabib sedang mencari obatnya.. kita harus sabar menunggu, tidak semua hal bisa dilakukan dengan cepat." Rosa berkata dengan nada pelan, namun Madeleine tetap saja kesal mendengar suara itu.
"Astaga! Tabib itu sangat tidak berguna, Bagaimana bisa dia selama ini? kau keluar lah. cari Panglima kerajaan dan tanyakan apakah dia sudah menemukan siapa pelakunya? aku yang akan menghukum pelaku itu, karena dia aku jadi batal berangkat ke kerajaan Hibrida!." Madeleine memerintahkan anaknya itu .
Rosa dengan berat hati melepaskan tangan Kakeknya dan berjalan perlahan untuk keluar dari kamar besar tersebut. Rosa mencari dimana Keberadaan Panglima kerajaan saat ini, Mungkin dia sedang ada di suatu tempat..
Rosa berjalan memutari kerajaan dan bertanya pada beberapa pelayan, mereka mengatakan bahwa Panglima sedang ada di dapur istana. Rosa langsung berjalan dengan cepat untuk menemui Panglima.
Saat Rosa hampir sampai di dapur istana, Tangan Rosa di tarik cepat oleh seseorang. Rosa sudah ingin berteriak, namun mulutnya di tutup oleh sebuah tangan besar.
Aroma khas yang ada di tubuh orang tersebut, membuat Rosa langsung menengok dengan cepat. Rosa hapal betul Aroma tubuh ini, ini Aroma dari Raja Drakon.
Tatapan mata Rosa yang terkejut, membuat Drakon tersenyum kecil. lalu Drakon mulai melepaskan bekapan tangannya di mulut Nafisah.
"Kau mau kemana?." Tanya Drakon.
"Bertemu Panglima kerajaan, Ibu menyuruhku untuk bertanya siapa pelakunya. Ibu sangat marah saat ini." Rosa berkata dengan jujur, hal itu membuat Drakon menganggukan kepalanya mengerti.
"Apakah ibumu berkata hal lain? tentangku atau tentang ibu Ratu?." Pertanyaan Drakon terdengar aneh, namun Rosa langsung menggelengkan Kepalanya.
"Ibu tidak bertanya apa apa, ibu hanya sedikit resah dan marah saja. karena ibu tidak bisa pergi ke kerajaan Hibrida akibat kejadian ini." Ucapan Rosa sangat jujur, hal itu membuat Drakon menghela nafas pelan.
"Memangnya apa yang Panglima kerajaan lakukan sekarang?." Tanya Drakon lagi.
"Aku tidak tau, aku baru ingin mencarinya. Dia di perintahkan untuk mencari pelaku yang meracuni Kakek. Mungkin Pelayan bagian dapur atau pelayan yang membawa makanan. Kakek tidak mungkin makan hal lain, selain yang dibawakan oleh para pelayan." Rosa mengingat-ingat hal apa saja yang kakek makan sejak tadi, mereka selalu makan bersama saat sarapan dan makan siang. Jadi kenapa Kakek bisa keracunan sendiri?.
"Bagaimana jika kita berjalan-jalan di Taman saja? aku bosan, aku ingin menghirup udara segar." ajakan dari Raja Drakon membuat Rosa terdiam, kenapa Raja Drakon seakan tidak peduli dengan kondisi kakeknya? bukankah seharusnya Raja Drakon mencari orang yang berusaha meracuni ayah mertuanya sendiri?.
Rosa memang tidak mengerti tentang kerajaan dan isinya, Namun Rosa cukup mengerti tentang rasa peduli dan perhatian..
Raja Drakon tidak memperlihatkan rasa simpati sama sekali, apakah dia memang orang yang seperti itu? ataukah Raja Drakon hanya menutupi kegundahan hatinya saja?
Rosa masih terdiam, memandang ke arah Drakon dengan tatapan yang sulit di artikan.
Drakon memiringkan kepalanya dan menunggu Jawaban Rosa. "Kau kenapa? apakah aku mengatakan sesuatu yang salah?." Tanya Drakon bingung.
"Tidak, Tidak ada yang salah.. Aku hanya harus bertemu Dengan Panglima kerajaan. aku tidak mau sampai di marahi oleh ibu, Aku pergi dulu." Rosa berusaha untuk lepas dari dekapan Drakon, namun ternyata Drakon tidak membiarkan Rosa pergi begitu saja.
"Aku ayahmu, kau juga harus menuruti Ucapanku. ibumu tidak akan marah, aku yang akan mengatakan padanya bahwa kau ku suruh untuk melakukan hal lain." Drakon mencoba untuk membujuk Rosa, namun Rosa langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Aku tidak Bisa, aku harus mencari Panglima. Aku harus bertanya padanya tentang kondisi Kakek yang sedang tidak baik. Bisakah kau mengerti sedikit saja? kenapa kau sepertinya tidak peduli sama sekali? bukankah Raja Rendra adalah ayah mertuamu? seharusnya saat ini kau mencari siapa dalangnya, bukan mengajakku untuk mencari udara segar!." Pertanyaan Rosa begitu dalam, Drakon yang mendengar hal itu hanya bisa menatap mata Rosa tak percaya.
"Aku khawatir, tapi aku bukan orang yang akan memperlihatkan rasa khawatir itu. pergilah.. Aku tidak akan menghalangi lagi." Drakon melepaskan dekapannya dari tubuh Rosa, Lalu mulai melangkah mundur dan pergi dari sana.
Rosa yang melihat hal itu hanya bisa menatap dengan sendu, apakah Rosa sudah salah bicara? apakah Rosa akan di hukum karena berkata hal yang tidak sopan kepada seorang Raja?.
Rosa hanya merasa kecewa saja, kenapa Raja Drakon seolah-olah tidak peduli pada kondisi kakeknya..
seharusnya dia membantu Panglima kerajaan Centaurus, untuk mencari siapa yang berani meracuni Raja. Bukan berkeliaran dan mengajaknya mencari udara segar. apakah Pantas sikap seorang Raja besar seperti itu?.
Rosa menepuk pelan kedua pipinya, lalu mulai berjalan lagi untuk mencari Panglima. Langkah kakinya sedikit ringan, saat melihat tubuh tegap panglima yang terlihat dari arah belakang.
"Panglima!!." Teriak Rosa, teriakan yang cukup kencang hingga membuat sang panglima membalikan badanya dan menunduk hormat ketika Rosa sudah ada didepannya saat ini.
"Yang mulia Puteri Rosa, Ada apa anda mencari saya?." Tanya Panglima dengan sopan.
"Ah iya, aku disuruh Ibu untuk bertanya apakah kau sudah menemukan siapa dalangnya? ibu yang mau menghukum orang tersebut." Rosa berkata dengan sangat lugas, hal itu membuat Panglima Menundukkan lagi kepalanya..
"Maafkan aku Puteri, tapi aku belum menemukan siapa yang berani memberikan racun pada Raja Rendra, Pelayan yang membawakan makanan dan juga yang memasak makanan. Mereka semua bahkan bersumpah demi Dewi bulan bahwa mereka tidak melakukan itu, lagipula.. Aku merasa sedikit bingung, bukankah Raja Rendra dan yang lainnya makan bersama? Kenapa hanya Raja Rendra yang keracunan seorang diri? selain itu, kenapa Racunnya bereaksi cukup lama? Jeda untuk makan siang sampai Raja mengalami serangan panik, Itu sekitar dua jam.. apakah mungkin Racunnya baru bekerja selama itu?." Pertanyaan Panglima membuat Rosa terdiam, Rosa memang sempat memikirkan hal ini tadi.