webnovel

RMAREY

Aku putus asa, dia yang selama ini kutunggu dan ku perjuangkan hilang begitu saja. Aku merasa kosong... sesuatu yang selama ini ingin ku lihat lagi raib dengan mudahnya. Aku tak tahu harus apa lagi, hidup ini terasa menyakitkan. Sampai pada waktu yang terbaik, saat aku benar benar jatuh, lemah, dan menyerah. Aku mendapatkan obat dari semua kehampaan hidup, kau tahu? Obat itu adalah kedatangan mu. Kau yang datang dengan menggenggam sekeping hati yang dulu hilang, membawa segaris senyum yang telah pergi, dan mengembalikan hangatnya mentari pagi. Membawaku bangkit, dan kembali berjuang bersama menghadapi pedihnya hidup.

imagiwordz · 若者
レビュー数が足りません
20 Chs

STRANGE FEELING

Besoknya aku belum sembuh juga, izin tidak masuk sekolah. Tanganku sulit di gerak kan. Dan kepala ku pusing setiap ganti posisi. Jam 10 pagi, Adit menjenguk ku, lagi.

"Rey, tangan kamu udah baikan?" Ucap Adit

"Iya" ucapku lemas

"Lain kali jangan pake headseat kalo keluar!" Ucap Adit

"Kan ke belit juga g sengaja!" Ucapku emosi. Apa salahnya coba aku denger lagu?

"tapi hati hati, jangan ceroboh. Jangan santai di tengah jalan, meski sepi atau lampu merah. Terus jangan pergi sendiri, bukanya udah sering di bilang cewek itu ga boleh jalan jalan sendiri? Malem malem pula, bahaya!" Ucapnya panjang lebar

"Ibu aku yang bolehin kok!!!" Ucapku tak terima

"Iya, tapi kan tetap harus hati hati" ucapnya tak mau kalah

Aku diam, malas menjawab. Capek berantem, nanti darah naik lagi.

Beberpa menit dia bicara dengan ibu, lalu pamit pergi.

"Rey, cepet sembuh ya, banyak yang kangen. Makan yang banyak, istirahat yang cukup, berdoa terus, rajin rajin minum obat" ucapnya seperti memberi petuah

"Hmm.." ucapku singkat.

Adit masih di rumah sakit ini, kondisi adiknya belum membaik, perawatan nya harus intensif. Adiknya masih suka bengong, kadang menginggau. Perawatan adik Adit bukan di infus seperti aku, tapi semacam edukasi, lalu dibantu obat obatan. Sungguh, keluarganya sabar sekali.

Adit sekarang semester 6, dua semester lagi sidang. Berarti setahun lagi... aku kelas 11, dia udah lulus. Ih!!! Orang itu pinter banget sih!, dasar Adit!, jauh banget selisih aku sama dia. Dia loncat kelas waktu kelas 8, aku naik kelas 8, dia 1 SMA, pas naik kelasnya loncat lg jadi kuliah semester 4, dan pas aku naik ke SMA, dia semester 5. Ya Allah... makin ke sini kok makin pinter? Huaah... makin jauh aku sama dia.

Ibu mendekatiku, bilang bahwa 2 hari lagi kelasku mau menjenguk. Aku meng iya kan.

Ibu bilang akan membelikan aku hp baru kalau aku sudah sembuh, dengan syarat tidak boleh pakai headseat saat mau tidur dan harus di simpan kalau pergi pergi. Aku meng iya kan. Kemarin, ibu bilang ayah ke ini, sekitar jam 11 malam, aku tidur. Hari ini mau menjenguk lagi sekitar jam 1, sekaliam pulang. Di rumah sakit ini, jam jenguk maximal itu jam 10, tapi karena ayah bilang dia yang temani aku, jadi boleh masuk.

Aku ingin sekolah, bareng temen temen, dan semuanya. syukurlah dokter bilang Jam 2 siang aku boleh pulang, meskipun masih pusing, aku baik baik saja.

Skip sore.

Aku sudah di rumah, tepatnya di kamarku. Aku melihat dinding kanan ku, terlihat sekarang jam setengah 4 Sore. Entahlah, aku bingung mendeskripsikan keadaanku. Tangan ku di gips agar tidak berubah posisi. Baru boleh di lepas 3 bulan lagi.

