webnovel

RMAREY

Aku putus asa, dia yang selama ini kutunggu dan ku perjuangkan hilang begitu saja. Aku merasa kosong... sesuatu yang selama ini ingin ku lihat lagi raib dengan mudahnya. Aku tak tahu harus apa lagi, hidup ini terasa menyakitkan. Sampai pada waktu yang terbaik, saat aku benar benar jatuh, lemah, dan menyerah. Aku mendapatkan obat dari semua kehampaan hidup, kau tahu? Obat itu adalah kedatangan mu. Kau yang datang dengan menggenggam sekeping hati yang dulu hilang, membawa segaris senyum yang telah pergi, dan mengembalikan hangatnya mentari pagi. Membawaku bangkit, dan kembali berjuang bersama menghadapi pedihnya hidup.

imagiwordz · 若者
レビュー数が足りません
20 Chs

RINDU YANG TERTUNDA

Beberapa suster mendekatiku, membawa jarum suntik. Jarum itu di suntikan pada lengan kiri ku, dan perlahan rasa sakit itu menghilang. Aku me mejamkan mata, berusaha menahan gerakan tanganku yang sedari tadi kram, mata ku mulai melemah. Suster suster itu pergi, digantikan seorang wanita berseragam dokter yang menghampiri laki laki yang tadi menolongku

"Gimana dek? Sudah dapat nomer keluarganya?" Ucap suster itu lembut

"Belum, HP nya mati total, gak bisa di apa apain, mungkin karena terbanting. Tapi nanti saya cari tahu lagi, kalau sudah ada saya panggil anda" ucapnya sambil menghela nafas

"yasudah, nanti jangan lupa tulis nama kamu dan nama korban di meja depan ya, mau di data" ucapnya bu dokter

aku tak mendengar apapun lagi, dan ku rasa aku kembali terlelap.

Saat bangun, aku mengedip ngedipkan mataku, silau dengan lampu besar di atas. Aku berusaha menengok ke kanan, terlihat ibuku yang sedang mencoret coret semacam kertas dalam Map, dengan suster di depanya, memanggut manggut. Aku menengok ke lengan kiri ku, ingin di gerak kan, tapi ku ingat rasa sakit tadi, lalu ku urungkan niatku. Aku menghela nafas, kembali menengok ke kanan.

Ibu melihatku, langsung menanyakan keadaanku, bicara beberapa kalimat pada suster, lalu menyerahkan kembali map merah itu. Ibu menghampiriku, mengelus lembut kepalaku, lagi lagi menanyakan kabarku. Aku belum kuat bicara, aku merasa sangat lemah. Ibu duduk di kursi samping, lalu mengambil minum untuku, yang tentu saja aku tak mau, aku takut tersedak.

Beberapa lama kemudian, seorang lelaki berjaket abu abu dengan topi menutup sebagian matanya menghampiri ibu, menyerahkan se plastik obat sambil menyampaikan sesuatu. Ibu berterimakasih banyak banyak padanya, yang aku pun masih tak tahu siapa dia.

Doa menengok padaku, tersenyum tipis, lalu pamit pada ibu. Keluar ruangan IGD, menegadah ke langit, lalu blari lari entah ke mana. Sepertinya diluar gerimis.

Beberpa saat kemudian, aku mulai kuat bicara, tapi masih tak mau berkata apa apa. Suster menghampiri ibu, bilang bahwa salah satu kamar sudah siap. Lalu beberapa suster membawa kasur yang kutempati dan infusanya ke kamar lain "VIP DELIMA IV" itu yang ku baca, tapi entahlah, mataku belum bisa melihat dengan jelas.

Setelah masuk ruangan, aku merasa dingin, atau.. adem? Entahlah... yang jelas di luar panas. Saat suster suster itu keluar,, aku bertanya pada ibu

"bu, laki laki tadi siapa?" Ucapku pelan

"Oh, itu lho... yang temen kamu itu, yang adiknya sakit" ucap ibu

Aku bingung, yang adiknya sakit? Ya mana ku tahu!

aku menghela nafas, seolah berkata "Au ahh". Dan ibu mengerti maksudku

"Yang loncat kelas, anaknya kalem" ucap ibu lagi

Fikiranku langsung tertuju pada satu nama 'ADIT' . Pasti dia!

aku menitip pesan pada ibu agar sampaikan terima kasihku padanya. Aku menengok ke depan, sedikit ke atas ada jam dinding yang memunjukan pukul 23.28 WIB.

Aku kembali memejamkan mata, tertidur.

dalam mimpiku, aku seolah melihat wajah Adit, yang selalu terlihat berseri seri, dengan cekikikan kecilnya yang khas. Dia cuek, ya namanya juga laki. Tapi... dia baik, kurasa kebaikan nya tak kan pernah berubah, dan semoga saja itu benar.

Rasanya baru sebentar sekali aku tidur, tiba tiba ada sesuatu yang membuatku bangun, Suara pintu. Se sederhana itu.

Terdengar langkah kaki yang disambut lembut ibuku, mempersilakanya masuk. Dia tak menjawab, hanya tersenyum, kurasa. Dengan kepalaku yang masih pusing, aku tak peduli.

Hingga orang yang masuk itu bilang

"Rey masih sendiri?" Ucapnya

"Maksudnya?" Ibuku balas bertanya

"Oh, enggak. Lupa..., masih SMA ya..?" ucapnya lagi

"Iya, memangnya kenapa?" ucap ibuku

"oh, enggak, tadinya saya..." ucapanya terpotong oleh suara bising kereta api. Yang melintas di bawah, ruangan ini sepertinya tidak kedap suara.

"Eh.." ucap ibuku lagi

Yang saat aku menatap mereka, dua duanya balik menatapku, seolah meminta pendapatku.

Laki laki itu tersenyum penuh maksud, tangan kanan nya, dimasukan ke saku hoodie yang dia pakai. Menyembunyikan sesuatu

GO VOTE!!!