Ibu baru mengizinkan ku sekolah 5 hari lagi, hari senin. Tapi tetap saja, seminggu itu berharga, aku ketinggalan banyak materi, sangat banyak. Untuk sementara, aku pakai hp ibu, menghubungi teman sekelasku, menanyakan materi dan tugas untuk minggu depan.

2 minggu lagi UKK, harusnya sih udah lama banget, tapi ya mau gimana lagi? Liburnya cuma seminggu. Aku berusaha mengejar materi, meski kepala ku masih cenat cenut dan sakit.

Besoknya, teman teman sekelas menjenguk ku, beberapa menanyakan perihal kejadian aku kecelakaan, beberapa berpihak padaku, dan beberapa pada gank motor itu. Dan segolongan orang penasaran siapa yang menyelamatkan ku, aku bilang aku tak tahu. Karena jika ku beri tahu namanya, mereka pasti mengejek ku. Tapi lagi lagi mereka penasaran, dan bahkan ada yang mengejek

"Hahaha, si Rey. Tangan sih patah, tapi dapet cowok kan??" Ucap Dika, anak paling bawel di kelasku

"Apa sih!, gua gak kenal kok sm orang itu!" Ucapku membantah, memelototinya

"Iya gak kenal, tpi kebayang terus kan?" Ucap Adef menimpali

"Udah ih!!!, kalian usil banget sih!, kalo Rey tiba tiba sakit kepala lagi terus pingsan gimana?!" Ucap Diva membentak

"Ih, kenapa sih lu? Sewot amat! Cemburu?" Ucap Dika lagi

Sontak, yang lain tertawa, ruangan jadi terasa hangat, menyenangkan.

"Bukan gitu!, gua cuma ngerasa na'as sama yang di belakang!" Ucap Diva kode kode

Semuanya melihat ke belakang, tak terkecuali aku. Disana, orang yang duduknya paling belakang, RMARE. Wajahnya merah padam, sinis melihat Diva yang membuatnya jadi pusat perhatian. Diva meleng pura pura tidak tahu. Teman temanku yang lain berpindah melihatku, yang tentu saja bingung

"Kenapa?" Ucapku menatap mata mata aneh itu

Mereka tersenyum simpul, beberapa menggoyangkan alis, yang membuatku semakin jijik.

"Apaan sih!!??" Ucapku lagi

Mereka tertawa. Kami kembali mengobrol santai tentang banyak hal, lalu beberapa menit kemudian mereka pamit pulang.

"Bentar!, Rey. Ada spidol?" Ucap Avi memotong dadah dadah teman yang lain

"Ada, kenapa?" Ucapku

"Perban tangan kamu kita tanda tangan dong, biar lucu. Kayak di film film gitu" ucapnya

"Enggak ah!!!, norak!" Ucapku menolak

Avi cemberut, tapi biar lah. Mereka pun pulang, dan yang terakhir pamit, RMARE.

"Rey" ucapnya dengan suara kecil

"Hmm???" Ucapku menanggapi, tersenyum

Wajahnya merah padam, matanya sinis menatap dalam mataku, bobirnya cemberut, tangan nya mengepal ke bawah, sedikit menunduk. suasana menegangkan, sumgguh. Dari jarak sedekat ini, melihat wajahnya saja aku gentar, tapi aku berusaha tenang. Beberapa menit lenggang, sampai akhirnya dia bilang...

"Jangan bilang kalo orang yang nolongin kamu itu Adit!!!" Ucapnya lagi

AKu tersentak, "kamu... siapa -" ucapan ku terpotong

"Iya apa enggak?!" Ucapnya dengan suara sedikit bergetar

"Eh?" Ucapku lagi

"Jawab" ucapnya pelan

"I... iya" ucapku lagi

Dia sedikit membuka mulut, seperti membuat ancang ancang bicara, tapi lalu diam. Dia memalingkan wajah

"Gua pamit" ucapnya sambil meninggalkanku, yang seketika, merasa bersalah entah karena apa